Jurit Malam

Oleh: Salwa Zhahara, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta


Kisah dari pengalaman horor Evi dan kakaknya Sari.


    Evi dan kakaknya yang bernama Sari kuliah di salah satu universitas yang letaknya agak jauh dari kota asal mereka. Mereka berdua cukup aktif dalam kegiatan-kegiatan kampus, termasuk menjadi anggota BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) di unversitas  mereka.

 

Waktu tahun 2017, ketika Evi sudah di semester 5, dia sudah menjadi anggota tetap sekaligus menjadi anggota kepemudaan dan sudah merekrut anggota-anggota muda. Singkat cerita, tibalah pada masa LDKM (Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa). LDKM  ini dibuat untuk para anggota-anggota muda BEM selama tiga hari dua malam, tempatnya di sebuah bumi perkemahan yang biasa dipakai untuk anak-anak pramuka dan LDKM oeganisasi-organisasi lain.

 

Karena tahun sebelumnya Evi sudah menjadi  seksi acara atau lapangan, tahun ini dia lebih memilih seksi konsumsi yang lebih santai. Di dua lapangan itu ada dua perkemahan besar, satu untuk aula dan satunya lagi ruang utama serta tiga WC yang masih berfungsi dengan baik. Perkemahan ini, kanan-kirinya itu ada rumah penduduk, akan tetapi dibagian belakang perkemahan itu, ada hutan belantara yang masih terjamah yang diberi batas dengan sungai. Saat itu, mereka menyewa  satu ruang aula dan satu ruang utama, tetapi mereka tidak bisa menyewa lapangan besar karena sudah keburu di booking sama dua organisasi lain, yang di mana organisasi lain ini bakal mengadakan LDKM di hari yang sama.

 

Awalnya, mereka memakai lapangan besar yang ada di depan aula, sialnya, karena mereka butuh jalur lain buat kegiatan jurit malam, akhirnya mereka berpikir keras, bagaimana membuat rutenya supaya bisa mengelilingi dua lapangan yang ada. Dan, mereka berkoordinasi dengan organisasi sebelah, secara mereka hanya mau menggunakan lapangan itu di jurit malam hari terakhir. Dari jam 12 malam sampai subuh, ya mudah-mudahan mereka bisa numpang. Karena Evi bukan bagian dari seksi acara, jadi dia tidak tahu bagaimana teman-temannya yang lain menyelesaikan masalah tentang rute jurit malam.

Sampai tibalah hari-H untuk kegiatan tersebut. Sebelum mulai jurit malam, mereka rapat untuk menentukan pos-pos.  Setiap tahun, selalu ada 7 pos yang sesuai dengan sub-bidang yang ada di organisasi. Dan Evi memilih menduduki pos satu bersama kakanya, yaitu Pos Sejarah. Mereka tidak hanya berdua, mereka ditemani bersama dua kakak tingkat laki-laki alumni.

 

Evi kaget bukan main, dia sontak kaget karena pos satu sampai pos tiga itu ada di hutan lapangan belakang. Sebelumnya, mereka sudah tahu kalo hutan lapangan belakang itu, tidak boleh ada yang masuki, sebab bisa dibilang sangatlah berbahaya. Penjaga bumi perkemahan tersebut,  sudah mewanti-wanti untuk tidak masuk ke hutan lapangan belakang. Marahlah Evi dengan seksi acara lapangan, “Mengapa harus menempati lapangan itu?” Cetus Evi. Akhirnya, panitia lain menjelaskan bahwa mereka tidak punya pilihan lain, secara lapangan sudah terpakai semua, dan kebetulan organisasi sebelah lagi jurit malam juga. Mau tidak mau, suka tidak suka, Evi akhirnya masuk ke dalam hutan.

 

Mereka jalan melewati sebuah sungai yang ternyata sudah dibuatkan jembatan kecil oleh anak-anak yang lain supaya mudah mengakses masuk ke hutan. Ketika melewati jembatan itu dan mulai masuk ke dalam hutan, rasanya Evi sudah mulai perasaannya tidak nyaman. Tapi, Evi berdoa semoga tidak terjadi apa-apa.

 

Singkat cerita, jurit malam pun dimulai. Saat itu, para peserta sedang ada di pos pelepasan yang ada di lokasi paling dalam hutan. Para peserta hanya diberikan satu lilin dan satu korek api cadangan untuk antisipasi bila apinya mati. Setelah semua peserta bergerak, ada satu juniornya Evi sebut aja namanya IDOY. Idoy bertugas sebagai koordinator lapangan dan selalu bolak-balik dari pos satu ke pos lainnya untuk memeriksa medan jalan  dan kondisi peserta.

 

Idoy pada saat itu mampir ke pos satu, otomatis dia bertemu dengan Evi dan yang lainnya. Ketika asyik ngobrol pada saat itu, tiba-tiba ada suara kresek-kresek dari semak-semak yang posisinya lumayan tinggi. Karena khawatir itu ular atau babi hutan, sontak Idoy langsung memeriksa sembari membawa kayu untuk menyisir ke semak-semak itu.

 

Setelah memeriksa kembali semak-semak itu, Idoy balik lagi ke pos satu, dan dia bilang, “Tidak ada apa-apa kok”. Setelah kembali ngobrol lagi dan akhirnya Idoy pamit dari pos satu untuk memeriksa pos-pos yang lain. Sekitar jam 4 subuh, panitia yang ada di pos pelepasan datang ke pos satu untuk pamit, karena  tugas mereka sudah selesai. Kemudian, Evi dan yang lainnya siap-siap untuk pergi ke aula, secara tinggal satu peserta lagi yang belum sampai di pos 1. Salah satu alumni yang jaga di pos satu juga, sebut aja namanya Bintang, dia menyuruh Evi dan kakanya untuk balik duluan saja, dan Evi pun pamit. Ketika Evi sudah sampai di jembatan tadi, mereka berpapasan dengan idoy, tetapi Idoy cuma senyum dan tidak berbicara apa-apa, bahkan tidak mau bertos ria dengan Evi.

 

Ketika mereka hampir sampai di pos 4, tiba-tiba Sari menarik tangannya Evi, dan nyuruh dia untuk berhenti. Karena Sari melihat Idoy lagi bercanda canda bersama teman lainnya di pos 4, ada suatu keanehan, mereka pikir Idoy yang berpapasan sama mereka itu berjalan ke arah huta, akan tetapi kok malah ada di pos? begitu batinnya. Kemudian, Evi bertanya ke Idoy dan Idoy menjawab, “Dia ada di sini (pos 4) daritadi” Evi dan Sari pun hanya bisa diam dan sejurus saling menatap. Lalu, Evi dan Sari pamit ke Idoy dan yang lainnya, karena ingin melanjutkan perjalanan lagi. Dan Sari mewanti-wanti agar Evi tidak mengosongkan pikiran. Sari tahu bahwa Evi mudah kerasukan. Setelah sampai di ruang panitia mereka langsung istirahat.

 

Singkat cerita, Evi pun ingin tidur, akan tetapi ia mnegalami kesulitan tidur. Karena perasaan tidak enak terhadap aura sekitar, dan tetiba kaki dia menjadi dingin, Evi langsung berdoa dan mencoba memejamkan  mata, tak lama sepeminuman teh, tidurlah Evi. Tiba-tiba Sari membangunkan Evi dengan suara panik dan Evi enggan untuk membuka mata, karena tidurnya hanya sebentar. Ketika Evi akhirnya membuka mata dia, ternyata lagi menari dan nyinden dan dia sadar akan hal itu. Kemudian, Sari memanggil teman, sebut saja Beni. Beni langsung memegang Evi dan membacakan ayat-ayat Al-qur’an. Saat Beni membaca  ayat-ayat suci Al-qur’an, badannya Evi kesakitan seperti dipukuli oleh banyak orang.

 

Dan Sabil, teman seangkatannya Evi datang, dia yang biasa menjaga anak-anak sensitif. Sabil mencoba berdiskusi dengan makhluk yang merasuki Evi agar keluar. Dan dia (makhluk gaib) bilang, kalau rumah dia ada di belakang , dia mau ke sana, asalkan diantar dengan Sabil, dan Sabil pun setuju.

 

Dan makhluk itu pun keluar dari tubuh Evi. Setelah itu, evi merasa lemas dan tidak bertenaga. Beni pun tidak berhenti berdoa membaca ayat suci Al-qur'an. Beberapa saat kemudian, Evi pun mulai mengantuk hingga tertidur. Tiba-tiba, dia berteriak,  dan lari keluar ruangan. Dan itu, bukan dirinya (Evi pun sadar kalau dirinya sedang dirasuki makhluk lain). Untungnya, Evi masih dipegangi oleh beberapa orang di sana.

 

Ada sekitar 6 laki-laki. Mereka kewalahan memegangi  Evi. Setelah Evi melakukan banyak perlawanan, akhirnya makhluk itu keluar sendiri. Kemudian,tidak lama setelah itu, Evi pun kerasukan makhluk lagi, kali ini yang lebih kuat dan hampir mau dibawa ke alamnya. Untungnya, Sabil datang tepat waktu . Sabil pun langsung mencegat Evi, dan bilang ke temannya bahwa makhluk ini beda dari yang lain (bisa dibilang sangat kuat). Dan mahluk yang merasuki Evi bilang, kalau dia tidak mau keluar dan ingin menetap di tubuh ini.

 

Karena dia suka dengan Evi. Sari sekuat tenaga memanggil Evi sambil menangis sesegukan, di situlah Evi meneteskan air mata, yang berarti dia masih sadar. Namun, tubuhnya tidak berdaya. Dan, segala doa serta memanggil nama Evi, akhirnya makhluk itupun keluar dan Evi pun langsung pingsan. Setelah Evi terbangun, dia merasa ingin tidur lagi dan merasa kalau ada yang meminta masuk lagi. Sabil yang melihat gelagat Evi, dengan sigap Sabil langsung melepaskan tasbih dan memakaikannya ke Evi.

 

Tiba-tiba, dering ponsel Evi berbunyi dan ternyata itu adalah ayahnya Evi yang menelepon. Evi pun mengangkat telepon dari ayahnya, dan ayahnya bilang kalau perasaan beliau tidak enak dan gundah gulana ketika Evi berada di daerah bumi perkemahan tersebut. Pada akhirnya, panitia pun inisiatif memulangkan Evi kembali ke rumahnya.

 

Setelah pulang ke rumah, Evi pun langsung diobati oleh pak ustaz dan memakaikan pagar penjaga untuk Evi. Seminggu kemudian, Evi pun pulih dan dihindari dari makhluk tersebut berkat pagar penjaga yang menempel ditubuhnya, namun tidak terlihat.

Jurit Malam