Soeharto dan Sederet Tragedi Pelanggaran HAM di Bumi Lorosae

Soeharto dan Sederet Tragedi Pelanggaran HAM di Bumi Lorosae

 


oleh Roofie Fathin S

Halo teman-teman sebangsa dan setanah air, salam Jas Merah! Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan sebuah karya tulis mengenai mengapa Presiden Soeharto dianggap sebagai penjajah oleh masyarakat Timor Leste. Namun sebelum melanjutkan ke dalam pembahasan, perlu digarisbawahi terlebih dahulu, bahwa konten ini termasuk ke dalam konten sensitif, saya tidak bermaksud untuk memojokkan atau memprovokasi pihak-pihak tertentu dan dalam pembahasan ini, hanya bertujuan untuk memberikan informasi yang terjadi berdasarkan fakta di masa itu.

 

Pada tahun 1998, ketika masa rezim orde baru telah digantikan oleh masa pemerintahan reformasi yang pada saat itu dipimpin oleh bapak B.J Habibie, Indonesia sedang mengalami ketidakstabilan politik dan ekonomi, dan ditambah lagi dengan adanya tekanan berupa sanksi dari negara Barat seperti Amerika Serikat dan sekutunya tentang adanya pelanggaran HAM yang terjadi di Timor Timur.

 

Mendengar hal itu, pada tanggal 30 Agustus 1999 Presiden BJ. Habibie kemudian melakukan referendum dengan diawasi oleh PBB untuk menentukan nasib dari Timor Leste, apakah ingin tetap menjadi bagian dari Indonesia dan menjadi wilayah otonomi khusus atau ingin merdeka dan memisahkan diri dari Indonesia. Dan, hasil dari referendum tersebut menunjukkan lebih dari 70% suara memilih untuk merdeka dan melepaskan diri dari Indonesia.


Referendum Timor Leste

 

Setelah 21 merdeka dari Indonesia, mayoritas masyarakat Timor Leste masih ada yang menganggap bahwa Indonesia adalah penjajah bangsa Timor Leste dan Soeharto itu adalah seorang diktator yang sangat kejam bagi rakyat Timor Leste. Lantas, mengapa demikian?

 

Alasan dari mengapa presiden Soeharto selalu dikaitkan dengan penjajahan bangsa Timor Leste dan diktator yang kejam dan otoriter adalah pada saat presiden Soeharto masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, di tahun 1975 ketika presiden Soeharto memilih untuk melakukan integrasi wilayah Timor Timur dari bekas wilayah jajahan Portugis dengan alasan untuk melindungi wilayah Asia tenggara dari cengkraman tangan Komunis dengan menamai operasi tersebut dengan nama "Operasi Seroja".



TNI Operasi Seroja

 

Tapi sayangnya, setelah Operasi Seroja dianggap sukses oleh presiden Soeharto dan dianggap selesai pada tahun 1980-an, rakyat Timor Timur mulai mengalami pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh pemerintahan Soeharto, yang dinyana, presiden Soeharto seringkali memerintahkan TNI untuk melakukan eksekusi terhadap warga sipil Timor Timur yang terafiliasi oleh organisasi Fretilin yang bertujuan untuk memerdekakan Timor Leste dari Indonesia. Bahkan yang lebih parahnya lagi, keluarga dari pihak si korban tersebut tak jarang juga mengalami penyiksaan dan pemerkosaan oleh oknum TNI.

 

Penyiksaan dan pemerkosaan tersebut yang dialami oleh warga sipil Timor Leste terus berlanjut, hingga puncaknya pada tanggal 12 November 1991, di saat warga Timor Leste sedang melakukan misa arwah untuk mengenang kepergian dari aktivis kemerdekaan Timor Leste yakni Sebastiao Gomes yang tewas akibat dari perkelahian antara pihak yang pro integrasi dan dengan pihak yang kontra dengan integrasi.

 

Namun, misa arwah ini akhirnya berujung pada demonstrasi ke pemerintahan Soeharto dengan membentangkan spanduk yang berisikan Timor Leste merdeka dan nama dari pemimpin Fretilin yakni Xanana Gusmao. Pihak TNI yang menyadari hal tersebut, kemudian meresponnya dengan melakukan penembakan terhadap ratusan demonstran tersebut hingga ke wilayah pemakaman Santa Cruz.

 

Demonstran yang mendengar suara tembakan tersebut, kemudian berlarian mencari tempat bersembunyi dari suara dan berondongan tembakan yang terus menerus ditembakkan oleh pihak oknum TNI. Semakin lama, aksi penembakan dari TNI ini makin menjadi-jadi dan mulai banyak korban jiwa yang berjatuhan dari para demonstran. Tercatat, sekitar 273 orang Timor Leste tewas dalam tragedi ini dan warga Timor Leste menyebut tragedi ini sebagai Tragedi Santa Cruz.

 

Kemudian, hasil dari dokumentasi tragedi Santa Cruz ini direkam baik oleh seorang jurnalis asal Inggris yang bernama Max Sthal. Rekaman dari dokumentasi tragedi Santa Cruz ini diangkat menjadi sebuah film dokumenter yang menjelaskan betapa brutalnya pihak TNI yang menembak aktivis kemerdekaan dan para demonstran. Alhasil, tragedi inipun terkespos ke media mancanegara termasuk ke saluran media negara Eropa dan Amerika.


Setelah film dokumenter tentang tragedi kemanusiaan yang terjadi di Timor Timur tersebar, pihak negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Belanda, dan negara Eropa lainnya mulai mengecam dan memberlakukan sanksi atas kebengisan yang dilakukan oleh pemerintahan presiden Soeharto atas warga Timor Timur. Namun, pada saat negara Barat memberikan kecaman dan sanksi terhadap presiden Soeharto, presiden Soeharto tidak meresponsnya dan itu hanya dianggap sebagai angin lalu saja.

 

Secercah harapan akan kemerdekaan negara Timor Leste mulai muncul kembali setelah terjadinya krisis moneter dan politik yang terjadi pada tahun 1998 dan presiden Soeharto memutuskan untuk mengundurkan diri dan digantikan oleh presiden BJ Habibie. Setelah BJ Habibie terpilih sebagai presiden untuk menggantikan presiden Soeharto, beliau kemudian membuat kebijakan untuk melakukan referendum untuk menentukan nasib Timor Timur.

 

Setelah diadakannya referendum, hasilnya adalah mayoritas warga Timor Timur memilih untuk merdeka dibandingkan untuk menjadi bagian dari Indonesia dengan menjadi daerah otonomi khusus. Alhasil, pada tanggal 20 Mei 2002, Timor Timur resmi memerdekakan diri dari Indonesia dan mengganti namanya menjadi Timor Leste.

 

Menurut pendapat dari warga Timor Leste ketika ada media dari Indonesia yang mewawancarai tentang masa lalu negaranya dibawah pemerintahan tangan besi Soeharto, mereka menganggap bahwa tragedi Santa Cruz ini adalah bukti dari puncak kekejaman dan kebengisan yang dilakukan oleh pemerintahan rezim Soeharto terhadap warga Timor Leste. Dan, hingga saat ini warga Timor Leste masih mengingat pasti mengenai tragedi Santa Cruz yang menewaskan ratusan warga Timor Leste.

 

Menurut teman-teman setelah penjelasan dari kejadian dan peristiwa tersebut. Maka, kesimpulan apa yang bisa teman-teman ambil dan apakah memang Soeharto adalah penjajah bagi warga Timor Leste?  Berikan pendapat Anda.

 

Demikian akhir dari penyampaian konten saya pada kesempatan kali ini, semoga teman-teman sekalian bisa membuka wawasan terhadap informasi yang saya sampaikan pada kali ini. Terima kasih semuanya dan Salam Jas Merah!


Sumber Referensi

https://youtu.be/fijlpRNb_Mw?si=kuUvuAANBLoGJzVT

https://youtu.be/xJUhwcS4GhE?si=VWG9gNJ2h-q1H4yP

https://images.app.goo.gl/uQCsbqJyC6qTNBzy8

https://images.app.goo.gl/H7kh1bxEgLTzgnZU9

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Invasi_Indonesia_ke_Timor_Timur

https://images.app.goo.gl/QHzrrutXMJdvRsGW6

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Referendum_kemerdekaan_Timor_Leste_1999

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembantaian_Santa_Cruz

https://youtu.be/rvpP5VknV1s?si=d2eUVhA0KivZW-sc

Baca selengkapnya »
Turki Usmani dan Alasan Penjelajahan Bangsa Eropa

Turki Usmani dan Alasan Penjelajahan Bangsa Eropa


 oleh: Arvin Unggul Wibowo


Setelah mundur dan berakhirnya era Abbasiyah, keadaan politik umat islam kala itu dipimpin oleh tiga kerajaan besar yakni, Turki Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Dari ketiga kerajaan tersebut Turki Usmani adalah kerajaan terlama dan terbesar wilayahnya dan dikenal dengan Imperium Islam. Jauh sebelum berdirinya Turki Usmani, terdapat dinasti Turki Saljuk yang dipimpin oleh Sultan Alauddin II. Artoghol (merupakan ayah dari Usman) mengabdikan dirinya untuk membantu Sultan Alauddin memerangi sekutunya di Byzantium.


Setelah peperangan usai dengan hasil Turki Saljuk memenangi peperangan, Aroghol diberi hadiah oleh Sultan Alauddin sebidang tanah kecil yang berbatasan dengan Byzantium. Dan sejak saat itu Arthogol memperluas wilayahnya sendiri. Beberapa tahun setelahnya, Arthogol dikaruniai anak bernama Usman (pencetus berdirinya Turki Usmani). Dan Arthogol menaiki tahta. Setelah Kerajaan Saljuk kalah oleh bangsa mongol dan terpecah belah menjadi bagian-bagian kecil, Usman menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya dan nama kerajaan itu adalah Kerajaan Turki Usmani yang kita kenal sekarang.


Konstantinopel merupakan kota yang yang dibangun oleh Kekaisaran Romawi Timur, Constantine I. Konstantinopel memiliki wilayah yang sangat strategis karena berada pada perbatasan benua Eropa dan Asia. Segala aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh orang- orang Eropa ke Asia maupun sebaliknya terjadi pada kota tersebut. Karena letaknya yang yang sangat strategis, Kaisar Romawi Timur membuat sebuah benteng pertahanan yang sangat kuat yang tidak bisa ditembus oleh siapapun. Pada sejarah yang telah terjadi, Kota Konstantinopel jatuh oleh Kerajaan Turki Usmani. Pada kala itu Kerajaan Turki Usmani dipimpin Oleh Muhammad Al-Fatih yang merupakan raja generasi ketujuh dari Kerajaan Turki Usmani.


Misi utama Muhammad Al-Fatih kala itu untuk menaklukkan Kota Konstantinopel adalah untuk menyebarkan agama dakwah Islam, karena kota Konstantinopel mayoritasnya adalah penganut Katolik Ortodoks. Segala cara dan strategi telah Muhammad Al-fatih lakukan mulai dari perundingan yang dilakukannya oleh penguasa Konstantinopel hingga strategi militer yang akan digunakan untuk menggempur habisan-habisan kota tersebut. Ia melakukan perundingan terhadap penguasa di kota tersebut dengan bersumpah jika mereka menyerahkan kota tersebut secara damai, maka ia akan melindungi seluruh masyarakatnya, harta mereka, hingga kehormatan mereka tidak akan disentuh sekalipun dan Muhammad Al-Fatih juga akan menjamin keselamatan seluruh warganya yang ingin tinggal dikota tersebut maupun yang ingin keluar dari kota tersebut.


Namun, seruan itu tidak diterima oleh penguasa tersebut. Sehingga pada akhirnya Muhammad Al-Fatih mencari segala informasi mengenai kota tersebut mulai dari wilayah yang mereka kuasa, seberapa tinggi benteng yang mereka punya, berapa pasukan yang mereka miliki, hingga persenjataan yang dibutuhkan untuk menaklukkan kota tersebut. Bahkan, Muhmmad Al-Fatih turun tangan sendiri untuk bernegosiasi dengan para informan di sana. Setelah strategi yang dibutuhkan sempurna, mereka mengepung seluruh wilayah kota tersebut, mulai dari Laut Marmara, Teluk Tanduk emas, sampai Tekuk Bosporus. Dan dengan segala strategi serta cara yang dilakukan Muhammad Al-Fatih, akhirnya kota tersebut berhasil dikuasa oleh Sultan Muhammad Al-Fatih. Setelah menguasai kota tersebut, Muhammad Al-Fatih membuat beberapa perubahan baru, seperti:


·   Mengubah Gereja Hagia Sophia menjadi Masjid tempat orang muslim beribadah, namun tetap diberikan bilik-bilik diluar bangunan gereja untuk para warga masyarakat yang menganut Katolik Ortodoks tetap bisa beribadah.

 

·  Menutup Jalur perdangangan untuk Eropa, sehingga pada masa itu negara- negara di Eropa mengalami krisis pangan khususnya rempah-rempah.

 

Krisis rempah-rempah serta kurangnya stok rempah-rempah di negara mereka yang membuat mereka (bangsa Eropa) pada akhirnya membuat bangsa Eropa melakukan pelayaran – pelayaran atau ekspansi keluar benua Eropa untuk mencari rempah – rempah. Ekspansi merupakan tindakan atau proses perluasan atau perluasan wilayah, pengaruh, atau kegiatan ke dalam area baru atau yang lebih luas. Dalam berbagai konteks, ekspansi dapat merujuk pada berbagai hal, termasuk wilayah geografis, bisnis, pengaruh politik, dan banyak lagi. Ekspansi yang dilakukan oleh bangsa Eropa (Portugis dan Spanyol) awalnya dikarenakan konflik antar dua negara tersebut. Dua konflik negara Eropa tersebut (Portugis dan Spanyol) diselesaikan oleh Paus Alexander VI melalui perjanjian Tordesillas pada 7 Juni 1494.


Pada isi perjanjian tersebut disepakati, bahwa, pembagian perluasan wilayah Portugis ke arah timur dan wilayah Spanyol ke arah barat. Namun dalam ekspansi yang dilakukan oleh bangsa Eropa tidak hanya didukung oleh konflik yang terjadi oleh di antara dua negara tersebut saja,, tetapi terdapat beberapa faktor yang meguatkan mereka untuk melakukan ekspansi keluar benua Eropa:


·  Mencari Rempah – Rempah. Pada zaman dan waktu yang sama, pada kala itu Bangsa Eropa dihebohkan oleh penutupan jalur perdangangan rempah-rempah yang dilalui melalui kota konstantinopel, akibat jatuhnya Byzantium ke tangan Turki Usmani. Kekurangan Stok yang dimiliki negara -negara Eropa kala itu membuat beberapa negara untuk memutuskan mencari rempah- rempah tanpa melalui jalur tengah (Konstantinopel).


· Perkembangan IPTEK. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi kala itu sedang berkembang pesat, dikarenakan telah terjadinya Perang Salib ke IV kala itu yang membuat bangsa Eropa memiliki banyak pengetahuan teknologi yang masuk sebagai dampak dari peperangan, Perlu diketahui bahwa dulu, Bangsa Eropa / masyarakat Eropa bahkan Ilmuwan Eropa mengakui bahwa bangsa mereka lah yang memiliki peradaban paling maju dari seluruh penjuru dunia, tetapi dikarenakan Perang Salib IV, terjadi pertukaran ilmu pengetahuan yang terjadi pada masa peperangan antar bangsa Eropa dan Asia. Hal itu membuat yakin masyarakat / ilmuwan kala itu bahwa mereka mengalami kemunduran bahkan kalah akan teknologi yang dimiliki bangsa Asia. Hal ini dapat dipastikan dengan fakta yang ada bahwa penemuan seperti Kompas, Kapal Layar, Senjata, ditemukan jauh lebih dulu oleh ilmuwan Asia dibandingkan Ilmuwan dari Eropa. Hal tersebutlah yang nantinya akan memicu penurunan kepercayaan pada kepemimpinan Paus Alexender VI yang memimpin seluruh negara di Eropa.


·  Inspirasi Tokoh Marcopolo. Marcopolo merupakan penjelajah yang berasal dari Italy, dan menulis perjalanannya di buku “Il Millione” dan “Imago Mundi”. Pada buku tersebut diceritakan tentang perjalanan Marcopolo menjelajahi dunia dari Eropa ke Asia. Dari buku tersebut diceritakan terdapat wilayah di bagian timur yang memiliki keindahan serta kekayaan alam yang luar biasa. Inspirasi ini yang akhirnya bisa menguatkan bangsa Eropa pada abad ke-14 untuk mencoba menelusuri tempat di dunia bagian timur yang disebutkan oleh Marcopolo.


· Adanya Teori Ekonomi Merkantilisme. Ekonomi Merkantilisme merupakan sebuah gagasan atau keyakinan yang mempercayai bahwa kemakmuran di suatu negara ditentukan oleh jumlah aset (kekayaan) yang dimiliki oleh suatu negara. Sehingga bisa dikatakan bahwa negara yang kaya harus memiliki banyak emas. Lalu bagaimana caranya agar memiliki banyak emas? Caranya adalah dengan berdagang barang langka di Eropa yakni berdagang rempah-rempah. Sehingga pada teori ini memunculkan semangat 3G, yakni:

·      Gold: kekayaan

·      Glory: kejayaan

·    Gospel: Penyebaran agama Katolik

Baca selengkapnya »
Dari Konstantinopel Sampai VOC

Dari Konstantinopel Sampai VOC

oleh: Fauziah Maiya

Konstantinopel merupakan ibukota kekaisaran Romawi Timur (Byzantium) yang terletak di Semenanjung Bosporus, antara Balkan dan Anatolia serta penghubung Laut Hitam dan Laut Tengah melalui Selat Dardanela dan Laut Aegea. Konstantinopel merupakan wilayah perdagangan yang ramai dikunjungi dan disinggahi oleh para pedagang dari bangsa Eropa dan Asia karena letak strategisnya sebagai Pelabuhan transit yang menghubungkan Eropa dengan Asia. Konstantinopel menjadi pusat perdagangan pada masa itu.


Kota ini juga menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang sangat dibutuhkan oleh bangsa Eropa. Banyak komoditas lain diperjualbelikan di kota ini, termasuk sutera, bahan pangan, hingga belerang dan timah. Hal ini tentunya mendorong bangsa-bangsa lain berkeinginan untuk menguasai Konstantinopel, tidak terkecuali bangsa-bangsa yang masyarakatnya menganut agama Islam. Turki Usmani yang dipimpin oleh Mehmed II yang kala itu masih berusia 21 tahun sudah menyiapkan strategi pengepungan untuk menaklukkan Konstantinopel. Setelah gagal berkali-kali, akhirnya Konstantinopel ditaklukkan oleh tentara Ottoman di bawah komando Sultan Mehmed II pada 29 Mei 1453. Dengan penaklukan ini Ottoman menjadi sebuah Kekaisaran dan menjadi salah satu kerajaan yang paling kuat. Setelah Konstantinopel jatuh ke tangan Turki, Eropa dilanda krisis. Sulitnya kebijakan yang dibuat Turki kepada pedagang-pedagang Eropa memutus jalur perdagangan Asia-Eropa sehingga membuat para pedagang Eropa harus mencari wilayah lain untuk mendapat pasokan rempah-rempah. Perjalanan bangsa Eropa ke wilayah timur pun dimulai, termasuk ke Nusantara.


Dilatarbelakangi pencarian rempah-rempah, bangsa Portugis masuk lebih dahulu ke Nusantara pada tahun 1511 disusul oleh Spanyol, Inggris dan Belanda. Penjelajahan bangsa Portugis menempuh jalur timur, yakni melalui pantai barat Afrika hingga Tanjung Harapan, kemudian menyusuri pantai timur Afrika hingga ke Kalkut (India), dan terus menyusuri timur hingga tiba di Selat Malaka dana sampai di Maluku. Rute penjelajahan Spanyol dipimpin oleh Fernando de Magelhaens melalui jalur barat, mengarungi samudera Atlantik hingga melewati Brazil, Argentina, samudera Pasifik sampai di kepulauan Filipina. Namun, karena perang Cebu mengakibatkan Magelhaens terbunuh, Spanyol melanjutkan kembali pelayaran mereka di bawah kepemimpinan Sebastian del Cano yang mencapai kepulauan Maluku pada tahun 1521. Jalur pelayaran Inggris ke Indonesia sama dengan rute bangsa Spanyol. Pada 1577, armada Inggris di bawah pimpinan Francis Drake meninggalkan London dan menyeberangi Samudra Atlantik. Pada Oktober 1578, rombongan Francis Drake mencapai Pasifik dan mendarat di Filipina pada 1579.


Tak berselang lama, Drake mencapai Kepulauan Maluku, tepatnya di Tidore. Belanda pertama kali datang ke Nusantara dipimpin Cornelis de Houtman yang dibantu oleh Jan Hugyen van Linschoten yang pernah tergabung dalam armada Portugis. Atas bantuan Linschoten, Belanda mendapat informasi mengenai rute pelayaran menuju Nusantara, namun Belanda tidak berlabuh di Selat Malaka, melainkan Selat Sunda. Belanda memilih rute sendiri setelah melewati Tanjung Harapan dengan maksud menghindari Portugis yang kala itu tengah menduduki India dan Maluku.

 

Kedatangan bangsa Eropa pertama kali ke Maluku disebabkan karena keruntuhan Konstantinopel pada 1453 oleh Mehmed II. Konstantinopel yang telah menjadi kota Islam membuat bangsa Eropa tidak bisa menjalankan kegiatan ekonomi sebagaimana biasanya. Karena itulah, harga rempah-rempah melonjak naik sehingga mengakibatkan bangsa Eropa harus mencari rempah-rempah ke wilayah lain. Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya rombongan Portugis yang saat itu dipimpin oleh Henry d'Albuquerque berhasil menaklukkan Malaka dan sampai di Maluku. Bangsa Portugis sampai di Maluku pada tahun 1511 dan diterima baik oleh Kerajaan Ternate.


Menurut Vlekke, pendudukan Portugis di Malaka menimbulkan banyak polarisasi pada beberapa kerajaan bercorak Islam di Nusantara. Pertempuran antara Portugis dengan Malaka dicampur tangani oleh Kesultanan Demak dan Aceh membuat pemeluk Islam kian banyak. Meskipun demikian, konflik antara Kerajaan Ternate yang mayoritas adalah muslim dengan bangsa Portugis yang mayoritas Katolik merupakan salah satu hal yang unik. Bagaimana tidak? Walau tengah berkonflik, Kerajaan Ternate juga menjalin kerja sama dengan Portugis untuk memerangi Kerajaan Tidore dan bangsa Spanyol. Vlekke menyatakan bahwa realitasnya, banyak sekali misionaris yang menyuarakan protes mengenai keputusan kerja sama Portugis dengan Ternate. Namun, karena bayang-bayang keuntungan akan monopoli cengkeh membuat Perwira Portugis mengabaikanprotes dari para misionaris.


Dari kerja sama ini, Portugis memperoleh keuntungan yang sangat besar dalam transaksi jual-beli cengkeh di Eropa. (Prima T. A.:2015). Di lain sisi, Spanyol berhasil menginjakkan kaki di Tidore pada tahun 1521 dipimpin oleh Del Cano. Sebelumnya, bangsa Spanyol telah tiba di Filipina, tepatnya di Cebu. Dibawah kepemimpinan Mahelgaens, Spanyol berupaya mengatasi perang antarsuku di Cebu yang naasnya membuat Mahelgaens terbunuh. Setelah sampai dan disambut baik oleh Tidore, Spanyol kemudian membuat perjanjian kerja sama dagang dengan Kerajaan Tidore. Sementara itu, Portugis yang membuka kantor dagang di Ternate merasa terancam dengan kedatangan Spanyol di Tidore.


Hal itu semakin kuat dengan realitas bahwa telah lama Ternate dan Tidore saling berkonflik. Akan tetapi, perihal ini dapat diatasi dengan dibuatnya perjanjian Saragosa antara Portugis dan Spanyol, di mana berisi tentang kesepakatan Portugis dan Spanyol untuk tidak bertikai perihal wilayah kekuasaan. Isi perjanjian Saragosa menegaskan Spanyol harus kembali ke Filipina dan Portugis menguasai Maluku. Selain itu, dibuat juga perjanjian Tordesillas yang berisi tentang arah pelayaran pembagian wilayah kekuasaan, di mana Portugis menguasai bagian timur sementara Spanyol menguasai bagian barat.

 

Vereenigde Oost Indiesche Compagnie (VOC) merupakan organisasi serikat dagang Belanda yang dibentuk pada tahun 1602. Akibat runtuhnya Konstantinopel dan putusnya hubungan dagang Belanda dengan Portugis, Belanda kemudian berkelana mencari wilayah lain penghasil rempah-rempah. Belanda pertama kali tiba di Banten di bawah kepemimpinan Cornelis de Houtman. Mulanya, Belanda di bawah kepemimpinan Cornelis de Houtman diterima baik oleh masyarakat Banten hingga kemudian diusir karena sifat buruk de Houtman. Belanda kemudian kembali lagi di bawah kepemimpinan Jacob van Neck dan menjalin kerja sama dagang dalam komoditas rempah-rempah seperti cengkeh, kayu manis dan lada yang sangat berharga di pasar Eropa.

Karena persaingan dagang antar pedagang Belanda dan persaingan dengan negara lain yang tidak dapat terelakkan, Belanda akhirnya membuat organisasi VOC untuk menyatukan pedagang-pedagang Belanda. Monopoli perdagangan yang berhasil membuat VOC semakin kaya dan menjadi organisasi paling berpengaruh di dunia. VOC juga didukung oleh investasi pemerintah Belanda dan monopoli de-facto dalam perdagangan rempah-rempah. Pengaruh ekonomi VOC di Nusantara sangat besar karena VOC merupakan organisasi dagang terbesar pada masa itu. VOC membuat kebijakan-kebijakan ekonomi yang menguntungkan bagi Belanda tetapi merugikan rakyat Nusantara. Sebagian kebijakan tersebut merupakan kebijakan tanam paksa dan penyerahan hasil panen secara paksa, kebijakan membayar pajak dengan nominal yang sudah ditentukan dan tanpa ganti rugi, kebijakan ekstirpasi atau memusnahkan hasil tanam paksa yang jumlahnya melebihi yang sudah ditentukan agar harga di pasaran tidak merosot, kebijakan Preangelstelsel di mana rakyat diwajibkan menanam kopi dan menyerahkan hasil panennya kepada VOC.

VOC juga memiliki hak oktroi, yaitu kebijakan VOC untuk memberlakukan monopoli perdagangan di sekitar wilayah Tanjung Harapan hingga Selat Magelhaens, membentuk angkatan perang, mendeklarasikan perang, melakukan perjanjian dengan raja-raja, hak untuk mengangkat pegawai, serta hak untuk memerintah di negara jajahannya. Di samping kebijakan ekonomi yang begitu mencekik rakyat Nusantara, VOC juga menerapkan sistem politik yang sangat merugikan.

Sistem politik yang diberlakukan VOC saat itu salah satunya ialah devide et impera atau politik adu domba. Sistem politik ini digunakan untuk membuat perselisihan, terutama dalam perihal perebutan kekuasaan. Politik adu domba ini sangat memudahkan Belanda untuk semakin melebarkan sayapnya di bumi Nusantara, termasuk menyingkirkan para pribumi yang berani menentang kebijakannya.
 

Baca selengkapnya »