Cara Mengatasi Insekuritas Pada Perempuan

Cara Mengatasi Insekuritas Pada Perempuan

 

                             sumber: https://klasika.kompas.id/


oleh: Anastasia Dwi Anggraini


    Hai teman teman semua! Yuk, Kita pahami lebih banyak bagaimana cara mengubah insecure atau rasa tidak aman menjadi kelebihan kita. Di masa milenial ini pasti banyak banget anak muda atau kaum milenial yang suka insecure sama dirinya sendiri, khususnya kaum perempuan. Sebelum membahas mendalam tentang cara mengubah insecure menjadi kelebihan, kita bahas terlebih dahulu apa sih insecure itu?

 

Insecure adalah perasaan tidak aman dan selalu merasa kurang. Sebenarnya, perasaan seperti itu merupakan hal yang normal terjadi kepada setiap individu, tetapi merasa insecure terhadap diri sendiri sepanjang waktu secara berlebihan dapat memengaruhi setiap aspek kehidupan kita. Mulai dari kesehatan fisik, emosional, sampai krisis percaya diri.

 

Mengapa hal tersebut  banyak terjadi, apalagi di lingkaran atau pertemanan perempuan? Menurut saya, insecure muncul karena adanya suatu standar yang secara tidak langsung terbuat dari sesuatu yang dapat memengaruhi sikap mereka terhadap orang-orang yang berada di lingkaran tersebut. Insecure juga membuat orang-orang merasa dirinya kurang, dalam segi finansial, fisik, atau sikap sehingga mereka merasa minder dan cenderung akan menutup diri karena merasa berada di luar dari standar tersebut.

 

Akibat lain yang akan ditimbulkan oleh rasa insecure, seseorang bisa menjadi takut untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal itu bisa disebabkan mungkin karena berat badannya, warna kulit yang berbeda, dan perbedaan fisik lain. Atau segala perbedaan yang ada dalam standar fisik yang terbentuk secara tidak langsung, sehingga menyebabkan seseorang merasa insecure lalu timbul rasa tidak aman untuk berinteraksi.


Kalian akan menilai diri kalian sendiri rendah dan tidak percaya diri. Setiap manusia juga tidak pernah lepas dari bersosialisasi, karena interaksi dengan manusia itu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.


Pada dasarnya, merasa tidak aman atau insecure dalam diri itu sangatlah wajar, tetapi ketika perasaan tersebut menjadi berlarut-larut maka hal ini akan menjadi masalah yang besar dalam kehidupan kalian loh sobat muda. Nah, kita langsung aja masuk ke pembahasan utama, bagaimana sih cara kita yang sedang merasakan insecure mengubah perasaan tersebut justru menjadi kelebihan kita?


Kalian akan menilai diri kalian sendiri rendah dan tidak percaya diri. Setiap manusia juga tidak pernah lepas dari bersosialisasi, karena interaksi dengan manusia itu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

 

Percaya diri

Yups, betul sekali kita harus membangun rasa percaya diri. Nah, bagaimana bisa sih kita yang insecure harus membangun rasa percaya diri? Dengan cara kalian mencatat dan mencari tahu apa kekurangan dan kelebihan kalian, lalu teruslah mengasah dan menunjukkan pada lingkungan sekitar kita, bahwa kita punya suatu bakat. Dengan cara itu kita juga bisa mendapatkan kepercayaan diri Kembali.

 

Tidak perlu pengakuan dari orang banyak, orang-orang terdekat yang menyadari kemampuan kita juga bisa membuat kita lebih yakin pada diri sendiri loh. Sedangkan, kalau kita sudah menemukan kelemahan yang terdapat di diri kita, jangan berhenti sampai di situ atau hanya meratapinya. Justru, kita harus berjuang untuk mengasah diri supaya kelemahan tidak lantas menjadi batu sandungan di kemudian hari.

 

Memaafkan

Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, tetapi, bila kita terus-terusan menyesali kesalahan dan tidak bisa move on, kita akan terus dihantui oleh rasa bersalah dan selalu merasa minder. Maka, belajarlah untuk memaafkan diri kalian sendiri atau berdamai dengan orang lain yang pernah menyakiti kalian. Dengan begitu, kalian bisa fokus menata masa depan dengan lebih percaya diri.

 

Selain itu, penting untuk setiap hari mempunya pemikiran positif. Pikiran yang baik dan positif akan membawa kalian pada tingkat kepercayaan diri yang maksimal juga. Jauhi pikiran-pikiran negatif atau kecemasan soal komentar orang lain. Usahakan juga untuk berada di dalam lingkungan orang-orang yang positif, mendukung, dan selalu menerima kalian apa adanya.

 

Dan yang paling penting, mengubah pola pikir kalian bahwa semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda – beda. Dengan demikian, kita tidak dapat memukul rata atau mengukur standar kelebihan dan kekurangan setiap individu dengan diri kita sendiri.


Mengasah hobi

Mengasah hobi  merupakan hal yang penting untuk mengubah insecure menjadi kelebihan kita. Alihkan, lampiaskan saja rasa insecure itu kepada hobi, karena hal tersebut akan berdampak positif bagi pengembangan potensi hobi kita. Secara otomatis kita dapat berekspresi untuk menjadikan hobi sebagai wadah untuk menunjukan kemampuan dan kelebihan kita kepada orang lain.

 

Fokus pada kegemaran

Yuk fokus. Coba untuk fokus pada hal-hal yang memang kalian sukai karena pada saat kita menyukai hal atau kegiatan tertentu kita akan cenderung melupakan insecure yang kita rasakan dan juga kita akan melakukan hal yang kita sukai tanpa memikirkan standar yang membuat kita menjadi insecure. Sebaiknya tinggalkan pekerjaan, kegiatan atau hal apa pun yang membuat kita tidak bahagia dan kejarlah karier,hobby atau apapun yang positif yang memang menjadi impian.

 

Standar diri

Ayo kita membuat standar diri kita sendiri, mengapa? Karena insecure yang kita rasakan merupakan hasil dari standar lingkaran yang secara tidak langsung terbentuk dan selalu berpatokan kepada standar orang lain dengan contoh yang banyak orang alami. Misalnya , warna kulit putih lebih dikagumi dibandingkan kulit yang lebih kecokelatan yang membuat semua orang mengikuti standar bahwa kulit putih lebih menarik dari pada kulit yang lebih cokelat.

 

Mengapa kalian tidak membuat standar diri kalian sendiri sendiri? Dengan contoh di atas, orang yang memiliki kulit lebih kecokelatan juga bisa berekspresi, dikagumi dan lebih menarik, dapat juga menjadi contoh yang lain. Cara tersebut penting untuk mengubah insecure yang kita rasakan menjadi kelebihan.

 

Ingat, ya, semua manusia memliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pandai-pandailah mengasah kemampuan diri agar dapat menunjukan kesuksesan di balik kata “insecure” yang dirasakan, sehingga kita harus lebih menghargai diri kita sendiri, selalu berpikir dan melakukan hal positif, dan selalu menjadi individu yang menginspirasi. Kita tidak pernah tahu kedepan mungkin ternyata rasa insecure merupakan hal yang akan membuat kamu menemukan jalan kesuksesan.


Intinya, buat kamu yang ngerasa insecure di luar sana. Nggak apa-apa banget kita ngerasain insecure. Karena, seperti halnya perasaan lainnya, mungkin hanya sementara aja kita ngerasa begitu. Kalau perasaan ini lagi hinggap, yaudah peluk aja diri sendiri. Kamu boleh nangis, boleh curhat sama teman, boleh banget juga ngobrol sama Tuhan. Apa pun itu, lakuin aja biar perasaan kamu ngalir.

 

So… kita harus tetap semangat untuk ngejalanin semua, ingat kita harus percaya diri.

Baca selengkapnya »
Fight it!

Fight it!

 

                                                  sumber: pinterest


oleh: Aliya Khairunisa


    “Oke, dua jam lagi zoomnya selesai, semangat!” Ucapku menyemangati diri sendiri. Baru hari senin tapi sudah tidak sabar untuk bertemu hari sabtu. Walaupun pelajaran hari ini lumayan santai, tapi tetap saja berat. “Aku masuk ke sekolah ini juga merupakan hasil usahaku, jadi, aku tidak bisa menyia-nyiakannya begitu saja. Mumpung masih online, aku harus menggunakan waktu dengan baik jangan sampai kalah dengan suasana”. Itu kataku setiap saat. Namun, itu hanya bertahan di dua minggu pertama sekolah sampai akhirnya aku menjadi tidak teratur.

 

“Ayo anak-anak dibuka kameranya ya… Ibu akan absen terlebih dahulu,” Ucap Guru itu dari zoom. Satu-persatu wajah para peserta didik mulai terlihat di layar. Guru itu mulai mengabsen muridnya satu-satu. “Jimin, tugas kamu yang terakhir belum ya, nak? Ayo cepat dikerjakan, sudah berapa minggu ini?!” Tegas guru itu ke salah satu peserta didik. “Iya bu, ini masih proses, nanti sore akan saya kumpulkan.” Jawab Jimin. “Selanjutnya, Kai, kamu juga belum nih tugasnya… Kapan mau dikumpulin?” Tanya guru itu kepadaku. “Iya bu, sebentar lagi selesai.” Jawabku malu. “Oke, cepat ya, kalau tidak akan saya berikan nol.” Tegas bu guru.

Lagi-lagi aku lalai dengan tugasku, ini bukan guru pertama yang menanyakan hal itu kepadaku dalam sebulan ini. Tugas yang diberikan setiap harinya aku terus tunda sampai tanggunganku yang lain tidak dapat terselesaikan dengan cepat. Kalau begini caranya tugasku akan semakin menumpuk. Penilaian semester satu juga sebentar lagi dan parahnya aku belum memahami materi sepenuhnya di beberapa pelajaran. Apakah aku bisa berubah jika terus seperti ini?

 

Dua jam setelahnya, menunjukkan pukul 12 siang. “Materinya sampai situ dulu ya, anak-anak. Saya akan memberikan tugas terakhir sebelum penilaian akhir semester satu. Keterangannya sudah saya cantumkan di classroom dan batas pengumpulannya adalah minggu depan, jadi, saya harap kalian bisa memberikan hasil yang maksimal ya! Kalau tidak ada lagi yang ditanyakan, saya akhiri dan selamat istirahat!” Jelasnya lalu meninggalkan zoom kelas.

This meeting has ended by the host. Aku langsung mengklik shut down dan menuju ruang makan untuk makan siang.

 

Di meja makan sudah ada tempe goreng dan sayur sop bikinan Ibuku. Sederhana tapi mewah. Biasanya saat makan siang kita memang tidak makan dengan anggota lengkap. Siang ini di meja makan hanya ada aku dan Ibuku, yang lain masih mengerjakan kesibukannya masing-masing. “Gimana kak? Ada tugas?” Tanya Ibuku. “Banyak.” Jawabku singkat. “Makan yang banyak ya, biar kuat!” Ucap Ibuku. “Iya…” Ibu sering menanyakan apakah tugasku banyak atau tidak, aku selalu memberikan jawaban yang sama seperti tadi karena memang tugasku menumpuk, tapi aku tidak berani memberi tahu seberapa banyak tugas yang bahkan sudah menjadi missing.

 

Tiga puluh menit setelahnya, aku kembali ke kamarku untuk sholat dzuhur dan segera kembali mengerjakan tugas yang belum terselesaikan. Aku mengganti suasana belajar dengan duduk di lantai dan meja lipat melainkan menggunakan meja belajarku yang sudah kududuki selama kurang lebih lima setengah jam. Di atas kasurku ada Moon, Kucingku, yang tidur kekenyangan. “Kamu enak ya, moon, kerjaannya tidur, bangun, dan makan saja…” Ucapku iri dengan Moon yang bisa santai-santai. Aku menatap kucingku itu beberapa saat dan kembali lagi menatap layar laptop. “Oke, mari kita mulai. Step by step.”

 

Belum juga lima belas menit, aku sudah kembali dengan ponsel genggamku teralihkan oleh telefon dari temanku. “Kai! lo udah ngerjain tugas yang tadi dikasih sama si ibu?” Tanya temanku-Ravi. “Tugas tambahan yang kemarin aja belum selesai, Rav.” Jawabku dengan kesal. “Oh iya ya… Mau dibantu gak tugas yang kemarin?” Tawarnya. “Gue bingung nyari topik aja sih...” Jawabku. “Hmm… lo kan suka nonton film tuh, bikin aja ulasan tentang film yang lo suka dan anggap bermoral! ” Ujar Ravi. “Oh iya! Boleh tuh, kok gue gak kepikiran ya… oke deh makasih Rav!” “Iya deh... Cepet kelarin dah tuh tugas, kasian nanti si ibu mau ngasih nilai kebingungan, Hahaha…”  Tawa Ravi. Aku ikut tertawa karena kalimatnya. “Semangat ngerjain tugasnya deh ya, lo pasti bisa!” Sorak Ravi sebelum menutup telepon. “Iya! Lo juga semangat!” Sorakku balik.

 

Aku kembali fokus ke laptop dengan halaman tugasku itu setelah mendapat saran dari Ravi. Berkatnya, aku berhasil menyelesaikan dua paragraf, tapi masih terhitung 250 kata. Aku harus berada di 1,000 kata untuk mencapai kriteria minimal. Padahal, Ini bukan pertama kalinya aku menulis tapi kenapa berat sekali. Banyak kalimat-kalimat yang sudah diubah entah berapa kali. Aku kira ini akan berjalan cepat karena film yang aku ulas ini terekam dan tergambar sangat jelas di kepalaku, tapi kenapa tidak bisa kujelaskan dalam bentuk tulisan dengan baik? Kepalaku rasanya ingin pecah! Aku jadi tahu kenapa ada kalimat mengatakan bahwa dalam mengerjakan sesuatu itu harus konsisten.

 

“Arghhh! Padahal, tugas yang lain juga belum selesai!? Kenapa menulis begini aja belum selesai dari tadi!?” Kesalku memukul meja. Pikiranku sudah terkuras banyak, mungkin jika aku istirahat lima menit dapat membantu. Iya lima menit, ditambah lima menit lainnya. Selama istirahat itu aku malah asyik melanjutkan episode kemarin yang tersisa tiga puluh menit lagi. Aku bersantai-santai seakan aku tidak memiliki beban lain. Dan, yang terjadi adalah waktu yang aku gunakan untuk istirahat sudah bukan lima menit lagi.

 

Tidak terasa sudah pukul 3 sore, azan ashar terdengar mengumandang. Aku menghentikan video yang kutonton dan segera mengambil wudhu untuk bersiap salat. Lagi-lagi aku masih berpikir, untuk menunda tugasku. Begitu terus sampai aku memutuskan untuk berolahraga terlebih dahulu. Aku mencoba menjernihkan kepalaku sejenak dengan jalan sore sambil mendengarkan musik yang diputar secara acak. Namun, kepalaku tetap penuh dengan kepanikan karena tugas belum selesai. Di lagu kedua yang terputar, rasanya aku pernah mendengarnya sampai terdengar lirik “I don’t know you anymore” aku jadi ingat ini adalah lagu Eric Nam yang baru keluar! Lagu ini membuatku mencoba mengerti isinya. Dari Chorus, I can't tell you where we went wrong. Maybe it's not anyone's fault. All I know is I don't know you anymore. Lalu Post-Chorus, We've gone too far, we fell too hard. Dan Verse ke-2 You can't burn a bridge and then act like it's not a big deal (Big deal, yeah-yeah). Kalimat-kalimat yang kuperhatikan itu membuat Langkahku terhenti. Rasanya seperti ada yang menamparku. Harusnya ini bertujuan untuk orang-orang disana yang merasa kehilangan pasangannya! Masa aku bisa merasa relate? Aku mencoba berpikir pelan. Apa aku kehilangan diriku sendiri? Apa aku bukan Kai yang selalu ingin lebih dulu dari yang lain? Pikiran itu semakin dalam dan air mata keluar dari mataku. Aku merasa kesal dengan diriku yang menganggap enteng tanggung jawabku sekarang karena aku tahu aku bisa lebih dari ini. “Ini memalukan! Aku harus pulang sekarang!” kesalku. Air mata itu masih keluar sedikit. Aku mengusap air mata itu dan putar balik menuju rumah.

 

Sebelum membuka pagar, aku menenangkan diriku dulu supaya tidak ada yang bertanya kenapa ada air yang keluar dari mata anak laki-laki ini. Tapi perasaanku sekarang ini benar-benar tidak bisa menerima diriku saat ini. Setelah mencuci tangan, aku langsung menuju kamarku dan duduk didepan laptop lalu mulai merangkai kalimatku. Tentu saja menulis dengan perasaan seperti ini tidak lebih mudah dari sebelumnya. Aku tetap berusaha berpikir keras sampai akhirnya aku menyelesaikan tulisanku sampai akhir. Sebelum dikirimnya tulisanku ini, aku melakukan pengecekan apakah ada kesalahan dalam penulisan. Aku mulai kembali ke halaman pertama dan membaca tulisanku dari awal. Selama membaca, tanganku bergerak sendiri membenarkan kalimat yang kurang pas.“Tidak buruk juga, aku kurang puas sih… tapi, mending selesai saja deh daripada pusing membuatnya sempurna.” Angguk kepalaku menilai tulisanku sendiri.

 

Sinar matahari yang masuk ke kamarku mulai berkurang. Ternyata sekarang sudah pukul 6 sore. Aku tidak sadar karena fokus mengerjakan tugasku. Dari luar terdengar ada yang memanggilku untuk makan malam. Aku hanya menjawab “Iya nanti” lalu diam dan menyelesaikan tugas yang 96% selesai. “Yeay! Tinggal kasih nama dan kirim filenya nih... “ Ucapku tak sabar mengirim tugas ini. Aku terus menggetarkan kaki ke lantai sambil membuka classroom. Akhirnya aku bisa mengklik turn in. Ini sebuah kepuasan yang juga melegakan. “Assalamualaikum bu, saya Kai dari kelas 10 B sudah mengumpulkan tugas tambahan dari ibu. Mohon maaf atas keterlambatannya ya bu, terima kasih.” Tulisku dalam pesan ke Bu guru. “Waalaikumsalam Kai, iya terima kasih sudah mengumpulkan ya nak…. Lain kali kalau ada kendala bisa dibicarakan saja, tidak usah takut ya nak,” Balas Bu guru dengan cepat. “Iya baik bu, terima kasih sekali lagi ya bu.” Balas Ku menutup percakapan.

 

Setelah sekian malam, tugas yang tertunda satu minggu berhasil ku selesaikan. Walaupun masih banyak yang lain, tapi satu-persatu terkumpulkan. “Nak, ayo makan udah dipanggil dari tadi,” Ucap Ibu dari balik pintu. “Eh iya bu,ini  baru selesai ngerjain tugas.” Jawabku tersenyum riang. “Masa sampai belum mandi gini, yaudah makan dulu sana sebelum dingin.” Ujar ibu mengomel. “Iya hehehe” Jawabku terkekeh. Di ambang pintu, Ibu hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan putranya yang satu ini.

 

Sampai di ruang makan, mata dan mulutku terbuka lebar melihat apa yang ada di meja makan. Ternyata sudah ada dua box pizza dengan topping kesukaanku. “Kamu pasti lelah ya banyak tugas. Ibu tahu kamu masih banyak yang belum terselesaikan. Makanya Ibu beli pizza biar kamu tetap happy.” Ucap ibu yang ada di belakangku. Aku memutarkan badanku dan memeluk ibuku sambil mengucapkan terima kasih. Jarang sekali kita memesan pizza untuk makan biasa tanpa ketentuan special. Maka dari itu aku merasa bersyukur masih ada orang yang mendukungku. Di awal mungkin terasa berat, tapi saat kamu mulai melakukannya dan menjalankannya, pasti akan terasa lebih mudah setelahnya. Dan ingatlah bahwa di sekitarmu pasti banyak yang mendukungmu, jadi kamu tidak sendirian. Semuanya juga sedang berusaha, jadi mari kita berjuang bersama untuk mencapai tujuan yang kita mau!

Baca selengkapnya »