Oleh: Verrel Rafifyan Pujangga
Hai
semuanya, perkenalkan, saya Verrel Rafifyan Pujangga, yang terlahir sebagai suporter
tim sepak bola asal Merseyside, yaitu Liverpool FC atau yang biasanya dipanggil
The Reds. Pertama kali jatuh cinta
dengan tim ini yaitu, pada saat saya berusia 4 tahun. Saya jatuh cinta pada
pandangan pertama dengan tim ini, tepatnya pada malam hari saat ayah saya
sedang menonton Liverpool FC berlaga di layar televisi.
Saya
sejak kecil, memang menggemari warna merah, karena menurut saya warna merah
memiliki sifat keberanian yang tinggi. Saat pertandingan itu, Liverpool FC
memang sedang bermain di Stadion Anfield yang menjadi tempat kebanggaan
sekaligus rumah bagi tim Liverpool FC dan suporternya yaitu Liverpudlian atau
Kopties. Karena Liverpool FC bermain di kandangnya sendiri, maka Liverpool FC
memakai jersey warna merahnya dan disitulah saya langsung jatuh cinta dengan
Liverpool FC melalui warna merah yang digunakannya.
Tiap
minggunya, saya mulai sering menonton The Reds bermain di televisi bersama
keluarga kecil saya dan terkadang juga bersama teman-teman ayah saya. Dengan
usia saya yang masih kecil, terkadang saat menonton Liverpool FC bermain saya
ketiduran, karena Liga Inggris bermain pada malam hari di waktu Indonesia.
Menyaksikan pertandingan sepak bola menjadi kesenangan sendiri bagi saya.
Keluarga saya juga selalu memperbolehkan saya menyaksikan Liverpool FC kala bermain
dan disiarkan televisi.
Seiring
berjalannya waktu, saya mulai mencari tahu nama-nama pemain Liverpool FC.
Pemain yang saya idolakan saat kecil sebagai suporter Liverpool FC yaitu, siapa
lagi kalau bukan sang Captain Fantastic,
Steven Gerrard. Keberanian dan sifat pemimpin dari Gerrard saat bertanding
menjadi satu dari puluhan alasan mengapa saya mengidolakannya.
Terlepas
dari peran pelatih sebagai pemimpin dan penyusun strategi tim, menurut saya
peran kapten di tim yang sedang bermain sangat amat berpengaruh terhadap tim
tersebut. Saat di pertandingan, semua arahan yang diberikan oleh pelatih akan
disampaikan kepada para pemain melalui kapten. Taktik menyerang dan bertahan
juga harus disampaikan kepada tim tersebut agar meraih kemenangan.
Diluar
lapangan pun peran kapten juga penting, karena motivasi, emosi, gaya, dan etika
seorang kapten akan menjadi patokan para pemain yang ada di tim. Kesuksesannya
Gerrard membawa Liverpool FC berhasil menjadi juara UEFA Champions League pada
tahun 2005 untuk yang kelima kalinya di sejarah Liverpool FC juga menjadi alasan
mengapa saya sangat mengidolakan sosoknya.
Pada
tahun 2010 hingga tahun 2013, saya mengikuti Sekolah Sepak Bola Bersama
Liverpool Academy Soccer School di Senayan dan di BSD. Di sana saya mulai
mengasah kemampuan saya dalam mengolah si kulit bundar agar mahir layaknya
pemain-pemain sepak bola top Eropa. Kebanyakan orang berkata umur saya masih
terlalu muda untuk mengasah kemampuan untuk mengolah bola. Tetapi, dengan tekad
dan semangat yang tinggi, saya selalu ikut berlatih dengan hati senang dan jiwa
yang membara. Bahkan, saya pernah menjadi peserta yang paling muda dalam
beberapa sesi latihan yang saya ikuti.
Pada
tahun 2013, saya berkesempatan untuk menonton tim kesayangan saya langsung di
stadion. Liverpool FC pernah mengadakan tour ke negara-negara yang ada
di benua Asia untuk melakukan pertandingan ekshibisi dan Indonesia adalah salah
satunya. Dengan penuh bangga, saya menyaksikan Liverpool FC bertanding dengan
tim nasional Indonesia langsung dari Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Semangat
dan euforia yang tidak pernah saya rasakan, akhirnya saya rasakan.
Menyanyikan
lagu Indonesia Raya dan lagu You'll Never
Walk Alone langsung di stadion membuat bulu di seluruh tubuh saya
merinding. Hati kecil saya berkata “Nanti yang akan berdiri dan disaksikan oleh
ribuan orang ini adalah saya dengan menggunakan lambang burung Garuda dan
burung Liver di dada”. Pertandingan berakhir dengan skor 2-0 untuk Liverpool
FC. Gol tersebut dicetak oleh Philippe Coutinho di menit ke-9 dan Raheem
Sterling pada menit ke-87.
Pada
musim 2013/14, Livepool FC bermain sangat bagus dan performanya melebihi
ekspektasi para suporter. Lini serang yang dipimpin oleh duo mematikan pada
musim itu, yaitu Luis Suárez dan Daniel Sturridge membuat lini pertahanan tim Liga
Premier Inggris lainnya kesulitan untuk mematikan permainan Liverpool FC kala
itu. Total ada 52 gol yang telah dicetak oleh duo mematikan itu. Tapi sayangnya,
tim yang sedang naik daun pada kala itu finish pada posisi 2 klasemen yang
hanya terpaut 2 poin dari pemenang Liga Premier Inggris pada musim itu, Manchester
City.
Ada
satu momen sedih yang tak akan pernah dilupakan oleh suporter Liverpool FC pada
musim itu. Momen itu terjadi pada laga Liverpool FC berhadapan dengan Chelsea
FC di Anfield Stadium pada tanggal 27 April tahun 2014. Pada saat itu, Liverpool
FC harus meraih 3 poin di kandangnya sendiri untuk mempertahankan posisi
pertama klasemen Liga Premier Inggris.
Tetapi,
hal yang tidak diduga terjadi, Sang Kapten Steven Gerrard yang terpeleset saat
ingin mengontrol bola dan membuat stiker Chelsea FC, Demba Ba dapat merebut
bola dengan mudah. Kesempatan emas tersebut dimanfaatkan dengan sempurna oleh
Demba Ba dan dikonversikan menjadi gol. Kedudukan menjadi 1-0 untuk Chelsea FC.
Sayangnya sampai peluit panjang terakhir, Liverpool FC gagal memenangkan
pertandingan tersebut dan pertandingan berakhir dengan skor 2-1 untuk Chelsea
FC.
Kekalahan
tersebut membuat Liverpool FC turun ke posisi 2 klasemen ditikung oleh
Manchester City yang berhasil naik ke posisi 1 klasemen hingga akhir musim.
Perasaan sedih, kecewa, dan marah adalah ungkapan saya tentang Liga Premier
Inggris musim 2013/14. Saat itu, saya yang masih duduk di bangku kelas 3 SD
merasa malu dan takut untuk pergi ke sekolah karena tim saya menjadi bahan
ejekan teman-teman saya, dan saya merupakan satu-satunya suporter berat
Liverpool FC di angkatan tersebut.
Pada
tanggal 8 Oktober 2015, era dan dinasti baru dimulai. Liverpool FC merekrut
pelatih baru asal Jerman yang sebelumnya melatih tim Borussia Dortmund yaitu
Jurgen Klopp. Jurgen Klopp mengantikan posisi kepelatihan Brandon Rogers yang
dipecat oleh Liverpool FC. Jurgen Klopp berjanji bahwa dalam jangka 4 tahun ia
melatih sebagai manager di sana, maka Liverpool FC akan meraih piala dan jika
tidak mendapatkan piala dalam kurun waktu 4 tahun mungkin dia akan melatih di
negara Swiss, tuturnya pada jumpa pers pertamanya sebagai pelatih Liverpool FC.
Pada
musim 2015/16 Liverpool berhasil masuk ke final 2 kali di turnamen yang
berbeda, tetapi sayang belum ada piala yang berhasil diraih. Liverpool FC kalah
di final League Cup atau Capital One Cup melawan Manchester City dengan skor
1-1 setelah melewati 90 menit waktu normal dan babak tambahan waktu. Liverpool
FC kalah di babak adu pinalti dengan skor 3-1 untuk Manchester City. Liverpool
FC juga kalah di final UEFA Europa League melawan Sevilla dengan skor 1-3 untuk
Sevilla.
Pada tahun 2017, saya sempat bertemu dengan
pemain legenda Liverpool FC yaitu Patrik Berger dan Vladimír Šmicer di acara pembukaan toko elektronik di Bekasi. Saya juga
sempat berfoto bersama dan meminta tanda tangan dari mereka. Vladimír Šmicer
merupakan pencetak gol kedua untuk Liverpool FC pada final UEFA Champions
League tahun 2005 di Istanbul, Turki. Di pertandingan itu Liverpool FC berhasil
menang comeback dari skor 3-0 menjadi 3-3 dan menang di babak adu
pinalti. Saya masih tidak menyangka bahwa saya pernah bertemu dengan Šmicer.
Pada
musim 2017/18, Liverpool FC merekrut Mohamed Salah dari AS Roma. Pada musim itu
Mo Salah berhasil mencatatkan 36 penampilan dan 32 gol di Liga Premier Inggris musim
2017/18. Lini serang yang dipimpin oleh trio Firmino, Mane, dan Salah
menjadikan Liverpool FC momok yang menakutkan bagi tim lawan kala itu.
Liverpool
FC menjual salah satu pemain kuncinya yaitu Philippe Coutinho ke Barcelona.
Dengan pemasukan tersebut Liverpool FC merekrut Virgil van Dijk dari Southampton
FC untuk memperkokoh lini pertahanannya. Saya sangat senang dengan aktivitas
transfer Liverpool FC pada musim itu dan saya memiliki firasat bahwa tim ini
akan memenangkan gelar bergengsi.
Pada
musim tersebut, Liverpool FC harus rela berakhir di posisi 4 klasemen Liga
Premier Inggris terpaut 25 poin dari juara Liga Premier Inggris saat itu
Manchester City. Tetapi, pada musim itu juga Liverpool FC berhasil lolos ke
Final UEFA Champions League dan berhadapan dengan raksasa Spanyol Real Madrid
di final. Final tersebut berlangsung pada tanggal 26 Mei 2018 di NSC
Olimpiyskiy Stadium, Kyiv, Ukraina.
Pada
menit ke 25, Liverpool FC harus kehilangan pemain kuncinya yaitu Mohamed Salah
akibat cedera bahu dan harus ditarik keluar lapangan. Pada menit 51, Real
Madrid berhasil unggul dengan gol yang dicetak oleh Karim Benzema dengan membelokan
bola lemparan kiper Liverpool FC Loris Karius kembali ke gawang. Setelah itu,
Liverpool FC berhasil menyamakan kedudukan melalui gol yang dicetak oleh pemain
asal Senegal Sadio Mané.
Pada
menit ke 61 Gareth Bale masuk menggantikan Isco dan 2 menit kemudian ia
mencetak gol cantik ke dalam gawang Liverpool FC dengan tendangan saltonya.
Pada menit 83, Gareth Bale kembali mencetak gol dari jarak 37 meter dari gawang
dan membuat skor menjadi 3-1 untung Real Madrid hingga pertandingan usai. Malam
itu, merupakan malam yang sangat berat bagi saya. Tim kesayangan saya kembali
gagal untuk mengangkat piala bergengsi. Rasa sedih dan kecewa kembali saya
rasakan.
Pada
musim berikutnya, Liverpool FC merekrut kiper AS Roma yaitu Alisson Becker untuk memperkokoh kembali lini
pertahanannya. Kali ini saya memiliki firasat dan optimis yang tinggi bahwa tim
ini akan menjuarai piala pada musim ini. Benar saja, tim ini berhasil lolos ke
babak semifinal UEFA Champions League.
Di
leg pertama babak semifinal ini, Liverpool FC harus menelan kekalahan telak di
Camp Nou yang merupakan kendang dari FC Barcelona dengan skor 3-0. Pada pertandingan
leg kedua, di babak semifinal yang di gelar di stadion Anfield, Liverpool FC
harus kehilangan Roberto Firmino dan Mohamed Salah akibat cedera.
Rasa
pasrah sebelum pertandingan di mulai mengahampiri diri saya lagi. Tetapi,
apapaun hasil yang didapat dari pertandingan itu saya akan tetap semangat
mendukung tim kesayangan saya. Pada menit ke-7 Divock Origi berhasil mencetak
gol pertama untuk Liverpool FC dan mengubah papan skor menjadi 1-0 untuk
Liverpool FC hingga babak pertama usai.
Pada
babak kedua, tepatnya menit ke-54, Georginio Wijnaldum pemain yang baru masuk
menggantikan Andrew Robertson berhasil mencetak gol kedua untuk Liverpool FC.
Dua menit setelah itu, Georginio Wijnaldum berhasil mencetak gol ketiga dari
sundulannya ke gawang kiper Marc-André ter Stegen. Skor berubah menjadi 3-0 dan
agregat pun berubah menjadi 3-3.
Pada
menit ke-79, keajaiban pun terjadi. Trent Alexander-Arnold mengambil tendangan
penjuru dengan cepat. Tendangan yang kencang membuat pemain-pemain bertahan
dari FC Barcelona sulit menghalaunya dan bola tersebut langsung berada di kaki Divock
Origi. Kesempatan emas bercampur intan berlian sukses dikonversikan menjadi gol
oleh Divock Origi dan membuat agregat menjadi 4-3 untuk Liverpool FC hingga
laga usai. Malam itu, merupakan malam yang penuh keajaiban. Inilah salah satu
bukti nyata bahwa tekad, semangat, dan usaha tidak akan menghianati hasil.
Pada
tanggal 1 Juni 2019, digelarlah babak final UEFA Champions League musim 2018/19
di stadion Wanda Metropolitano, Madrid, Spanyol. Liverpool FC akan berhadapan
dengan tim yang berasal dari negara Inggris juga tepatnya dari kota London
yaitu Tottenham Hotspur. Laga baru berjalan 24 detik, tendangan dari Sadio Mané
mengenai tangan Moussa Sissoko yang sedang berdiri di dalam kotak pinalti.
Wasit
memutuskan untuk mengahadiahkan tendangan pinalti bagi Liverpool FC dan
kesempatan itu berhasil diubah menjadi gol oleh Mohamed Salah di menit ke-2.
Papan skor pun berubah menjadi 1-0 untuk Liverpool FC hingga babak pertama
usai. Pada babak kedua tepatnya di menit ke-87 gol penentu kemenangan tercipta
oleh Divock Origi dan memastikan Liverpool FC memangkan piala UEFA Champions
League.
Akhirnya,
saya dapat menyaksikan tim kesayangan saya mengangkat piala dan menjuarai
turnamen bergengsi. Rasa senang dan bangga pastinya dirasakan oleh saya sebagai
pencinta klub ini. Tetapi, sayang Liverpool FC masih belum bisa memenangkan
Liga Premier Inggris. Lagi-lagi harus rela menempati posisi kedua kelasemen dan
hanya terpaut satu poin dengan Manchester City yang kembali menjuarai Liga
Premier Inggris pada musim itu.
Pada
musim 2019/20, Liverpool FC tidak melakukan banyak perubahan pada timnya,
karena ada pepatah yang mengatakan bahwa “Jangan pernah mengubah tim pemenang”.
Pada musim ini Liverpool FC berhasil menjuarai piala UEFA Super Cup yaitu
pertandingan yang dimainkan oleh tim yang menjuarai UEFA Champions League dan
UEFA Europa League (kompetisi dibawah UEFA Champions League) pada musim
sebelumnya untuk menentukan siapa tim terbaik di benua Eropa pada musim
tersebut.
Liverpool
FC berhasil menang melawan Chelsea FC dengan skor 2-2 hingga waktu normal
habis. Lalu dilanjutkan ke babak tambahan, tetapi skor tetap tidak berubah.
Akhirnya, pertandingan tersebut harus dilanjutkan ke babak adu pinalti. Pada
babak adu pinalti Liverpool FC berhasil menang dengan skor 5-4. Liverpool FC
juga berhasil menjuarai kompetisi Piala Dunia Antarklub.
Pada
ajang UEFA Champions League musim itu Liverpool FC harus tersingkir lebih awal
di babak 16 besar setelah berhadapan dengan Atlético Madrid. Pada leg pertama
Liverpool FC harus menelan kekalahan di markas Atlético Madrid dengan skor 1-0
untuk Atlético Madrid dengan gol yang dicetak oleh Saúl Ñíguez pada menit ke-7.
Pada leg kedua yang diselenggarakan di stadion Anfield, Liverpool FC kembali
menerima kekalahan dari Atlético Madrid dengan skor 3-2 dan membuat agregat
menjadi 4-2.
Tetapi,
lain cerita pada kompetisi Liga Premier Inggris musim itu. Liverpool FC
akhirnya berhasil mengangkat piala Premier League pertamanya dalam sejarah
Liverpool FC. Liverpool FC berhasil menduduki peringkat satu kelasemen dengan
99 poin dan memiliki selisih 18 poin dengan Manchester City di posisi kedua
kelasemen. Tim ini juga mengakhiri puasa gelar Liga Premier Inggris selama 30
tahun. Liverpool FC dahulu sudah pernah memenangkan piala Liga Inggris 18 kali,
tetapi kemenangan tersbut diraih sebelum Liga Inggris mengubah format liganya.
Impian
para supporter akhirnya dapat terealisasikan pada musim tersebut. Rasa
bangga, bahagia, dan lega menggambarkan perasaan saya tentang musim ini.
Walaupun Liverpool FC tersingkir lebih dulu di kompetisi UEFA Champions League
musim itu, tetapi tim ini telah membayar kesedihan para supporternya.
Perayaan gelar juara harus dilakukan tanpa hadirnya supporter
dikarenakan pandemi Covid-19 yang melanda bumi tercinta ini.
Pada
musim itu, kompetisi-kompetisi di olahraga sepak bola bahkan di seluruh
kompetisi olahraga harus ditunda atau diberhentikan dikarenakan pandemic
Covid-19 ini. Tetapi, akhirnya setelah kasus Covid-19 di berbagai negara mulai
turun kompetisi-kompetisi olahraga mulai dilanjutkan kembali, meski tanpa
adanya penonton disamping lapangan pertandingan. Memang cukup mengharukan
melihat pemain-pemain dari tim Liverpool FC yang merasa kurang adanya dukungan
di pinggir lapangan dan membuat performa tim menurun.
Pada
musim 2020/21, Liverpool FC memperkuat lini tengahnya dengan merekrut seorang maestro
lapangan tengah yaitu Thiago Alcântara dari FC Bayern München. Liverpool FC
juga mendatangkan penyerang berkebangsaan Portugis yaitu Diogo Jota dari Wolverhampton
Wanderers FC. Pada ajang UEFA Champions League musim ini, Liverpool FC hanya
bisa bertahan hingga babak perempat final atau babak delapan besar.
Liverpool
FC harus mengakui kekuatan tim dari ibukota Spanyol yaitu Real Madrid. Pada leg
pertama Liverpool FC kalah di kandang Real Madrid dengan skor 3-1. Pada leg
kedua yang digelar di stadion Anfield, Liverpool FC gagal memutar balik
keadaan. Pertandingan tersebut berakhir dengan skor kaca mata dan memastikan
Liverpool FC gagal lolos ke babak semifinal.
Musim
ini merupakan salah satu musim terberat bagi Liverpool FC. Karena para pemain
Liverpool FC banyak yang mengalami cedera, terutama bek tengahnya. Virgil van
Dijk, Joe Gomez, dan Joel Matip yang merupakan bek senior pada tim tersebut
harus mengalami cedera. Liverpool FC meminjam pemain muda kebangsaan Turki yang
bermain untuk FC Schalke 04 yaitu Ozan Kabak. Sialnya, Ozan Kabak bermain
kurang baik dan sempat mengalami cedera juga. Liverpool FC harus bermain dengan
bek muda dari akademi Liverpool yaitu Nathaniel Phillips dan Rhys Williams.
Ternyata
performa dari kedua bek muda tersebut melampaui ekspektasi media Inggris dan
para supporter Liverpool FC. Liverpool FC harus berjuang dari
keterpurukannnya di Liga Premier Inggris yang pada saat itu Liverpool FC berada
di posisi delapan. Dengan semangat dan konsistensi tinggi hingga pekan
pertandingan terakhir membuat Liverpool FC mengakhiri musim ini pada posisi
ketiga kelasemen dan berhasil mengamankan tiket untuk bertanding di ajang UEFA
Champions League tahun depan.
Inilah perjalanan saya sebagai supporter berat Liverpool FC. Rasa sedih, kecewa, senang, dan bangga sudah pernah saya rasakan dengan klub ini. Mimpi saya melihat klub masa kecil saya mengangkat sebuah piala sudah terbayarkan. Terima kasih saya ucapkan kepada Liverpool FC yang telah menginspirasi saya sejak kecil sampai sekarang ini.
Semoga suatu saat nanti saya bisa mengunjungi stadion Anfield dan bertemu para pemain Liverpool FC disana. Akhir kata saya ucapkan YNWA! You'll Never Walk Alone!
YNWA
BalasHapusKereeen... Liverpudlian sejati 👍.
BalasHapusTulisan yang bagus Verrel. Terus semangat dan sukses selalu.
Butuh waktu berapa lama nulis artikel sebanyak ini rel??
BalasHapusSaya terkesan dengan tulisan ini, tapi saya lebih terkesan dengan potensimu memulai untuk menulis!