Sekilas Kerajaan Kutai

oleh: Alya Hanifa, Aulia Nur Rahma, Muhammad Fahrul, Rangga Dwi, Sahasika Cetta


    Hai teman - teman historia 34! Pernahkah kalian mendengar Kerajaan Kutai? Apa yang pertama kali yang terlintas dalam pikiran kalian mengenai Kerajaan Kutai? Jika kalian mengira kerajaan Kutai terletak dari daerah Bali, kalian salah! Kerajaan Kutai terletak dari Kalimantan Timur, Muara Kaman, di tepi sungai mahakam yang sangat terkenal itu, lho!

 

Walau jarang kita dengar, ternyata, Kerajaan Kutai termasuk Kerajaan Hindu tertua di Indonesia lho, teman - teman! Kerajaan tersebut adalah Kerajaan Kutai Martapura yang didirikan pada abad ke-3 oleh Maharaja Kudungga. Masuknya agama Hindu ke Indonesia menjadi alasan mengapa Maharaja Kudungga mengubah struktur pemerintahan dan mendirikan sebuah kerajaan, Maharaja Kudungga sebelumnya merupakan seorang kepala suku yang mengangkat dirinya menjadi seorang raja Kerajaan Kutai Martapura.

 

Selain menjadi kerajaan Hindu tertua di Indonesia, Kerajaan Kutai Martapura memiliki banyak peninggalan menarik yang masih ada sampai sekarang lho! Apaan aje tuh? Pasti penasaran dong!

 

Peninggalan pertama yang paling terkenal dari Kerajaan Kutai Martapura salah satunya adalah Prasasti Yupa. Prasasti Yupa ditemukan pada tahun 1890. Yupa merupakan tiang batu yang bertuliskan berita tentang Kerajaan Kutai. Tidak hanya bertuliskan berita, prasasti yupa berisikan berupa silsilah keluarga, aspek ekonomi, sosial dan informasi penting mengenai Kerajaan Kutai Martapura. Prasasti Yupa Ini dibuat dengan tulisan huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta yang banyak digunakan di India Selatan. Hingga saat ini ada 7 Prasasti Yupa yang sangat terkenal dari Kerajaan Kutai Martapura. Antara lain, Prasasti Muarakaman I yang menjelaskan silsilah Raja Mulawarman. Prasasti Muarakaman II yang menjelaskan persembahan Raja Mulawarman kepada para brahmana. Prasasti Muarakaman III yang menceritakan kembali budi dan kebesaran raja mulawarman.


Prasasti Muarakaman IV yang sudah tidak bisa terbaca. Prasasti Muarakaman V yang menceritakan para brahmana yang menjadi peringatan atas dua sedekah yang telah diberikan oleh raja mulawarman, sedekah raja mulawarman tersebut berupa segunung minyak kental dan lampu dengan malai (kelopak) bunga. Prasasti Muarakaman VI menceritakan seruan selamat bagi Sri Maha Raja. Prasasti Muarakaman VII yang menceritakan raja mulawarman yang berhasil menaklukan raja lain seperti Raja Yudhistira. 7 Prasasti Yupa ini semuanya menceritakan tentang Raja Mulawarman karena ia menjadi salah satu tokoh yang sangat penting bagi Kerajaan Kutai.


Selanjutnya, peninggalan kedua yang tidak kalah unik yaitu Kura-Kura Emas. saat ini Kura-Kura Emas masih tersimpan dengan baik di Museum Mulawarman. Kura-kura Mas pada awalnya merupakan benda koleksi dari Kerajaan Kutai. Namun setelah terjadi perang antara Kerajaan Kutai dengan Kerajaan Kutai Kartanegara pada pertengahan abad ke-17, Kura-kura Mas menjadi milik Kerajaan Kutai Kartanegara sebagai pihak pemenang perang Perang tersebut terjadi ketika Kerajaan Kutai Kartanegara dipimpin oleh Aji Pangeran Sinom Panji Mendapa ing Martadipura (1605-1635 M).


Patung Kura-Kura ini berukuran setengah kepalan tangan dan merupakan persembahan pangeran dari Kerajaan China pada Putri Sultan Kutai yang bernama Aji Bidara Putih. Kerajaan China memberikan persembahan ini kepada Kerajaan Kutai Martapura sebagai bukti bahwa ada pangeran dari Kerajaan China yang hendak mempersunting sang putri dari kerajaan kutai martapura. Sebagai wujud kesungguhan hati sang pangeran untuk memperistri Aji Bidara Putih, maka pangeran menghadiahkan berbagai perhiasan yang terbuat dari emas dan intan, yang salah satunya adalah Kura-kura Mas ini. Kura-Kura Emas ini dapat ditemukan di daerah Long Lalang, hulu Sungai Mahakam.


Peninggalan yang tidak kalah keren salah satunya adalah Kalung Ciwa, Kalung Ciwa yang terbuat dari emas yang ada sejak zaman pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Kalung tersebut ditemukan oleh warga sekitar pada tahun 1890 di sekitar Danau Lipan Muara Kaman. Pada saat itu kalung ciwa digunakan oleh sultan dan hanya dipakai ketika acara penobatan sultan baru. Dan ternyata sampai saat ini, kalung ciwa masih dipakai.


Berikutnya, ada peninggalan Keris Bukit Kang. Keris Bukit Kang merupakan sebuah keris yang digunakan oleh Permaisuri Aji Putri Karang Melenu yang merupakan permaisuri Raja Kutai yang pertama yaitu Raja Kudungga. Keris ini menjadi satu dari tiga benda pusaka yang kerap digunakan dalam setiap ritual adat penobatan raja. Konon, keris ini merupakan tusuk konde milik permaisuri Aji Putri Karang Melenu, yang tak lain adalah permaisuri dari Raja Kutai bernama Aji Batara Agung Dewa Sakti, yaitu sosok penguasa kerajaan Kutai yang pertama.Dan juga menurut cerita yang tersebar, dulunya putri pernah ditemukan dalam sebuah gong yang hanyut di atas bambu. Di dalam gong itu bukan hanya ada putri tapi juga telur ayam dan sebuah Keris di dalam gong tersebut. Hingga saat ini dipercaya bahwa Keris tersebut adalah Keris Bukit Kang.


Tak hanya itu, ada juga peninggalan Ketopong Sultan. ketopong sultan adalah mahkota yang dipakai sultan Kerajaan Kutai yang terbuat dari emas. Benda ini sebagai simbol penguasa Kesultanan Kutai Kartanegara.. Ketopong ini berbentuk mahkota brunjungan dan bagian muka berbentuk meru bertingkat. Ketopong ini juga dihiasi dengan motif spiral yang dikombinasikan dengan motif sulur. Hiasan belakang pada ketopong terdapat berbentuk garuda mungkur yang berhiaskan motif bunga, kijang dan burung. Mahkota Sultan Kutai Kartanegara diperkirakan mulai digunakan sejak pertengahan abad ke-19 atau ketika Kesultanan Kutai Kartanegara diperintah oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman (1845-1899 M). Ketopong Sultan memiliki berat 1,98 kilogram dan hingga saat ini masih tersimpan di Museum Nasional Jakarta.


Sama halnya dengan prasasti Yupa, Ketopong Sultan juga ditemukan pada tahun 1890 di Muara Kaman, Kutai Kartanegara. Sedangkan yang disimpan di Museum Mulawarman adalah Ketopong Sultan tiruan. Salah satu alasan kenapa Ketopong Sultan asli disimpan di Museum Nasional Jakarta karena museum tersebut memiliki keamanan yang lebih baik dan ketat pengawasannya.


Dan selanjutnya ada Pedang Sultan Kutai. Pedang yang lebih dikenal dengan Pedang Kalimantan adalah pedang peninggalan dari sultan kutai pada abad ke 13. Pedang tersebut terbuat dari emas padat. Pada bagian gagang pedang terdapat ukiran harimau yang akan menerkam mangsanya. Harimau merupakan binatang yang terdapat pada lambang Kesultanan Kutai Kartanegara. Sedangkan pada bagian ujung sarung pedang berhiaskan seekor buaya.Pedang Sultan Kutai dapat kita saksikan saat berkunjung ke Museum Nasional Jakarta.


Peninggalan Kerajaan Kutai selanjutnya adalah singgasana sultan. singgasana sultan adalah 2 buah kursi yang berwarna kuning. Singgasana ini berfungsi untuk peraduan pengantin kutai atau biasa disebut geta berwarna biru tua. Di sekitar singgasana dilengkapi dengan payung dan umbul-umbul yang berwarna putih. Singgasana ini telah dipakai oleh dua orang Sultan, yaitu Aji Sultan Muhammad Sulaiman (1845-1899 M) dan Aji Sultan Muhammad Parikesit (1920-1960 M).


Selanjutnya, peninggalan dari Kerajaan Kutai adalah Kalung Uncal. Kalung Uncal merupakan suatu tanda kerajaan turun temurun yang wajib digunakan oleh seorang ketika sedang ditabalkan atau dinobatkan menjadi Sultan Kutai. Kalung Uncal ini berbahan emas dan memiliki bobot 170 gram dengan hiasan liontin berelief Kisah Ramayana. Kalung Uncal menjadi salah satu atribut dari Kerajaan Kutai yang dipakai Sultan Kutai Kartanegara semenjak Kutai Martadipura bisa dijajah dan ditaklukkan. Kalung ini kemungkinan berasal dari daerah India dan merupakan milik Dewi Sinta istri dari Sri Rama. Beberapa penelitian menyatakan bahwa kalung ini hanya terdapat 2 buah saja di dunia. Yang satu diletakkan di India dan satunya tersimpan di Museum Mulawarman yang terdapat di daerah Kalimantan Timur.


Dan yang terakhir peninggalan kerajaan kutai yaitu, Tali Juwita. Tali Juwita berasal dari kata Upavita atau kalung yang diberikan untuk Raja. Tali Juwita terdiri dari 21 helai berbahan dasar emas, perak, dan perunggu. Terdapat 3 liontin berbentuk gelang dan 2 buah mata kucing dan barjad putih. Sedangkan untuk liontin yang lain berbentuk lentera dengan 2 bandul kecil. Tali ini memiliki arti penting, yaitu melambangkan 7 simbol muara, dan 3 anak sungai. Meliputi sungai Kelinjau, Belayan, serta Kadang Pahu yang berada di sungai Mahakam. Biasanya tali ini digunakan ketika Upacara Bepelas. Upacara adat Bepelas dimaksudkan untuk memuja sukma dan raga Sultan dari ujung kaki hingga ujung rambut agar Sultan mendapatkan kekuatan dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan melaksanakan adat.


Itulah tadi sejumlah penjelasan tentang peninggalan Kerajaan Kutai Martapura yang dapat kami sampaikan.


Sekian dari kami, sore sore membeli buah, jangan lupa mempelajari sejarah! Bella Ciao!


DAFTAR PUSTAKA

 

Ananda. 2022. “Pendiri Kerajaan Kutai: Sejarah, Masa Kejayaan & Peninggalan, https://www.gramedia.com/literasi/pendiri-kerajaan-kutai/, diakses pada 24 Mei 2023

pada pukul 19.05

 

Ningsih, Widya Lestari. 2021. “Kerajaan Kutai: Masa Kejayaan, Silsilah Raja, dan Peninggalan,

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/18/143115579/kerajaan-kutai-masa-kejayaan

-silsilah-raja-dan-peninggalan?page=all, diakses pada 24 Mei 2023 pada pukul 19.12

 

Nisa, Amirul. 2023. “7 Peninggalan Kerajaan Kutai, Kerajaan Hindu Tertua dan Terbesar di Indonesia”,

https://bobo.grid.id/read/083722539/7-peninggalan-kerajaan-kutai-kerajaan-hindu-tertua-d an-terbesar-di-indonesia?page=all, diakses pada 24 Mei 2023 pada pukul 18.43

 

Ditamei, Stefani. 2022. "10 Peninggalan Kerajaan Kutai Beserta Sejarahnya", https://www.detik.com/jabar/berita/d-6260473/10-peninggalan-kerajaan-kutai-beserta-seja rahnya, diakses pada 24 Mei 2023 pada pukul 18.45

 

Kompas.com. 2022. "7 Prasasti Sumber Sejarah Kerajaan Kutai", https://regional.kompas.com/read/2022/08/16/222722478/7-prasasti-sumber-sejarah-kera jaan-kutai?page=all, diakses pada 24 Mei 2023 pada pukul 18.45

 

Roro. 2019. “Keris Bukit Kang”, https://budaya-indonesia.org/Keris-Bukit-Kang, diakses pada 24 Mei 2023 pada pukul 18.52

 

Apriyono, Ahmad. 2015. "Ini Pedang Kalimantan yang Bertahtakan Batu Akik", https://www.liputan6.com/lifestyle/read/2264967/ini-pedang-kalimantan-yang-bertahtakan- batu-akik, diakses pada 24 Mei 2023 pada pukul 19.26

 

Aldi, Riandana. 2014. “Kalung Uncal”, https://budaya-indonesia.org/Kalung-Uncal/, diakses pada 24 Mei 2023 pada pukul 19.56

 

Bermuda.com.                                2023.                           “Peninggalan                               Kerajaan                             Kutai”, https://bermudabda.com/peninggalan-kerajaan-kutai/#google_vignette, diakses pada 24 Mei 2023 pada pukul 19.53

 

Nadilla Syabriya. 2022. "8 Peninggalan Kerajaan Kutai, dari Prasasti hingga Singgasana Sultan",

https://nasional.okezone.com/read/2022/10/18/337/2689681/8-peninggalan-kerajaan-kutai-d ari-prasasti-hingga-singgasana-sultan?page=2, diakses pada 24 Mei 2023 pada pukul 19.32

Sekilas Kerajaan Kutai