Asal-Usul Hindu di Bali

                                   sumber: https://id.wikipedia.org/

oleh: Natalie Kerenhappukh Ginting, Heaven Andante Loppies, Gihon Yalfan Matulessy, Ahmad Gezha Aqila, Juan Theresia Paulina T.S


Om swastiastu. Halo Sobat Historia! Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keberagaman, khususnya dalam bidang agama. Pancasila sebagai falsafah negara mendorong rakyatnya untuk menganut sebuah agama atau kepercayaan. Agama sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yakni dari kata “a” yang artinya tidak dan “gama” yang artinya kacau. Secara harfiah, “agama” berarti “tidak kacau” atau dengan kata lain “teratur", sehingga agama dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem nilai-nilai yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan dan hubungan dengan sesamanya.


Di Indonesia sendiri terdapat 6 agama yang diakui, salah satunya adalah agama Hindu. Tahukah Sobat, pulau mana di Indonesia yang memiliki masyarakat pemeluk Hindu terbanyak? Ya, Pulau Bali! Surga eksotis yang terkenal akan keindahan pantai dan tariannya ini merupakan tempat tinggal bagi 3,72 juta penduduk beragama Hindu berdasarkan data Dukcapil Kemendagri. Namun, pernahkah Sobat bertanya-tanya, bagaimana Bali bisa menjadi sangat identik dengan agama Hindu? Bagaimana asal-muasalnya agama Hindu bisa masuk ke Pulau Bali? Seperti apa perkembangan agama Hindu pada masa Kerajaan Bali? Yuk, kita simak lebih lanjut!

 

Agama Hindu sendiri berasal dari masuknya bangsa Arya ke India pada tahun 1500 SM. Bangsa Arya merupakan orang Indo-Iran yang berasal dari Asia Tengah. Mereka dikenal sebagai bangsa pengembara dan sering berpindah-pindah tempat sebelum akhirnya sampai di Mohenjodaro dan Harappa, pusat peradaban bangsa Dravida yang merupakan suku asli India. Respon bangsa Dravida terhadap masuknya bangsa Arya ini beragam. Ada yang memberikan perlawanan terhadap bangsa Arya, ada yang menyingkir ke daerah India bagian Selatan, dan ada pula yang berasimilasi dengan bangsa Arya sehingga menghasilkan budaya baru. Percampuran kedua budaya inilah yang menghasilkan agama Hindu. Agama ini berkembang di India, kemudian disebarluaskan ke negara-negara dan wilayah lain, termasuk Nusantara pada masa itu.

 

Agama Hindu diperkirakan masuk ke Bali sekitar abad ke-8. Masuknya agama Hindu ke pulau Bali sendiri dapat dijelaskan dengan teori-teori masuknya agama Hindu ke Nusantara. Mengapa ada banyak teori? Sebab belum ada kesepakatan yang bulat di antara para ahli mengenai bagaimana cara agama Hindu bisa masuk ke Nusantara. Terdapat 5 teori masuknya agama Hindu ke Nusantara, antara lain teori Ksatria, teori Waisya, teori Brahmana, teori Sudra, dan teori Arus Balik. Teori Ksatria berpendapat bahwa golongan Ksatria yang membawa dan menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Para Ksatria yang kalah dalam peperangan di India melarikan diri ke Nusantara, kemudian mereka mendirikan kerajaan bercorak Hindu atau merebut kekuasaan di sebuah kerajaan yang telah berdiri dengan menikahi putri raja di kerajaan tersebut. Teori Waisya menyatakan bahwa golongan Waisya atau para pedaganglah yang menyebarkan agama Hindu di Nusantara.


Selain berdagang, golongan Waisya juga memperkenalkan agama dan kebudayaan Hindu kepada masyarakat pribumi. Beberapa pedagang pulang kembali ke daerah asal mereka, namun ada juga yang menetap lalu menikah dengan penduduk setempat, sehingga melahirkan keturunan beragama Hindu. Sedangkan teori Brahmana yang dikemukakan oleh J.C. van Leur berpendapat bahwa agama Hindu diperkenalkan oleh kaum Brahmana sebagai kaum yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Para penguasa lokal yang tertarik dengan ajaran Hindu mengundang para Brahmana untuk datang ke wilayahnya.


Teori Sudra oleh Von Faber menyatakan bahwa masuknya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India berkasta Sudra yang menginginkan kehidupan lebih baik sehingga pergi merantau ke wilayah lain, salah satunya Nusantara. Teori Arus Balik dibuat oleh F.D.K. Bosch untuk menyangkal teori Waisya dan Ksatria, bahwa masyarakat pribumi sendirilah yang pergi mendalami agama Hindu di India, kemudian kembali untuk menyebarkan dan mengembangkan agama Hindu di Nusantara.

 

Pada saat Kerajaan Bali Kuno dipimpin oleh Raja Udayana, agama Hindu berkembang dengan pesat di Bali. Agama Hindu di Kerajaan Bali pada masa itu memiliki  banyak sekte. Menurut Goris, setidaknya ada 9 paksa atau sekte yang pernah berkembang di Bali, yakni Siwa Siddhanta, Pasupata, Bhairawa, Waisnawa, Boddha atau Sogata, Brahma, Rsi, Sora, dan Ganapatya. Sekte-sekte ini memperdebatkan kepercayaan masing-masing dan saling berseteru sehingga menimbulkan keributan dan perpecahan, baik antar sekte maupun dalam sekte itu sendiri.


Situasi kerajaan yang tidak stabil membuat raja Udayana meminta Mpu Kuturan untuk datang ke Bali dan menyelesaikan konflik yang ada. Diperkirakan, Mpu Kuturan yang merupakan seorang pendeta besar Hindu dari Majapahit tiba di Kerajaan Bali pada tahun 845 M untuk memimpin pertemuan antara para pemimpin sekte di Pura Bukit Goak guna menyelesaikan konflik agama tersebut. Pertemuan yang dikenal dengan Pesamuan Agung ini menghasilkan kesepakatan, bahwa, sekte-sekte Hindu yang beragam ini disatukan di bawah konsep Tri Murti yang berfokus pada 3 dewa, yakni dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa. Kemudian konsep ini diterapkan di masyarakat dengan adanya pembangunan Pura Tiga Khayangan di setiap desa adat dan penerapan konsep tri mandala di setiap puri di Bali.

 

Kerajaan Majapahit memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan agama Hindu di Bali. Pada masa pemerintahan Raja Bedahulu, Mahapatih Majapahit Gajah Mada memasuki Pulau Bali dengan tujuan ingin menaklukkan Bali demi misinya untuk menyatukan Nusantara. Setelah berhasil menaklukkan Bali, Ida Bhatara Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan diutus Raja Majapahit untuk memerintah sebagai Raja Bali yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Ia mendirikan istana kerajaan di lokasi perkemahan Gajah Mada di Desa Samplangan sebelum pusat kerajaan akhirnya dipindahkan ke Klungkung. Masuknya bangsawan-bangsawan Majapahit hingga penduduk Hindu Jawa ke Bali membawa pengaruh budaya dan agama yang besar bagi Bali. Gelombang migrasi penduduk Hindu Jawa ke Bali semakin besar khususnya pada masa keruntuhan Majapahit oleh Kerajaan Demak. Mereka adalah penganut agama Hindu yang menolak pengaruh Islam dari Kerajaan Demak.


Dalam gelombang migrasi tersebut terdapat juga dua Brahmana, yakni Danghyang Nirartha dan Danghyang Astapaka yang membawa banyak perubahan bagi agama Hindu di Bali. Kebudayaan Hindu-Buddha Jawa yang melebur dengan budaya Bali yang masih dihiasi dengan penyembahan kepada nenek moyang menghasilkan agama yang disebut orang Bali sebagai agama Tirta, kemudian berganti nama menjadi Hindu Dharma. Dalam prakteknya, Hindu Dharma tidak sama dengan Hindu di India, sebab Hindu Dharma berkembang mengikuti adat dan budaya orang Bali yang ada sejak zaman prasejarah hingga masa kini.

 

Hindu Dharma atau Hindu Bali bagi orang Bali tidak hanya sekedar agama, namun sudah bersatu dengan budaya, adat serta tradisi turun-temurun orang Bali, sehingga nilai-nilai agama yang bercampur dengan adat itu menjadi identitas dan jati diri orang Bali dan hidup dalam aktivitas keseharian masyarakat Bali. Oleh karena inilah Bali begitu identik dengan agama Hindu. Hindu Bali mampu bertahan ketika Hindu Jawa memudar di masa peradaban Islam, dan terus bertahan di tengah gempuran modernisasi masa kini. Nah Sobat, bagaimana Bali adalah benang merah khazanah dalam sejarah Indonesia yang harus kita syukuri kekayaan budaya, bukan hanya kekayaan alamnya saja.


Sebagai anak pengubah bangsa, mari kita juga turut menjaga dan mempertahankan kebudayaan kita! Sekian dan terima kasih! Om shanti, shanti, shanti Om.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Kompas.com. Verelladevanka, A. (2021). Bangsa Arya: Asal-usul, Ciri-ciri, dan Hasil Kebudayaan. Diakses 15 Juni 2023 dari https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/30/080000479/bangsa-arya--asal-usul-ciri-ciri-dan-hasil-kebudayaan?page=all

 

Wikipedia. Agama di Indonesia. (2023). Diakses pada 15 Juni 2023 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia

 

Bali Tours Club. Desa Bali Aga. Diakses pada 16 Juni 2023 dari https://www.balitoursclub.net/bali-aga/

 

CNNIndonesia.com. (2022). 5 Teori Masuknya Agama Hindu dan Buddha ke Nusantara. Diakses pada 15 Juni 2023 dari

https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20221117104031-569-874948/5-teori-masuknya-agama-hindu-dan-buddha-ke-nusantara

 

Putra, N. (2022). Pura Samuan Tiga : Napak Tilas Penyatuan Sekte di Bali. Jurnal Nirwasita. Diakses pada 16 Juni 2023 dari https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/nirwasita/article/view/2246/1650

 

Asumsi.co. Ramadhan. (2021). Perjalanan Agama Hindu Hingga Diakui di Indonesia. Diakses 16 Juni 2023 dari https://www.asumsi.co/post/57847/perjalanan-agama-hindu-hingga-diakui-di-indonesia/#:~:text=Agama%20Hindu%20pun%20selanjutnya%20berkembang,Putra%20Bhatara%20Desa%20Bedahulu%2C%20Gianyar

 

Wartayasa, I. (2018). Kebudayaan Bali dan Agama Hindu. Diakses pada 16 Juni 2023 dari

https://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/ganaya/article/view/97/95

 

Tirto.id. Abdulsalam, H. (2019). Sejarah Hindu Bali: Upaya Menuntut Pengakuan Dari Negara. Diakses pada 15 Juni 2023 dari https://tirto.id/sejarah-hindu-bali-upaya-menuntut-pengakuan-dari-negara-diDD?page=all#secondpage

 

Bali Tours Club. Sejarah Agama Hindu di Bali. Diakses pada 15 Juni 2023 dari https://www.balitoursclub.net/sejarah-agama-hindu-di-bali/

 

Kusniarti, A. A. S. (2020). Awal Kedatangan Patih Gajah Mada ke Bali, Berawal dari Pura Dalem Pingit Gianyar. Diakses pada 16 Juni 2023 dari

https://bali.tribunnews.com/amp/2020/11/04/wiki-bali-awal-kedatangan-patih-gajah-mada-ke-bali-berawal-dari-pura-dalem-pingit-gianyar

 

iNews.id. (2022). Sejarah Mengapa Bali Masyarakatnya Beragama Hindu, Ada Kaitannya dengan Majapahit. Diakses pada 15 Juni 2023 dari https://bali.inews.id/berita/sejarah-mengapa-bali-masyarakatnya-beragama-hindu-ada-kaitan-runtuhnya-majapahit/1

 

Validnews.id. Fatwa, A. M. (2020). Mengenal Desa Penduduk Asli Bali yang Masih Eksis. Diakses pada 15 Juni 2023 dari

https://validnews.id/kultura/Mengenal-Desa-Penduduk-Asli-Bali-yang-Masih-Eksis-gGU
 

Asal-Usul Hindu di Bali