A QUIET PLACE: Sunyi Adalah Bunyi yang Tersembunyi

 


Oleh: Najwa Prama Putri, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta


     Bercerita tentang sepasang suami-istri, yakni Evelyn Abbott (Emily Blunt) dan Lee Abbott (John Krasinski) yang memiliki dua orang anak, seorang anak laki-laki yang mempunyai nyali  besar bernama Marcus Abbott (Noah Jupe) dan anak perempuannya yang beranjak remaja bernama Regan Abbott (Millicent Simmonds). Keluarga ini tinggal di sebuah rumah yang jauh dari keramaian.

 

Tinggal di rumah tersebut ternyata ada aturannya, mereka tidak boleh bersuara sedikitpun. Mereka harus menjaga ketenangan, kalau tidak, niscaya ada makhluk misterius yang akan meneror mereka. Karenanya, dalam berkomunikasi, mereka menggunakan bahasa isyarat.

 

Di awal film, semua tampak stabil. Mereka yang harus saling diam itu, sudah seperti sedang memainkan game yang mematikan. Komplikasi mulai muncul saat sang istri ternyata hamil dan putri mereka, Regan Abbott, tunarungu. Sang ayah mencoba membuat alat bantu “dengar” untuk putrinya. Meski berkali-kali gagal, ia tetap terus mencoba.

 

Teror muncul saat mereka lagi berjalan menyusuri jembatan, lalu Marcus buat kesalahan dengan menyalakan mainan pesawat yang suaranya begitu berisik. Para makhluk misterius itu datang dan mulai meneror keluarga itu. Di video trailer, bahkan ditunjukkan bagaimana dalam keadaan takut pun mereka harus tetap tidak bersuara.

 

Pada hari ke-89, si bungsu Beau (Cade Woodward) tewas ditikam monster lantaran menyalakan mainan pesawat yang ia bawa dari toko saat keluarganya mencari bahan-bahan makanan. Walaupun harus menahan duka yang mendalam atas kepergian Beau, keluarga Abott tetap melanjutkan hidup dalam keheningan di rumah mereka. Agar tidak menimbulkan suara, keluarga Abott menggunakan bahasa isyarat dalam percakapan sehari-hari, tidak mengenakan alas kaki, juga makan menggunakan tangan dan alas daun.

 

Suatu hari, sang ayah Lee (John Krasinski) mengajak putranya Marcus (Noah Jupe) pergi keluar untuk berlatih mempertahankan diri. Sedangkan sang putri Regan (Millicent Simmonds), pergi dari rumah lantaran kesal tidak diperbolehkan ikut. Lagi-lagi serangan monster datang dan menikam sepasang lansia di tengah hutan. Marcus dan Lee bersembunyi di belakang pohon, lalu bergegas kembali ke rumah setelah monster itu pergi.

 

Sementara itu, sang ibu Evelyn menghadapi hari yang sulit, di mana ia siap melahirkan saat tidak ada seorang pun di rumah. Keadaan semakin memilukan lantaran kakinya tertusuk paku saat ia menuruni tangga. Sambil menahan sakit, ia menyalakan lampu darurat dan bergegas ke kamar mandi untuk melahirkan. Betapa terkejutnya Marcus dan Lee, melihat lampu-lampu di sekeliling rumah berwarna merah, yang menandakan adanya bahaya di sana.

 

Marcus yang masih trauma dengan kejadian di hutan tadi, memberanikan diri menyalakan kembang api untuk mengalihkan perhatian. Sementara itu, Regan kembali dan bersembunyi di lumbung jagung bersama Marcus. Lee berhasil masuk ke rumah, dan membawa istri beserta anaknya ke ruang bawah tanah. Sadar akan bahaya yang mengancam, Lee mencari kedua anaknya di sekeliling perkebunan.


Lee meminta kedua anaknya bersembunyi di truk, tapi monster itu justru mendekati truk dan mulai menyerang. Lee yang menyayangi kedua anaknya, akhirnya berteriak dan mengorbankan dirinya.

 

Di “A Quiet Place Part II”, keheningan tetap mendominasi. Namun sekarang, kita sudah tahu apa yang terjadi bila keheningan itu pecah, sementara wujud para monster bukan lagi suatu rahasia (wajar, mengingat sekuel cenderung "lebih besar"). Alhasil, keheningannya tidak berdampak sebesar yang terdapat di film pertama.

 

Apakah artinya film ini buruk? Sama sekali tidak. Secara filmis, A Quiet Place Part II tergarap baik, membuktikan bahwa keberhasilan Krasinski di kursi penyutradaraan bukan semata kebetulan. Dia memang bertalenta. Tengok sekuen pembukanya, di mana kita dibawa mundur menuju hari pertama invasi monster. Meski telah "bocor" di beberapa materi promosi, superioritasnya tidak berkurang, bahkan jadi momen paling menegangkan selama 97 menit durasi. Krasinski menggambarkan betapa kacau nan mengerikan kala "kiamat" tiba. 

 

Lalu, kita melompat ke masa sekarang, tepat setelah akhir film pertama. Evelyn (Emily Blunt) membawa pergi Regan (Millicent Simmonds), Marcus (Noah Jupe), dan bayinya yang baru lahir, guna mencari penyintas lain. Di sinilah Krasinski, yang turut menulis naskahnya, mengambil keputusan cerdik. Sekuel horor biasanya mengambil salah satu dari dua arah berikut: melanjutkan kisah karakter lama, atau sepenuhnya memakai karakter baru. Krasinski menggabungkan keduanya, ketika Evelyn beserta anak-anaknya, tiba di tempat persembunyian Emmett (Cillian Murphy).

 

Emmett sempat menolak membantu Evelyn, hingga keputusan nekat Regan (yang meyakini bahwa masih ada harapan jika tidak hanya berdiam diri), memaksanya turun tangan. Nantinya rahasia mengenai Emmett terungkap, yang mungkin bakal dikupas di film ketiga. Tapi untuk sementara, hal tersebut hanya berakhir sebagai twist nihil esensi. 


Emmett mengambil peran Lee (John Krasinski) selaku protagonis yang mengalami pergolakan batin, tanpa harus mengesampingkan Evelyn sekeluarga. Emmett bukan orang asing. Adegan pembuka memperkenalkan penonton padanya, sebagai kawan lama Lee. Jadilah film ini tampil bak gabungan antara spin-off dengan sekuel tradisional. Unik, tanpa harus menjadi radikal.

 

Jika Blunt tetap solid sebagai heroin tangguh, sedangkan Simmonds tambah hebat mengolah emosi, Murphy menyuntikkan warna baru sebagai pria yang lelah, baik fisik maupun jiwa. Semangatnya terkikis namun belum habis. Melalui akting naturalnya, Murphy melahirkan transformasi meyakinkan, dari figur hangat menjadi dingin sebelum akhirnya menemukan lagi kehangatan itu. Selain penampilan sang aktor, transformasi Emmett tidak terasa setengah-setengah juga, karena keputusan Krasinski untuk lebih banyak mengolah drama, yang mungkin mengejutkan bagi penonton yang berharap film ini seutuhnya fokus pada aksi bertahan hidup dan teror.

 

Terkait teror, walau tak lagi seefektif dulu dalam membangun ketegangan saat berdiri sendiri, ibarat ketenangan sebelum badai menggempur, keheningan membuka jalan bagi Krasinski melempar deretan jump scare yang selalu berhasil menggedor jantung. Timing pengadeganannya sempurna. Selaku penulis pun Krasinski makin matang, yang nampak dari bagaimana ia memaparkan dua peristiwa terpisah secara simultan di klimaks, agar terasa dinamis.

 

Sedangkan konklusinya, seperti film pertama, berkutat soal "pertarungan bagi generasi masa depan". Repetisi? Garis besarnya, ya. Bahkan proses yang Emmett lalui serupa Lee, yakni menghadapi rasa bersalah akibat kehilangan sosok tercinta. Muncul pembeda, karena kali ini tongkat estafet telah dioper pada para generasi masa depan itu. Cara Krasinski menyuguhkan konklusinya kembali memunculkan kekaguman. Hopeful, indah, menegaskan kelengkapan bakatnya. Selain jago membuat teror, Krasinski juga dibekali sensitivitas menangani drama.


Pada film sekuel ini ada tokoh baru yang diperankan oleh Cillian Murphy, Emment. Dari kekagumannya menyaksikan A Quiet Place, ia sempat ingin mengirimkan email kepada John Krasinski, ia benar-benar tidak percaya kalau ia akan membintangi film yang dikaguminya itu.

 

Di film ini, Emment sangat berbeda dengan Lee. Walaupun sama-sama bertahan dari monster, tetapi ia memiliki cara pandang dalam bertahan. Ia memilih hidup sendirian, sedangkan keluarga Lee Abott tidak.

 

Tokoh Emment yang berbeda pandangan dengan keluarga Abott

 

Pada film sekuel ini ada tokoh baru yang diperankan oleh Cillian Murphy, Emment. Dari kekagumannya menyaksikan A Quiet Place, ia sempat ingin mengirimkan email kepada John Krasinski, ia benar-benar tidak percaya kalau ia akan membintangi film yang dikaguminya itu.

 

Di film ini Emment sangat berbeda dengan Lee. Walaupun sama-sama bertahan dari monster, tetapi ia memiliki cara pandang dalam bertahan. Ia memilih hidup sendirian, sedangkan keluarga Lee Abott tidak.

 

Peran besar dalam film ini justru ada pada Regan yang diperankan oleh Millicent Simmonds.

 

Agar tetap selamat dari ancaman monster yang mampu mendeteksi keberadaan dari suara itu, Regan harus menjaga ibu dan kedua adiknya. Millicent Simmonds sebagai pemeran Regan benar-benar mengeksplorasi perannya pada film ini.

 

Ia berusaha menggantikan ayahnya untuk mencari solusi di tengah permasalahan yang datang tiba-tiba. Ia melanjutkan apa yang pernah dikerjakan ayahnya, yaitu mencari tahu kelemahan monster tersebut. Regan selalu terinspirasi oleh mendiang ayahnya.

 

Monster yang digambarkan di Film ini adalah monster yang cepat berkembang dan punya kepintaran.

 

Kalau pada film pertama, monster-monster hanya menyerang apapun secara brutal, mereka digambarkan sebagai makhluk yang berkeliaran dan tidak pandang bulu. Berbeda, pada film sekuel ini. Monster-monsternya seperti telah memahami bahwa semakin sedikit suara, mereka semakin mudah mengintai manusia dan mereka juga semakin berbahaya.

 

Itulah beberapa fakta yang ada pada film A Quiet Place ini.

 

Meski ada sulih bahasa di setiap kode isyarat yang disampaikan, sineas A Quiet Place berhasil merangkai cerita utuh yang disertai ketegangan nyaris tanpa dialog, dan itu mengesankan. Emosi penonton diincar agar tak perlu membuat takut bioskop dengan efek-efek kejutan layaknya film horor lain.

 

Meski begitu, film ini bukan tanpa cacat. Mungkin karena lingkup konflik yang terlalu kecil, film ini kurang menghadirkan klimaks yang apik. Kengeriannya seakan tak sampai ke puncak. Sampai film berakhir, tingkat kengerian cenderung sama dari awal sampai akhir.


Dengan kelihaian mengolah kesunyian jadi malapetaka, A Quiet Place mampu memuncaki box office Amerika Serikat di pekan pertama April 2018. Film ini meraup US$50 juta, mengalahkan Ready Player One, Blockers bahkan Black Panther.

A QUIET PLACE: Sunyi Adalah Bunyi yang Tersembunyi