Cinta: Antara Memilih dan Pilihan

 

oleh: Fhirly Gelshi Fahima

    Seperti yang kita semua tahu, hidup ini adalah pilihan. Dunia seolah memberikan kita kesempatan untuk menentukan mana yang baik dan buruk bagi kita, tergantung pada pemikiran kita sendiri. Namun, terkadang, akan ada beberapa kondisi di mana kita tidak dianjurkan untuk memilih. Sekarang coba bayangkan jika kamu harus memilih salah satu di antara dua orang yang sama-sama kamu cintai di waktu yang sama. Apakah kamu akan memilih salah satunya? Atau tidak memilih sama sekali?


Mungkin ada beberapa pihak yang menganggap bahwa kita harus memilih yang kedua. Karena logikanya, kamu tidak akan mencintai yang kedua jika kamu masih mencintai yang pertama. Namun, ada juga yang memberikan opini bahwa kamu harus memilih yang pertama. Sebab, perasaanmu pada orang kedua bisa saja datang karena kamu mendapati sesuatu yang tidak kamu dapatkan dari orang pertama, dan biasanya perasaan itu hanyalah perasaan sesaat saja. Terlepas dari opini-opini itu, semua tetap kembali pada pilihanmu. Kamu boleh menerima opini yang pertama, opini kedua, atau bahkan opinimu sendiri yang mungkin menurutmu lebih baik dari dua opini lainnya.


Itu jika kamu membayangkan jadi orang yang terpaksa memilih. Bagaimana jadinya, jika kamu yang terpaksa harus menjadi pilihan bagi orang lain? Terlebih jika orang yang menjadikanmu pilihan adalah orang yang kamu cintai, apa yang akan kamu lakukan?


Berat untuk memilih, tapi akan lebih berat jika kamu yang harus menjadi pilihan bagi orang yang sebenarnya kamu cintai. Dunia menginginkanmu untuk berhenti, tapi bagaimana caramu menghentikan sesuatu yang bahkan belum pernah kamu mulai?


Sebutlah dia si Rupawan, si pemilik mata indah yang selalu menawan. Dia selalu berhasil membuat yang samar jadi terlihat, yang lemah menjadi kuat, dan yang lemas jadi semangat. Aku tahu banyak tentang si Rupawan. Ia suka bercerita tentang hari-harinya. Yang kutahu, si Rupawan adalah orang yang periang, lucu, dan kuat. Namun, kata orang-orang, si Rupawan bukanlah orang yang baik. Pandangan orang-orang tentang si Rupawan sangatlah buruk, terlebih karena si Rupawan yang harus menjadikanku sebuah pilihan.


Sebenarnya, kita tidak bisa menyimpulkan orang yang memiliki dua pilihan itu jahat. Jangan pernah sekali-kali menyebut seseorang yang baru kamu kenal itu jahat, padahal kamu sendiri tidak pernah mengetahui bagaimana ceritanya di masa lalu. Iya, si Rupawan memang jahat. Namun, aku tahu sebabnya. Bukan soal kesalahan yang pernah ia lakukan di masa lalu, tapi semua ini soal waktu.


Kami pun mengakhiri apa yang sebenarnya belum sempat kami mulai. Dunia jahat juga kalau dikira-kira. Waktunya memang singkat, tapi yang terjadi juga sudah banyak. Apakah semudah itu melepaskan semuanya? Bahkan setelah kerenggangan yang ada, dunia seolah ingin mengembalikan semuanya. Tiap detik ingin pergi, saat itu juga ia menampakkan diri. Seolah memintaku untuk musnahkan logika dan kembali memilih kata hati.


Dia mah gak salah, kalau waktunya sih, mungkin.


Kadang kita juga harus mengerti kondisi seseorang meskipun orang itu telah menyakiti kita. Karena untuk apa juga dendam dan membalas perbuatan mereka? Lalu, apa bedanya kamu dengan mereka yang ‘jahat’ jika kamu memilih untuk membalas yang telah mereka perbuat? Pada akhirnya, takdir yang akan berbicara. Seburuk apapun mereka menurut kebanyakan orang, jika memang takdirnya kembali, pasti dia akan kembali.


Baik yang memilih ataupun yang menjadi pilihan, keduanya bukanlah posisi yang patut diringankan. Namun, keduanya harus dimengerti. Tidak akan ada pilihan yang salah, karena yang salah hanyalah cara berpikir orang-orang yang kurang bersyukur. Yang menjalankannya adalah kamu, jangan selalu menganggap logikamu selalu benar. Jika memang hati yang harus merasakan, maka biarkan saja. Tidak perlu menahan apa yang ditakdirkan untuk terlepas.


Kembali kepada si Rupawan, matamu terlalu indah. Bayangmu akan selalu tampak meskipun gelap. Sudah terlalu banyak kenangan yang tmelekat. Biar waktunya singkat, kenangannya akan selalu terikat. Terlalu banyak lagu yang mencerminkan kita. Dalam tiap bait lagu, detakkan jantung yang kian menggebu, hingga tetesan air hujan di hari Minggu, namamu akan teringat selalu meski dipaksa hilang oleh waktu.

Cinta: Antara Memilih dan Pilihan