oleh: Muhammad Yusuf Abdullah
Ini
adalah cerita terkenal yang sudah tersebar di mana-mana. Sosok Thariq bin Ziyad, seorang mantan budak
yang berani membakar seluruh kapalnya saat menginjakan kakinya di Andalusia. Saat pertama
kali saya membaca kisahnya,
rasa kagum dan kebingungan terus menerus ada dalam diri saya, dan terus berpikir, mengapa harus melakukan pembakaran kapal tersebut?
Nah, tapi di sini saya bukan ingin
menceritakan tentang kisah pembakaran kapal, saya akan membahas, apakah benar Thariq bin
Ziyad benar-benar membakar seluruh kapalnya? Dan, apakah tindakannya
merupakan suatu hal yang benar?
Mungkin, sebagian besar orang
percaya akan hal ini, tapi
tidak
dengan beberapa sejarawan muslim.
Salah satunya adalah Raghib as-Sirjani. Dia berkata, bahwa, cerita ini masih
diperdebatkan dalam
kalangan sejarawan-sejarawan.
Ada yang mengatakan cerita ini benar-benar terjadi dan
ada pula mengatakan kisah ini palsu dan hanya di lebih-lebihkan saja.
Pertama, tidak ada riwayat shahih
yang menjelaskan kejadian ini. Dalam Islam sudah dikatakan, bahwa, periwayat haruslah
orang-orang yang sudah terpercaya. Namun, anehnya, tidak ada seorang pun
dari kalangan umat islam yang meriwayatkan hal tersebut. Kisah ini kebanyakan
diriwayatkan oleh orang-orang eropa yang menulis peristiwa tentang perang
lembah barbath.
Kedua, tindakan yang dilakukan
Thariq adalah tindakan yang sangat berani dan membingungkan. Apaka iya, dia berani membakar
kapalnya tanpa diketahui atau memberi tahu Musa bin Nushair sang amir di Afrika Utara atau Khalifah al-Walid bin
Abdul Malik? karena
merekalah yang mengizinkannya untuk berangkat ke Andalusia. Dan juga tidak
adanya koordinasi para ulama untuk menimbang mafsadat dan mudaratnya. Thariq
juga tidak memikirkan keselamatan ribuan pasukan muslim, bagaimana jika mereka
kalah dan tidak ada cara untuk kembali ke Afrika Utara?
Ketiga, sumber dari Eropa sangat membantu
dalam penulisan kisah ini. Mengapa demikian? Karena bagaimana mungkin 100.000
pasukan visgoth nasrani dikalahkan di tanahnya sendiri, yang seharusnya mereka
jauh lebih mengenal medan pertempuran, dikalahkan pasukan asing yang berjumlah
hanya belasan ribu saja, tentu ini merupakan jumlah yang jauh lebih sedikit
dari pasukan nasrani.
Keempat, tidak pernah tertulis
dalam sejarah umat Islam
merasa kecut dan takut dihadapan para musuhnya, sehingga membutuhkan
motivasi tambahan. Seharusnya,
sudah jelas mereka datang ke Andalusia
untuk berjihad dan bertujuan untuk memenangkan pertempuran, dan seharusnya
mereka tidak takut mati. Mengapa mereka harus sampai membakar kapalnya untuk
meningkatkan semangat mereka?
Kelima, kekalahan dalam
peperangan adalah hal yang bisa saja terjadi. Allah Subhanahu Wa Ta’alla
memperbolehkan pasukan muslim untuk mundur di medan pertempuran dengan alasan
untuk bergabung dan menguatkan diri dengan pasukan muslim lainnya. Hal itu juga
termasuk strategi perang jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Kebijakan
Thariq dalam membakar kapal merupakan keputusan yang membahayakan pasukan,
merugikan kaum muslimin, dan tentu bertentangan dengan fiqih. Masa iya, seseorang yang sudah
diangkat menjadi panglima perang mengabaikan fiqih yang ada?
Keenam, tidak semua kapal yang
membawa pasukan islam ke andalusia adalah milik kaum muslimin, beberapa kapal dimiliki
oleh Julian.
Seharusnya yang Thariq lakukan adalah mengembalikan kapalnya kembali kepada Julius, bukan malah
membakarnya.
Dari
poin-poin di atas, Raghib as-sirjani menyimpulkan
bahwa,
peristiwa pembakaran kapal ini adalah kisah fiktif yang sengaja dibuat
untuk menafikan kekuatan keimanan pasukan Islam dan pertolongan yang
Allah berikan dengan kesabaran mereka.
Namun, itu semua adalah
pendapat Raghib as-Sirjani.
Menurut saya poin-poin di atas dapat dibantah
dengan mudah. Saya adalah orang yang
suka membaca atau menonton hal apapun yang berjenis kepahlawanan dan peperangan. Jadi, sedari SD saya sudah
membaca buku Thariq bin Ziyad berkali-kali dan dengan pengalaman membaca kisah
Thariq, saya 100% tidak setuju dengan pendapat Raghib as-Sirjani. Mengapa
demikian?
Pertama, jika memang tidak ada
orang terpercaya dari golongan muslim yang meriwayatkan hal tersebut, mengapa
kita harus tidak percaya dengan orang terpercaya dari Eropa? Jika mereka memang
berbohong,
seharusnya mereka lebih menjelekkan kaum muslimin di mata dunia, bukan malah
mengisahkan peristiwa yang membuat pasukan muslim terlihat berani dan tidak
takut mati.
Kedua, Thariq bin Ziyad memang
orang yang berwatak keras, jadi dia memang membakar kapal-kapal tanpa diketahui
amir Afrika
Utara
maupun khalifah. Ini juga terbukti ketika Thariq langsung berperang melawan
tentara visgoth. Pasukan yang Thariq pimpin seharusnya adalah pasukan pengintai, oleh sebab itu berjumlah sedikit. Namun, Thariq malah langsung
berperang dan hampir menguasai Andalusia
dengan pasukan yang sedikit itu. Dan juga pasukan yang mengikuti Thariq adalah
pasukan yang dipilihnya sendiri, jadi, semua pasukan pun percaya kepada Thariq.
Walaupun ada yang bertanya-tanya tetapi mereka tetap melaksanakan perintahnya.
Ketiga, pasukan Islam datang ke Andalusia hanya bertujuan
memenangkan pertempuran,
itulah
niat mereka sedari awal, karena itulah pasukan Islam berani mati untuk
mencapai tujuannya. Berbeda dengan tentara visgoth yang terpaksa melindungi
negaranya, dan juga mereka pun masih takut dengan kematian. Dan yang sebenarnya
terjadi adalah pasukan Islam
bukan benar-benar mengalahkan pasukan visgoth, tapi mereka hanya memukul mundur
pasukan visgoth, walaupun itu tetap kemenangan, tapi itu juga bukan
kemenangan yang sempurna.
Jadi,
masuk akal saja 100.000 pasukan visgoth dipukul mundur oleh 12.000 pasukan
islam.
Keempat, pasukan Islam tidak kecut ketika
melihat pasukan visgoth, mereka hanya bertanya-tanya, “Dapatkah 12.000 menang
terhadap 100.000 pasukan?” Karena
itulah,
Thariq membakar kapalnya, agar pasukan Islam tidak berpikir
sedikit pun tentang mundur dan hanya berpikir untuk maju.
Kelima, kedatangan pasukan Islam ke Andalusia sudah masuk ke
kuping tentara gothik, makanya saat pasukan islam menginjikkan kakinya ke
andalusia, pasukan visgoth sudah bersiap untuk bertempur. Maka, tidak ada opsi melarikan
diri bagi pasukan islam saat itu, yang mereka bisa lakukan hanyalah bertempur
sekuat tenaga tanpa memikirkan untuk mundur.
Keenam
walaupun sebagian kapal dimiliki oleh julian, tetapi Thariq tetap membakarnya.
Walaupun ada beberapa saat yang mengisahkan bahwa julian meminta ganti rugi
tetapi pada akhirnya ia mengikhlaskannya. Tentu saja karena dia jugalah yang
meminta agar pasukan islam datang ke andalusia untuk menaklukkannya.
Semua
poin-poin di atas
adalah pendapat saya atas pengalaman membaca buku tentang Thariq bin Ziyad. Namun, semua itu juga belum
tentu benar, hanya Allah lah yang tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Namun, apakah tindakan tersebut adalah tindakan yang benar? Menurut saya, pembakaran kapal bisa saja tidak dilakukan, karena kerugian yang di dapatkan sangat banyak. Namun, hal itu tetap berhasil, seperti yang kita tahu, karena hal itu pula Thariq mampu mengusai hampir semua bagian Andalusia dengan pasukan pengintai yang berjumlah sedikit, sebelum datangnya pasukan utama yang dipimpin oleh Musa bin Nushair.