Oleh: Zen RS, Director of Content & Editor
in Chief at Narasi.tv
Tanpa bermaksud ikut-ikutan Roy Suryo, saya posting naskah Pernyataan Kemerdekaan (Proklamasi) yang "asli". Istilah "asli" di sini maksudnya naskah inilah yang awalnya direncanakan akan dibacakan pada pernyataan kemerdekaan. Naskah ini dibahas dan disepakati oleh anggota BPUPKI pada 14 Juli 1945 (tanggal yang bertepatan dengan Revolusi Prancis), selama kira-kira 76 menit, dari jam 13.30 -- 14.46.
Naskah
ini tidak jadi dibacakan karena pada dinihari 17 Agustus 1945, pada saat
Soekarno-Hatta, dkk., berkumpul di kediaman Marsekal Maeda untuk membahas
pernyataan kemerdekaan, tidak ada satu pun orang yang hadir membawa naskah
Pernyataan Kemerdekaan yang disusun di BPUPKI.
Itulah
sebabnya muncul naskah Proklamasi yang begitu pendek dan ringkas yang berbunyi:
"Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan
tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja."
Berikut
di bawah ini saya ketik ulang naskah Proklamasi yang tidak jadi dibacakan itu:
==========================================
"Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu makan
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
peri-kemanusiaan dan peri-keadilan. Bangsa Indonesia di zaman dahulu telah
mempunyai riwayat mulia dan bahagia, yang batas-batasnya meliputi seluruh
kepulauan Indonesia sampai ke Papua, malah melampaui ke daratan Asa sampai ke
batas-batas tanah Siam; negara merdeka, yang dalam perhubungan perdamaian dan
persahabatan dengan negara-negara merdeka di daratan Asia, menyambut tiap-tiap
bang sayang datang dengan kemurahan hati.
Kedatangan
bangsa-bangsa Barat di Indonesia, membawalah bencana kepada bangsa Indonesia
itu. Lebih dari tiga abad meringkuklah bangsa Indonesia di bawah kekuasaan
Belanda dengan haluan politik jahat: memecah-mecah persatuan kita, mengina,
menginjak-injak rasa kehormatan kita, menghina, menghisap-memeras kekayaan kita
untuk kepentingan bangsa Belanda sendiri.
Perkosaan
yang jahat itu tidak dapat persambungan dalam dunia seterusnya, yang di
dalamnya bertambah-tambah kehebatan perlombaan imperialisme Barat, berebut
kekayaan segenap dunia. Dan lama-kelamaan bangkitlah kembali dengan
sehebat-hebanya semangat perlawanan bangsa Indonesia, yang memang tak pernah
padam dan tak pernah dipadamkan, dalam lebih 3 abad perkosaan oleh imperialisme
Belanda itu. Sejarah kolonialisme Belanda di Indonesa adalah sejarah
berpuluh-puluh pemberontakan bangsa Indonesia melawan imperialisme Belanda itu.
Bergeloralah lagi di dalam kalbu bangsa Indonesia tekad yang berkobar-kobar
berbangkit kembali sebagai satu bangsa yang merdeka dalam satu negara yang
merdeka, melahirkanlah pergerakan teratur dalam bangsa Indonesia, yang
didasarkanatas cita-cita keadilan dan kemausiaan, menuntut pengakuan hak
kemerdeaan tiap-tiap bangsa. Tidak tercegah, tidak tertahan tumbuhnya, meluas
dan mendalam pergerakan ni dalam segenap lapisan dan segenap barisan bangsa
Indonesia, betapa pun kerasnya, betapa pun buasnya betapa pun ganasnya kekuatan
pemerintah Belanda berkhtiar mencegah dan menindasnya.
Di
saat memuncaknya gelagat pergerakan itu yang seperti barat saat kelahiran anak
dari kandungan ibunya, maka Tuhan Yan Maha Kuasa telah membelokkan perjaanan
riwayat dunia, mengalih/memindahakn perimbangan kekuasaan di muka bumi,
istimewa di daerah lautan Teduh, untuk membantu pembinaan kelahiran itu.
Tuntutan
Dai Nippo Teikoku, bertentangan denan tujuan-tujuan imperialisme Barat, yaitu
tuntutan hak kemerdekaan Asia atas dasar persamaan ha bangsa-bangsa, serta
politik ang dengan tegas dan tepat dijalankan olehnya, menuju pembangunan
negara-negara merdeka dan lingkungan kemakmuran bersama Asia Timur Raya,
akhirnya telah menyebabkan Dai Nipoon Teikoku metnyatakan perang kepada Amerika
Serikat dan Inggris. Perang Asia Timur Raya ini, yang berkebetulan dengan saat
memuncaknya perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesa dan pergerakan kmerdekaan
bangsa-bangsa Asia yang lain, menjadilah sebagai puncak pertemuan perjuangan
kemerdekaan segala bangsa Asia di daratan dan di kepulauan Asia.
Dengan
mengakui dan menghargai tnggi keutamaan niat dan tujuan Dai Nipoon Teikoku
dengan Perang Asia Timur Raya itu, maka tiap-tiap bangsa dalam lingkungan Asia
Tmur Raya atas dasar pembelaan bersama, wajiblah menyumbangkan sepenuhnya
tenaganya dengan tekad yang sebulat-bulatnya, kepada perjuangan bersama itu,
sebagai jaminan yang seteguh-teguhnya untuk keselamatan kemerdekaannya
masing-masing.
Maka
sekarang, telah sampailah perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia kepada
saat yang berbahagia, dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia,
adil dan makmur, yang hidup sebagai anggota sejati dalam kekeluargaan Asia
Timur Raya. Di depan pintu gerbang Negara Indonesia itula rakyat Indonesia menyatakan
hormat dan terima kasih kepada semua pahlawan-pahlawan kemerdekaannya yang
telah mangkat.
Atas
berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa, berdasar atas segala alasan yang tersebut
di atas itu, dan didorong oleh keinginan luhur supaya bertangung-jawab atas
nasib sendiri, berkehidupan kebangsaan yang bebas, mulia, terhormat, maka
rakyat Indonesia dengan ini:
MENYATAKAN
KEMERDEKAAN.
==========================================
*post-scriptum: "Naskah pernyataan kemerdekaan ini disusun pada siang hari 14 Juli 1945. Soekarno membacakan draft-nya, dan kemudian ditanggapi dan dimintai perubahan oleh sejumlah anggota. Naskah ini diambil dari buku Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang diterbitkan Sekretariat Negara pada 1980. Sayangnya, buku ini tidak mencantumkan naskah Pernyataan Kemerdekaan yang sudah direvisi oleh anggota BPUPKI dan hanya berisi draftnya berikut dialog dan debat soal perubahan tata kalimatnya. Jadi saya sendiri yang memasukkan usulan perubahan tata kalimat dari anggota BPUPKI pada draft yang dibacakan Soekarno. Ini bukan perkara mudah, karena dialog lisan sungguh sukar diikuti, dan saya membuka diri pada kemungkinan koreksi."