sumber: https://id.wikipedia.org/
oleh: Mizan Ramdhani
Liburan
akhir tahun kali ini membawa saya menjelajah ke dalam jurang internet dan
sosial media yang amat membosankan. Disela kegabutan yang terasa jelas di depan
mata, Pak Taufik menuntut saya untuk menulis satu tulisan bertemakan basket.
Kebetulan, saya menyukai olahraga ini dalam 5 tahun terakhir. Karena itu, saya
akan mencoba menulis singkat mengenai salah satu club basket yang saya sukai, Boston Celtics. Disclaimer: saya bukan orang yang paham betul mengenai seluk beluk
dunia perbasketan.
Di
sini, saya hanya ingin mencoba menyusun dan mengupas kembali sejarah Boston Celtics
dari awal berdirinya hingga kini menjadi salah satu club basket dengan peraih kemenangan terbanyak di NBA. Berikut pula
dengan permasalahan dan analisis permainan celtics dewasa ini.
Boston
Celtics merupakan salah satu tim basket yang berpartisipasi dalam liga NBA
(National Basketball League). Club
yang bermarkas di TD Garden, Boston, Massachusets ini didirikan pada tahun 1946
sebagai salah satu dari delapan tim asli yang berdiri pertama kali di NBA.
Boston Celtics dianggap sebagai club
basket tersukses sepanjang sejarah NBA, karena telah memenangkan gelar juara
sebanyak 17 kali, 11 diantaranya dimenangkan hanya dalam kurun waktu 13 tahun. Celtics
dan Lakers kini (per tahun 2021) memiliki jumlah gelar yang sama yaitu
masing-masing 17 gelar.
Oleh
karena itu, saya agak ketar-ketir ketika menulis tulisan ini, karena bila tahun
depan Lakers juara lagi, Celtics akan bergeser
menuju peringkat dua dengan gelar kemenangan terbanyak. Rivalitas yang kuat
antara Celtics dan Lakers akan saya jelaskan di beberapa paragraf ke depan. Bagi
fans Lakers di luar sana, senggol
dong boss, adu mekanik kita!
Pada
awal tahun 1950, Celtics mengalami kesulitan dalam memperoleh reputasi yang
baik, hingga pelatih baru Red Auerbach direkrut. Seorang pelatih cerdas dengan
semangat yang menggelora dalam hal
pencarian pemain-pemain baru. Red Auerbach menjadi salah satu orang paling
berpengaruh dalam sejarah kejayaan Boston Celtics. Coach Red menemukan seorang
yang tepat untuk mengisi kekosongan pemain dalam tim, Ia adalah Bob Cousy. Bob
Cousy merupakan seorang guard
berbakat dengan permainan cepat. Namun sayang, Cousy belum berhasil membawa
Boston Celtics menuju kemenangan dalam playoff.
Kesulitan mendapatkan rebound adalah
alasan utama kekalahan prematur Celtics di playoff
pada tahun-tahun ini. Coach Red kembali menemukan seorang yang ideal untuk
menuntaskan permasalahan ini, Bill Russel. Bill Russel adalah seorang center dengan kemampuan defense yang apik dan memiliki kemampuan
offense yang awalnya dianggap
terbatas.
Namun,
dengan seiring berjalannya waktu, Bill Russel dapat membuktikan kemampuannya.
Pada tahun 1957, Celtics memenangkan kejuaraan NBA perdananya. Bill Russel
merupakan pemain kunci Boston Celtics di era ini. Russel adalah seorang pemain
dengan dedikasi menang yang tinggi, tidak lupa memiliki moralitas yang baik.
Russel bermain secara totalitas dan dapat merangkul serta memimpin
pemain-pemain dalam tim yang pada akhirnya sukses membawa Celtics menuju masa
gemilang. Respek parah sama pemain yang
satu ini. Oh iya, di era ini Celtics juga dilengkapi dengan pemain-pemain
berkualitas lainnya seperti Phil Charmin, Frank Ramsey, Sam Jones, John
Havlicek, dan masih banyak lagi. Celtics mulai mendominasi liga.
Pada
awal tahun 1960, dinasti Celtics mulai berdiri gagah. Celtics menjadi tim yang
paling disegani di NBA. Dengan bantuan pemain-pemainnya yang loyal, hampir
semua tim disapu bersih, termasuk Lakers dengan kolaborasi pemain bintangnya
Jerry West dan Elgin Baylor, serta Sixers dengan pemain bintangnya Wilt
Chamberlain. Celtics memperoleh juara beruntun mulai tahun 1959 hingga 1966. Menurut
analisis saya melalui beberapa dokumenter yang saya jadikan referensi, Celtics
sukses memperoleh kemenangan sepanjang dekade ini dikarenakan ikatan tim yang
kuat. Mereka bermain secara sepenuh hati dengan orientasi kekeluargaan yang
pekat.
Dari
situ, lahirlah rasa kepercayaan yang tumbuh diantara pemain-pemainnya yang
kemudian dijadikan kekuatan utama Boston Celtics di era ini. Para rookie yang
baru memasuki tim juga diperlakukan dengan sangat baik. Sehingga, pemain
mudanya benar-benar menghormati pemain tuanya, begitu pula sebaliknya. Berbeda
dengan tim-tim lainnya, trade pemain
jarang terjadi, Celtics lebih memilih mempertahankan pemain-pemainnya dengan
memberikan ekstra 1 atau 2 tahun dalam karirnya. Inilah bukti betapa eratnya
hubungan kekeluargaan Boston Celtics di era ini. Mantep lah pokoknya.
Pada
tahun 1966, setelah kemenangan selama 8 tahun beruntun, Coach Red Auerbach akhirnya
memilih jalan pensiun dan berpindah posisi menjadi seorang general manager.
Bill Russel menggantikan posisi Coach Red, artinya, Russel memiliki posisi sebagai
pelatih sekaligus pemain. Setelah Russel mengambil alih, tim kini berada di
masa transisi, Celtics harus beradaptasi dengan cepat. Setahun setelah
pergantian pelatih, rekor 8 tahun kemenangan beruntun Boston Celtics dari tahun
’59 hingga ’66 akhirnya dipecahkan Sixers dengan pemain andalannya Wilt
Chamberlain. Celtics kalah di East Final
Conference game 5.
Kekalahan
ini menjadi tamparan keras bagi tim. Namun, season
setelahnya, yaitu pada tahun 1968 dan juga tahun 1969, Celtics dapat kembali
membuktikan kesangarannya dengan mengalahkan Lakers di final. Trio baru lakers
yaitu Wilt Chamberlain (di trade dari sixers), Jerry West, dan Elgin Baylor
dipapas habis di game 6 (1968) dan game 7 (1969). Tahun 1970 merupakan pertanda
berakhirnya sebuah era. Dua legenda Boston Celtics, yakni Bil Russel (35 tahun)
dan Sam Jones (36 tahun), akhirnya pensiun setelah membawa celtics memenangkan 11
piala dalam waktu 13 tahun. Saatnya Celtics membangun kembali sebuah tim baru.
Awal
Tahun ‘70 bukan merupakan tahun yang baik bagi Boston Celtics. Celtics yang
diisi John Havlicek, Jojo White, dan Don Nelson ini hanya mampu memenangkan 34
pertandingan dan bahkan gagal masuk kedalam playoffs.
Celtics kesulitan move on dari Center sekaligus pemimpin tim yang tidak
lagi bermain di dalam lapangan. Sosok Bill Russel ternyata sangat pivotal bagi
tim.
Namun,
secercah harapan yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul dengan datangnya Dave
Cowens, seorang center dengan ukuran tubuh
di bawah rata-rata pemain seposisinya. Awalnya, tidak sedikit orang yang memandang
sebelah mata kemampuan Cowens di dalam lapangan. Namun, Ia mau belajar.
Perlahan-lahan Cowens menjadi seorang
pemain yang hebat. Permainannya yang keras selalu berhasil
mengintimidasi lawan. Dave Cowens berhasil memimpin sekaligus menyelamatkan Boston
Celtics di era 70an. Namun Cowens tidak bekerja sendirian, Paul Silas, Jojo
White, dan John Havlicek juga menjadi pilar penting Celtics di era ini.
Cowens
dan kawan-kawan akhirnya kembali membawa Celtics masuk final dan berhasil
menang pada tahun 1974 dengan mengalahkan Milwaukee Bucks yang dibintangi
Kareem Abdul Jabbar. Dua tahun setelahnya, yaitu pada tahun 1976, Celtics
kembali mendapatkan gelar juaranya dengan mengalahkan Phoenix Suns di game 6 melalui drama 3 kali overtime. Final yang satu ini memiliki ending yang ikonik, yang penasaran
monggo cek di youtube.
Celtics
kembali memasuki masa kemunduran setelah ditinggalkan pemain-pemain hebatnya.
John Havlicek memilih untuk pensiun pada tahun 1978 diikuti dengan pensiunnya
Dave Cowens pada tahun 1983. Sedangkan, beberapa pemain Celtics lainnya ditrade. Tahun-tahun ini dapat disebut
sebagai tahun terkelam Celtics. Celtics seolah kehilangan harapannya.
Habis
gelap terbitlah terang, Larry bird datang sebagai rookie pada tahun 1978. Bird
mula-mula dipandang buruk. Perawakannya yang terlihat tidak meyakinkan ditambah
dengan permainannya yang lambat menjadi alasan utama orang orang memandang Bird
dengan skeptis. Namun, seperti biasanya Red Auerbach tidak pernah gagal dalam
menemukan pemain berkualitas. Bird yang tadinya dipandang buruk malah menjadi
seorang yang menyelamatkan Celtics dari kegelapan. Kemampuan shooting Larry
Bird yang hebat menjadikannya sebagai scoring machine bagi Boston
Celtics di era ini. Dalam dekade 80an ini, Celtics dilengkapi dengan 2 orang
bintang lainnya yaitu Robert Parish dan Kevin McHale. Bird, Parish, dan McHale
kemudian menjadi trio yang disebut-sebut sebagai “Celtics Big Three”.
Celtics
di era ini memiliki permainan yang sangat indah dan rapi. Mereka betul-betul
bermain sebagai tim dan tidak seorangpun bersikap individualis. Bila anda
melihat rekaman permainan di era Larry Bird ini, pasti anda akan terkagum-kagum
dengan permainan bola yang terus mengalir cepat antar satu pemain dengan pemain
lainnya. Gaya permainan yang apik ditambah dengan pemain-pemainnya yang tidak
berego tinggi akhirnya kembali berhasil membawa Celtics menuju kemenangan.
Celtics kembali masuk final pada tahun 1984 setelah mengalahkan Sixers dengan
pemain bintangya Julius Erving di Eastern Conference Final game 7.
Series ini menjadi salah satu sejarah comeback terepik di NBA. Kemudian Celtics
memenangkan gelar juaranya yang ke 15 sehabis mengalahkan Lakers di game 6. Lagi-lagi Celtics mengalahkan Lakers.
Tidak sampai situ saja 2 tahun setelahnya, tepatnya pada tahun 1986 Celtics
kembali sukses di Final setelah mengalahkan Rockets di game 6. Larry Bird menjadi seorang Final MVP sekaligus Season MVP
di tahun yang sama.
Celtics
mengalami masa-masa sulit di sepanjang dekade 90an. Dekade ini menjadi dekade
kekosongan karena Celtics betul-betul tidak memenangkan satupun piala. Mengapa?
Salah satu alasannya adalah Celtics gagal menemukan pemain-pemain muda penerus
(regenerasi). Salah satu contoh yang dapat diambil adalah Len Bias. Seorang
rookie yang memiliki bakat dan kemampuan bermain yang baik, bahkan kemampuan
bermainnya kerap dikomparasikan dengan Michael Jordan. Sayangnya, Bias meninggal
dunia 2 hari setelah didraft karena
Narkoba.
Tujuh
tahun setelahnya, Reggie Lewis yang juga merupakan salah satu harapan masa
depan Celtics di era ini meninggal dunia karena serangan jantung. Celtics terlihat
kehilangan momentum bermainnya setelah dikalahkan Lakers dalam final tahun 1987.
Ditambah lagi dengan bencana cedera yang menghantam pemain-pemain bintangnya
seperti Larry Bird. Sedangkan dua bintang lainnya yakni McHale dan Parish
memutuskan untuk pensiun dan berpindah tim. Celtics terus menerus mendapatkan
kesialan selama dekade ini.
Akhirnya,
setelah kurang lebih 20 tahun penantian panjang, Celtics kembali memenangkan
piala ke 17 nya pada tahun 2008 setelah mengalahkan Lakers dengan pemain
bintangnya Kobe Bryant. Paul Pierce, Kevin Garnett, Ray Allen, dan Rojon Rondo
merupakan beberapa pemain bintang Celtics selama era ini. Pierce, Garnett, dan
Allen adalah “Celtics Big Three” yang baru. Tapi tim ini tidak berlangsung lama.
Hanya dalam beberapa tahun setelah memenangkan juara, sebuah tim dapat terpecah
belah sedemikian rupa. Pierce dan Garnett di trade ke Brooklyn Nets pada tahun 2013, Ray Allen pindah ke Miami
Heat, dan Rondo di trade ke Dallas Mavericks pada tahun 2014. Menandakan
akhirnya sebuah era yang baru.
Celtics
kini mengandalkan beberapa pemain mudanya seperti Jayson Tatum dan Jaylen Brown.
Celtics kesulitan mempertahankan konsistensi offense yang baik. Menurut analisa saya sebagai orang awam,
pemain-pemain bintang Celtics terlalu sering melakukan isolation. Jayson Tatum terlalu sering mengambil three pointer yang “maksa”. Dennis
Schroder, seorang guard yang baru
saja pindah dari Lakers bahkan tidak dapat mengontrol permainan. Begitu banyak
problematika dalam permainan offense
yang masih harus terus diperbaiki Boston Celtics tahun ini. Celtics kini (per
23/12/2021) berada di peringkat 8 dengan rekor 15 (menang) -15 (kalah). Apabila
Celtics tidak dapat memperbaiki kecacatan yang ada, tim terancam tidak masuk playoffs tahun ini. Semoga permasalahan
ini dapat segera dituntaskan.
Setelah
menilik sejarah perkembangan Boston Celtics selama 75 tahun terakhir yang
sangat amat kaya, saya baru menyadari satu hal penting. Yang patah akan tumbuh
dan yang hilang akan berganti. Persis seperti lagu yang ditulis Banda Neira. Roda
kehidupan itu akan selalu berputar. Seorang pemain sehebat apapun itu pada
akhirnya pasti akan menua dan digantikan dengan pemain yang lebih muda.
Maka,
jangan pernah bersombong diri ketika berada di atas karena pasti akan ada orang
yang lebih muda, lebih hebat, dan lebih cerdas di bawahmu. Tetaplah berbagi ilmu
dan tebarkan hal positif kepada anak-anak yang lebih muda, persis seperti apa
yang dilakukan Pak Taufik. Saya doakan Pak Taufik dan seluruh pembaca sehat
selalu. Oh iya, btw, denger-denger
westbrook mau ditrade. Saya doakan yang
terbaik deh buat lakers dan pemain-pemain veterannya. Semoga Lakers sukses
selalu. Tapi boong.
Sekian,
Terima kasih.
Sumber:
1.
2. https://youtu.be/jOAXi7D0qZI
https://youtu.be/lFK9qPjr-bI
https://www.boston.com/sports/boston-celtics/2021/06/28/celtics-nets-trade-jayson-tatum-jaylen-brown-paul-pierce-kevin-garnett-kyrie-irving/#:~:text=In%20the%20midst%20of%20the,up%20Jason%20Terry%20and%20D.J.
https://www.basketball-reference.com/teams/BOS/2008.html
https://www.landofbasketball.com/championships/year_by_year.htm
https://id.wikipedia.org/wiki/Boston_Celtics