Antara Aku dan Rindu


 oleh: Septiara Rizkika Rahma Dani


    Konon, banyak yang berkata rindu adalah beban berat bagi diri sendiri. Antara cinta dan rindu, rasanya lebih berat menahan rasa rindu dibanding rasa cinta. Cinta mungkin bisa ditahan sampai kapanpun, tapi tidak dengan rindu. Tak mudah, memang, menyimpan rasa rindu yang menumpuk di hati.  Merindu akan hadirnya seseorang yang pernah melukis warna dalam setiap langkah menjalani hari, hadirnya yang indah sebagaimana pelangi yang menghiasi langit setelah sepeninggal hujan. Suara hati yang selalu memanggil namanya, tetesan air mata yang terjatuh saat mengingat dirinya, dan goresan tawa yang aku jadikan sebagai senjata untuk membohongi diriku sendiri tatkala aku merindukanmu.

 

Tuhan tak pernah melarang hambaNya untuk jatuh cinta, tapi Tuhan telah memberi peringatan kepada hambaNya agar jangan pernah terjatuh dalam harapan yang lebih pada manusia. Namun, mengapa aku selalu mengharapkan adanya pertemuan setelah kerinduan ini? Setitik rindu yang tertanam dalam hatiku, bagai sepenuhnya memenuhi hati, rinduku padamu membutakan rasa hatiku pada orang lain selain dirimu. Ikhlas yang mengharuskan diriku merelakan kepergianmu, tetapi takkan ada yang bisa melarang  diriku untuk selalu merindu padamu. Denyutan nadi yang aku hitung ketika aku berkata kepada diriku sendiri bahwa, "aku merindukanmu lagi" aku selalu bertanya kepada diriku sendiri tentang di mana keberadaanmu saat ini. Air mata yang membasahi pipiku pada malam hari selalu menjadi saksi bahwa aku menginginkan kehadiranmu.

 

Bagaimana caranya diri menerima keadaan yang bahkan terkadang hati saja tak bisa untuk menerimanya. Suasana malam yang membawaku pada rindu, dirimu dan hadirmu yang masih aku cari hingga saat ini, "di mana dirimu?" Itu yang selalu aku tanyakan pada hatiku. Hari yang terasa berat membawa beban rinduku padamu, setiap detik yang penuh harap untuk bertemu denganmu, setiap langkah yang ku hitung ketika aku berjalan tanpamu, lembar foto yang selalu kutatap di setiap keindahan senja sore.

 

Aku tersadar kesulitan terbesarku bukanlah melawan amarahku, tetapi menahan kemauan egoku yang terus ingin bertemu denganmu sedangkan sampai saat ini pertemuan masih dalam kata tanya. Teruntuk dirimu, yang masih belum bisa kutemui hingga detik ini. Tuhan memberi perlindungan untukmu, ribuan pesan rinduku padamu yang selalu ku utarakan padaNya. Ruang dihatiku telanjur sepenuhnya terpenuhi oleh rinduku padamu.

 

Pembahasan di setiap curahan sepertiga malamku yang masih membahas tentang rinduku padamu, aku tak tahu kapan pertemuan akan datang untuk mengobati rinduku padamu. Namun, aku tahu bahwa Tuhan telah merencanakan waktu terindah, di mana aku bisa menatap matamu kembali, melihat manisnya senyum bibirmu, dan mendengar indahnya suaramu. Rindu yang telah aku kemas rapi dalam memori hidupku suatu saat akan terkenang di museum rindu. Seribu satu cerita dalam kehidupanku, merindukan dirimu kini masih menjadi lembaran kisah terindah dalam hidupku. Bagai hal yang menyiksa, tapi aku merasakan bagaimana indahnya menyimpan rinduku padamu dalam diamku.

 

Kini, waktu sore menghujam, kerinduan yang melanda diriku masih penuh harap untuk bisa melihat dirimu dalam pertemuan. Tumbuh dalam hari yang kujalani tanpamu bagai mempunyai penghapus tapi tak memiliki pensil. Sama halnya denganku, aku bisa menghapus fotomu dalam albumku, tapi tidak dengan menggambarkan kembali indahnya memori hidupku ketika bersamamu.

 

Perginya sesuatu dari kehidupan kita bukan berarti akhir dari harapan, bukan berarti akhir dari tekad, dan bukan berarti akhir dari perjuangan. Untuk saat ini mungkin sedang diuji bagaimana caranya menguatkan diri sendiri tanpa penguat, dan meyakinkan diri bahwa hanya Ia satu-satunya untuk segalanya. Ujian yang silih berganti datangnya, berat ataupun ringan, jangan lupa disyukuri. Ada keresahan yang tak mungkin diceritakan, ada kesedihan yang tak sanggup diungkapkan, ada tangisan dibalik sebuah senyuman. Luka yang dalam sering kali tak terlihat oleh kasat mata, dibalik ketenangan seseorang ada seribu satu kisah yang tersembunyi.

 

Engkau adalah orang yang ingin kulihat di setiap saat kubuka dan pejamkan mata, dan saat suka maupun duka. Teruntuk mu, satu nyawa yang ku kenal tanpa sengaja, seseorang yang pernah hadir dalam hidupku . Selayaknya bintang malam yang hadir untuk menghiasi langit, bagai senja yang memancarkan keindahannya bagi mata yang memandangnya. Terima kasih karena telah tercipta sebagai teman merindu yang sangat indah. Satu insan yang diciptakan Tuhan sebagai tempatku merindu. Aku dan rinduku menunggu kehadiranmu di sini. Sampai jumpa dititik temu terbaik menurut takdir.

Antara Aku dan Rindu