Konon, banyak yang berkata rindu adalah
beban berat bagi diri sendiri. Antara cinta dan rindu, rasanya lebih berat
menahan rasa rindu dibanding rasa cinta. Cinta mungkin bisa ditahan sampai
kapanpun, tapi tidak dengan rindu. Tak mudah, memang, menyimpan rasa rindu
yang menumpuk di hati. Merindu akan
hadirnya seseorang yang pernah melukis warna dalam setiap langkah menjalani
hari, hadirnya yang indah sebagaimana pelangi yang menghiasi langit setelah sepeninggal hujan. Suara hati yang
selalu memanggil namanya, tetesan air mata yang terjatuh saat mengingat
dirinya, dan goresan tawa yang aku jadikan sebagai senjata untuk membohongi
diriku sendiri tatkala aku merindukanmu.
Tuhan tak pernah melarang hambaNya untuk
jatuh cinta, tapi Tuhan telah memberi peringatan kepada hambaNya agar jangan
pernah terjatuh dalam harapan yang lebih pada manusia. Namun, mengapa aku selalu
mengharapkan adanya pertemuan setelah kerinduan ini? Setitik rindu yang
tertanam dalam hatiku, bagai sepenuhnya memenuhi hati, rinduku padamu
membutakan rasa hatiku pada orang lain selain dirimu. Ikhlas yang mengharuskan
diriku merelakan kepergianmu, tetapi takkan ada yang bisa melarang diriku untuk selalu merindu padamu. Denyutan nadi
yang aku hitung ketika aku berkata kepada diriku sendiri bahwa, "aku merindukanmu
lagi" aku
selalu bertanya kepada diriku sendiri tentang di mana keberadaanmu saat
ini. Air mata yang membasahi pipiku pada malam hari selalu menjadi saksi bahwa aku
menginginkan kehadiranmu.
Bagaimana caranya diri menerima keadaan
yang bahkan terkadang hati saja tak bisa untuk menerimanya. Suasana malam yang
membawaku pada rindu, dirimu dan hadirmu yang masih aku cari hingga saat ini,
"di mana
dirimu?" Itu yang selalu aku tanyakan pada hatiku. Hari yang terasa berat
membawa beban rinduku padamu, setiap detik yang penuh harap untuk bertemu
denganmu, setiap langkah yang ku hitung ketika aku berjalan tanpamu, lembar
foto yang selalu kutatap di setiap keindahan senja sore.
Aku tersadar kesulitan terbesarku bukanlah
melawan amarahku, tetapi menahan kemauan egoku yang terus ingin bertemu
denganmu sedangkan sampai saat ini pertemuan masih dalam kata tanya. Teruntuk
dirimu, yang masih belum bisa kutemui hingga detik ini. Tuhan memberi
perlindungan untukmu, ribuan pesan rinduku padamu yang selalu ku utarakan
padaNya. Ruang dihatiku telanjur
sepenuhnya terpenuhi oleh rinduku padamu.
Pembahasan di setiap curahan sepertiga
malamku yang masih membahas tentang rinduku padamu, aku tak tahu kapan
pertemuan akan datang untuk mengobati rinduku padamu. Namun, aku tahu bahwa
Tuhan telah merencanakan waktu terindah, di mana aku bisa menatap
matamu kembali, melihat manisnya senyum bibirmu, dan mendengar indahnya
suaramu. Rindu yang telah aku kemas rapi dalam memori hidupku suatu saat akan
terkenang di museum rindu. Seribu satu cerita dalam kehidupanku, merindukan
dirimu kini masih menjadi lembaran kisah terindah dalam hidupku. Bagai hal yang
menyiksa,
tapi aku merasakan bagaimana indahnya menyimpan rinduku padamu dalam diamku.
Kini, waktu sore menghujam, kerinduan yang melanda
diriku masih penuh harap untuk bisa melihat dirimu dalam pertemuan. Tumbuh
dalam hari yang kujalani tanpamu bagai mempunyai penghapus tapi tak memiliki
pensil. Sama halnya denganku, aku bisa menghapus fotomu dalam albumku, tapi
tidak dengan menggambarkan kembali indahnya memori hidupku ketika bersamamu.
Perginya sesuatu dari kehidupan kita bukan
berarti akhir dari harapan, bukan berarti akhir dari tekad, dan bukan berarti
akhir dari perjuangan. Untuk saat ini mungkin sedang diuji bagaimana caranya
menguatkan diri sendiri tanpa penguat, dan meyakinkan diri bahwa hanya Ia
satu-satunya untuk segalanya. Ujian yang silih berganti datangnya, berat
ataupun ringan, jangan lupa disyukuri. Ada keresahan yang tak mungkin
diceritakan, ada kesedihan yang tak sanggup diungkapkan, ada tangisan dibalik
sebuah senyuman. Luka yang dalam sering kali tak terlihat oleh kasat mata,
dibalik ketenangan seseorang ada seribu satu kisah yang tersembunyi.
Engkau adalah orang yang ingin kulihat di setiap saat kubuka dan pejamkan mata, dan saat suka maupun duka. Teruntuk mu, satu nyawa yang ku kenal tanpa sengaja, seseorang yang pernah hadir dalam hidupku . Selayaknya bintang malam yang hadir untuk menghiasi langit, bagai senja yang memancarkan keindahannya bagi mata yang memandangnya. Terima kasih karena telah tercipta sebagai teman merindu yang sangat indah. Satu insan yang diciptakan Tuhan sebagai tempatku merindu. Aku dan rinduku menunggu kehadiranmu di sini. Sampai jumpa dititik temu terbaik menurut takdir.