"Patopiq Bertanya, Kami Menjawab": Dari HAM Sampai Isu yang Lagi Hangat

                                        sumber: kreativv


Seberapa penting sih HAM di mata para generasi Z?


Menurut saya, HAM itu sangat penting, dan berlaku wherever, whenever, and whatever identity. Karena tanpa HAM manusia gabisa hidup selayaknya manusia. In my point of view, sebaik-baiknya suatu society itu yang seluruh warganya melindungi dan menegakkan HAM. Karena dengan begitu nilai-nilai yang selalu dicita-citakan, seperti fairness, equality, respect, akan sepenuhnya terwujud.  Other than that, setiap individu yang ada dalam bagian society itu bisa seek greater things and potential inside of them. Mereka ga harus khawatir kebutuhan-kebutuhan dasar mereka sebagai manusia ga akan terpenuhi. They would feel safe, protected, and free from any kinds of discrimination. Society yang telah menegakkan human rights akan memiliki high tolerance for each other, which is the highest result of education. (Aamira Dihyani Santosa)


Sepertinya, Generasi Z lebih berat banget dalam menjalani hidup. Bener gak, sih?


hmmm, kaloo menurut saya mungkin krn pengaruh social media sama krn gen z lebih aware tentang mental health gitu pakk? kayakk, kalo generasi di atas gen z kan masa remajanya gak dihabisin di sosial media, yang mereka liat ya yang di sekitar mereka, terus kalo gen z, mereka tuh bisa liat semua hal yang mereka mau bahkan yang mereka gak mau juga, karena sebenernya saya juga ngerasa beda gitu dulu pas sd gatau apa apa ngerasa kayak hidup saya normal2 aja gitu, trs pas punya sosmed ngeliat orang lain kan orangnya macem2 jadi sadar oh hidup orang tuh kyk gini ya, kok mereka bisa gini, kok keluarganya bs kyk gini dll, jd krn itu juga jadi beban pikiran gitu pakk, nah mungkin kan krn generasi sebelumnya ga kenal sosmed itu mrk jd gak punya beban yang kyk gituu, mungkin adaa tp kayaknya ga separah pengaruh sosmed gituu (kayaknya) hehehehhe, trs juga krn gen z lebih aware ttg mental health, mungkin bukan lebih banyak beban cmn mereka lebih peduli aja sama keadaan mental mereka, kalo orang dulu kan banyak yang nganggep kalo anak muda tuh ga punya beban jd mungkin generasi sebelumnya juga ga punya keberanian buat cerita tentang masalah hidupnya gituu krn takut di judge sm org disekitarnya, cmn kalo gen z krn mrk ngerasa semakin byk org yg peduli sm mental, mrk jadi lebih bebas buat cerita tentang keadan mentalnya gitu pakk, jadi keliatannya kayak lemah banget aja gituu. (Ghea Azzahra Kusuma Putri)


Pandanganmu mengenai unmarried dan childfree, gimana?


kalo inii saya setuju sihh pakk, kalo dari unmarried menurut saya mendingan orang itu gak nikah daripada nikah cmn krn tuntutan keluarga atau sosial, karena kalo orang nikah pasti maunya sekali seumur hidup dan itu menurut saya ngebutuhin waktu yang lama sm proses yang lama buat nemuin orang yang tepat, trs juga mentalnya hrs bener bener siap, terutama finansialnya harus udah siap, karena kalo misalnya mereka nikah, mau ngebentuk keluarga, kalo mereka nanti punya anak, kalo financial mereka blm stabil, mental mrk jg blm stabil, kasian ke anaknyaa, kalo boleh jujur, saya gak tau ini pemikiran saya bakal berubah apa engga cuman saya sempet mikir kalo saya gamau nikah sebelum sukses, jadi sbnrnya prioritas saya tuh karir, kalo masalah cinta2an nanti juga bakal dateng waktunyaa gituu, kalo childfree saya juga setujuuu, krn kan gak semua orang yang menikah itu punya tujuan buat punya anak, dan gak semua orang punya kesiapan mental buat ngurus anak, dan menurut saya buat orang2 yang memilih childfree krn dia tau dia itu belom siap itu keren sih pak, karena banyak banget anak yang stress karena orang tuanya sendiri, entah cara ngedidiknya, atau gimana mereka memperlakukan anaknya itu di rumah, terus jugaa kan ga semua perempuan itu siap buat hamil 9 bulan terus ngelahirin terus ngurus anak, begitu sih pakk, intinya saya setuju sama dua duanya. (Ghea Azzahra Kusuma Putri)


Banyak sekali fenomena kekerasan seksual akhir-akhir ini di Indonesia. Dan, korbanya lebih banyak perempuan. Bagaimana pandangan kamu mengenai fenomena ini?


Kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini merupakan suatu fenomena yang sangat menjijikan ditambah lagi hukuman bagi pelaku yang terkadang masih terlalu ringan dan lemah. Wanita merupakan korban yang dominan dalam kasus ini, namun kekerasan seksual terhadap laki-laki juga banyak terjadi. Para korban (terutama wanita) terkadang dianggap mengundang pelaku untuk melakukan kekerasan tersebut dan korban dijatuhkan hukuman sosial oleh masyarakat padahal seharusnya korban dapat diberi perlindungan dan dukungan oleh masyarakat mengingat trauma yang dapat dialami Sang korban. Pelakulah yang sepatutnya diberi hukuman sosial dan juga hukuman meja hijau yang berat. (Mediana Dita Krisdiawan)


Hukum seperti tidak bisa menjamin ruang aman dan adil bagi para korban kekerasan, terutama perempuan. Bagaimana menurutmu? Maksudnya, hukuman apa dan bagaimana sih yang harus ditegakkan di negeri ini?


Pada kenyataannya hukum mengenai kekerasan seksual bagi pelaku di Indonesia sangat tidak memuaskan. Pelaku biasanya dipenjara selama 15-20 tahun, dimana setelah 15-20 tahun ke depan pelaku akan bebas dan kemungkinan mengulang kejahatan itu kembali. Sementara bagi korban bisa mengalami trauma seumur hidup karena kekerasan seksual itu gak hanya meninggalkan luka fisik, tapi juga meninggalkan luka secara psikologis yang sulit untuk disembuhkan. Pemerintah seharusnya memberikan hukuman yang lebih berat untuk kasus kekerasan seksual agar pelaku mendapatkan efek jera. Jika butuh pelaku dapat diberikan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup. Biar tidak terjadi lagi kekerasan seksual baik bagi wanita maupun pria. (Mediana Dita Krisdiawan).


Kita tahu, kalau, Indonesia ini sudah banget darurat penghancuran alam dan lingkungan. Gimana sih kamu, sebagai generasi Z memandang fenomena ini?


saya memandangnya sedih karena sangat disayangkan, lingkungan Indonesia yang sangat asri dan indah bisa sebentar lagi hancur hanya karena tidak dijaga dengan benar. (Akili Mishca)


Apa sih yang kamu dan teman-temanmu lakukan untuk, katakanlah menjaga alam dan lingkungan? Mulai dari hal kecil terlebih dahulu, misal.


kalau untuk menjaga alam dan lingkungan dari hal kecil sudah pasti misalkan, mengurangi plastik berlebihan dengan membawa tote bag sendiri, lalu untuk kebersihan lingkungan membuang sampah pada tempatnya, namun yang paling mudah untuk dilakukan itu adalah menyebarluaskan informasi dari yang sekarang familiarnya dengan nama “non profit organization”, di instagram, atau sosial media lainnya, untuk sharing awareness tentang sekitar. (Akili Mishca)

Fenomena banyak orang dengan menggunakan bahasa Jaksel, menurutmu bagaimana?


Buat saya, fenomena penggunaan bahasa Jaksel merupakan hal yang baik bagi masyarakat. Walaupun memang seringkali dipandang sebelah mata dan dijadikan cemoohan, adanya bahasa Jaksel menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin terbuka terhadap globalisasi, khususnya bahasa pengantar Internasional yaitu Bahasa Inggris. Bagi saya pribadi sebagai orang yang sudah menggunakan “bahasa” Jaksel sejak saya kecil dan sebelum istilah ini hadir di media sosial, saya menjadi lebih banyak belajar mengenai kedua bahasa tersebut dan menjadi lebih tertarik pula. Istilahnya, I got the best of both worlds. Bahasa Jaksel allows people like me, who weren’t born into an international environment (kayak punya keluarga yang tinggal di luar negeri, atau goes to international schools) untuk bisa explore dunia luar dengan lebih baik. For example, saya bisa baca buku dalam kedua bahasa, dan hal itu memudahkan saya untuk mendapatkan lebih banyak informasi and of course bantu saya juga dalam mengerjakan tugas bapak HAHAHA. Not only that, saya juga merasa sih bahwa hal ini memudahkan saya untuk memiliki teman dari berbagai background yang berbeda dan jadi punya perspective yang beragam. I can hangout with people yang karena faktor ekonomi tidak punya kesempatan untuk Bahasa Inggris, dan sama orang-orang yang punya privilege lebih untuk belajar di International Schools baik di Indonesia maupun di luar. Atau bahkan dengan orang-orang yang agamis sejati or dengan orang-orang dari komunitas LGBTQ+. Saya jadi lebih mudah untuk belajar toleransi, and I think that’s what we all need. Memang betul, bahwa pencampuran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia seperti dalam bahasa Jaksel bisa mengancam “kemurnian” bahasa Indonesia, seperti yang terjadi dengan orang Filipina dimana bahasa Tagalog pasti disertai dengan beberapa kata bahasa Inggris didalamnya (yaa seperti bahasa Inggris juga). Tapi selama masyarakat menyadari pentingnya melestarikan bahasa daerah dan bahasa Indonesia sambil belajar bahasa-bahasa dunia, I think it’s totally fine untuk “melestarikan” bahasa Jaksel. (Gisela  Calista Amadea Krisna)


Hari ini adalah Hari HAM. Apa pendapatmu mengenai HAM?


pendapat saya, HAM adalah sesuatu yang sangat sangat penting didapatkan oleh semua orang,  karena jika manusia hidup tanpa adanya HAM maka hak-hak orang lain akan direbut, terjadinya tindakan yang tidak dilandasi dengan kesadaran maupun tanggung jawab, tidak adanya saling menghargai antar manusia, tidak ada yang namanya moral, etika, dan lain-lain. (Nabila Cattleya)


Pernah melihat, mendengar, membaca, atau berdiskusi gak mengenai Pelanggaran HAM? Kalau iya, pelanggaran HAM apa yang kamu ingat? Dan benar-benar buruk bagimu


pernah, kebetulan terkadang saya baca isu isunya lewat artikel dan kebetulan juga di kelas 11 ini ada materi pelanggaran HAM di pelajaran PPKN. Pelanggaran HAM berat yang saya tau ada banyak, tapi yang paling melekat di otak saya itu kerusuhan Mei ‘98, Petrus, Marsinah, sama Munir karena empat pelanggaran tadi jadi beberapa kasus yang belum dapet kepastian hukum di negara kita. (Salma Salsabila)


Kira2, ada gak sih harapan penuntasan HAM di Indonesia ini?


menurut saya ada pak. Selagi komitmen politik hukum presiden kuat kemudian pemerintah yakni elemen2 terkait yang punya wewenang untuk menyelesaikan kasus HAM dan juga warga sipil mau bekerja sama, bukan tidak mungkin Indonesia bisa menyelesaikan kasus2 HAM berat tadi. (Salma Salsabila)
 

"Patopiq Bertanya, Kami Menjawab": Dari HAM Sampai Isu yang Lagi Hangat