Sumber: https://hforhistory.co.uk/
Oleh: Danendra Sindhu Pradipa, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta
Pernah
terjadi suatu peristiwa yang bagi orang-orang di masa itu adalah hal yang
mustahil. Peristiwa yang merealisasikan janji rasulullah. Peristiwa yang selama
ratusan tahun menjadi mimpi turun-temurun. Peristiwa itu adalah Jatuhnya
Konstantinopel.
Konstantinopel adalah kota yang indah dan memiliki peradaban yang maju. Hal yang wajar, jika banyak pemimpin dunia ingin merebut kota tersebut. Tetapi, Kota Konstantinopel dilindungi oleh tembok yang terdiri dari tiga lapis yang selama seribu tahun tidak pernah jebol. Ribuan cara telah dicoba, tetapi tidak satupun ada yang berhasil. Pernah ada yang coba menggali tanahnya untuk masuk ke Kota Konstantinopel, sialnya, prajurit pertahanan Konstantinopel menaruh genangan air di atas tanah, yang jika ada sedang menggali, maka air tersebut akan berguncang, lalu mereka akan menggali dan membakar pasukan tersebut.
Kesultanan
Utsmaniyah adalah kesultanan yang didirikan oleh Ertugrul Gazi pada tahun 1299.
Kesultanan ini pada awalnya bermula dari kota kecil yang bernama Iznik.
Kesultanan Utsmani memiliki mimpi untuk menaklukan kota yang sangat indah dan
memiliki peradaban yang maju, yaitu Kota Konstantinopel.
Berawal
dari sebuah mimpi seseorang yang bernama Osman Gazi, beliau adalah sultan pertama
dari kesultanan Ustmani. Mimpi tersebut ia dapatkan saat sedang menginap di
rumah gurunya (Syekh Edebali). Mimpi itulah yang akan menjadi semangat turun-temurun
untuk mengembangkan wilayah kekuasaannya.
Aşıkpaşazade
(Darwis Ahmad) seorang ahli sejarah Utsmani menuliskan mimpi Osman Ghazi
sebagai berikut:
“Dia melihat bulan muncul dari dada pria suci (Syekh Edebali)
itu dan mulai terbenam di dadanya sendiri. Sebuah pohon kemudian tumbuh dari
pusarnya dan bayangannya melingkungi dunia. Di bawah bayangannya ada
gunung-gunung, dan aliran-aliran sungai mengalir keluar dari kaki setiap
gunung. Beberapa orang minum dari air yang mengalir ini, yang lain menyirami
kebun, sementara yang lain menyebabkan air mancur mengalir. Ketika Osman
terbangun dia menceritakan kisah itu kepada orang suci itu (Syekh Edebali), dia
berkata, ‘Osman, putraku, selamat, karena Allah telah memberikan kekaisaran
kepadamu dan keturunanmu, dan putriku Malhun akan menjadi istrimu’.”
Ratusan tahun berlalu, tetapi
tidak satupun sultan dari Kesultanan Ustmani yang mampu menaklukan
Konstantinopel. Hingga pada tahun 30 Maret 1432, lahirlah seorang putra bernama
Mehmed bin Murad atau Mehmed II. Beliau merupakan anak dari Murad II dan Huma
Hatun. Mehmed II lahir pada 30 Maret 1432 di Edirne, yang pada masa itu adalah
ibukota Utsmani. Mehmed II sudah memimpin Amasya saat berusia 11 tahun. Pada
tahun 1451, saat masih berumur 19 tahun ia diangkat lagi menjadi sultan karena
ayahnya telah meninggal. Hal yang menjadi tujuan utamanya adalah menaklukan
Konstantinopel.
Sehingga, dia memusatkan perhatiannya untuk memperkuat angkatan laut
Utsmani untuk persiapan penaklukan Konstantinopel. Di tepi Selat
Bosporus bagian Asia, telah berdiri benteng Anadolu Hisari yang
dibangun oleh Sultan Bayezid I. Mehmed menindaklanjuti dengan membangun benteng Rumeli
Hisari yang lebih kokoh di tepi Eropa
Bosporus. Pembangunan ini menjadikan Utsmani memiliki kendali penuh atas Selat
Bosporus. Setelah pembangunan benteng, Mehmed memerintah pemungutan pajak atas
setiap kapal yang melewati selat. Mengetahui hal itu, Kaisar Konstantin
mengirim utusan untuk melakukan protes dan ditolak oleh Mehmed II dengan
mengatakan “Serahkan kota atau perang”. Dan, Sang Kaisar pun memilih perang.
Pada waktu lain, terdapat seorang ahli meriam dari Hungaria
bernama Orban datang ke Sultan Mehmed II untuk menawarkan meriam, setelah
sebelumnya ia menawarkan Kaisar Konstantin, tapi tidak mendapatkan kejelasan.
Sultan pun tertarik akan tawaran yang dia ajukan, tetapi Sultan meminta ukuran
yang dua kali lebih besar dari ukuran normal, balasannya adalah Orban akan
dibayar empat kali lipat dari yang Kaisar Konstantin janjikan. Setelah beberapa
waktu Orban mampu membuat total 69 meriam, satu meriam berukuran 8,4 meter yang
disebut sebagai the great turkish bombard,
satu berukuran 5,2 meter, dan sisanya berukuran standar.
Pada
tanggal 23 Maret 1453, pasukan Utsmani mulai bergerak dari Edirne dan terbagi
menjadi tiga bagian. Dari selatan, mereka mencoba masuk melalui Laut Marmara
dan membawa 400 kapal berjenis Biremme. Lalu dari Timur, mereka mencoba masuk
ke Tanduk Emas dengan beberapa kapal-kapal. Dari sebelah barat, sebanyak
250.000 pasukan dikerahkan termasuk meriam yang ditarik oleh kerbau dan dibantu
oleh orang-orang yang meratakan jalanan.
Pada
1 April 1453, Kaisar Konstantinopel meminta bantuan dari kerajaan-kerajaan Kristen
di Eropa. Tetapi, hanya ksatria bayaran bernama Giovanni Giutiniani dan seribu
pasukannya yang datang. Kaisar Konstantin menunjuknya menjadi panglima yang
melindungi tembok barat konstantinopel. Untuk mencegah masuknya pasukan Utsmani
dari Tanduk Emas, Kaisar memerintahkan untuk memasang rantai yang sangat besar
dari Konstantinopel sampai ke Galata.
Sebelum
peperangan dimulai pada 6 April 1453, Sultan memberikan tawaran pada Kaisar
sebagaimana yang disabdakan oleh rasulullah. Pertama, tawarkan mereka untuk
masuk Islam, kedua tawari mereka untuk membayar jizyah dan ketiga, maka
perangilah orang-orang yang memerangi kalian/orang yang dzalim. Tetapi, Kaisar
Konstantin lebih memilih untuk perang. Siang harinya, mereka melakukan Salat
Jumat di depan tembok konstaninopel dengan jarak yang cukup dekat untuk dilihat
dan cukup jauh untuk diserang.
Setelah Salat Jumat penyerangan dimulai, dari seletan 400 kapal dikalahkan oleh 27 kapal carrack konstantinopel. Pasukan yang mencoba masuk ke Tanduk Emas pun, terhalangi oleh rantai-rantai besar yang tidak mampu untuk dilewati. Dari barat, meriam-meriam yang besar itu gagal untuk meruntuhkan tembok konstantinopel. Karena meriam itu hanya bisa menembak sekali dalam 3 jam dan sebelum tembakan selanjutnya, pasukan pertahanan konstantinopel mampu menguatkan temboknya kembali.
Alih-alih memerintahkan untuk menyerang, Sultan Mehmed memerintahkan pasukannya untuk menunggu dan menutupi parit-parit yang berada di depan tembok konstantinopel dengan tanah dan kayu. Lalu, pada tanggal 12 April, semua pasukan dan meriam telah sampai, maka terjadilah serangan yang sangat besar pada saat itu dan tembok konstantinopel masih berdiri dengan kokoh.
Setelah
berhari hari pengepungan, tembok itu masih berdiri dan moral para prajurit-prajurit
mulai hancur. Pembangkangan mulai terjadi dan seorang penasehat Sultan, bernama
Halil Pasha menerima sogokan yang diberikan oleh pihak konstantinopel untuk
mengajak Sultan menyerah. Tetapi, seorang ksatria bernama Zaganos Pasha, memberantas
pembangkangan yang terjadi dan berhasil meyakinkan sultan untuk tetap
meneruskan peperangan.
Peperangan
pun dilanjutkan setelah melalui diskusi. Tetapi, pihak Utsmani masih
kebingungan bagaimana cara untuk meruntuhkan tembok konstantinopel. Lalu,
Mehmed II pun sadar bahwa cara satu satunya adalah dengan masuk ke Tanduk Emas
untuk memecah perhatian pasukan pertahanan yang menjaga tembok di barat.
Malangnya, mereka masih tidak menemukan cara untuk masuh ke Tanduk Emas. Semua
pejabat bingung, dan pada akhirnya Mehmed II menemukan caranya. Caranya adalah,
dengan melabuhkan kapal-kapal terlebih dahulu di Galata, lalu membuat jalan
dengan kayu-kayu yang diolesi minyak. Setelah itu, kapal-kapal tersebut
dipindahkan ke Tanduk Emas melalui Galata setinggi 60 meter dan sejauh 2 km. Sebanyak
72 kapal berhasil dilabuhkan di Tanduk Emas dalam waktu satu malam.
Masuknya
kapal-kapal Utsmani tidak serta merta mengakhiri pengepungan. Rapat darurat
digelar oleh Kaisar dan sekutunya untuk memecahkan masalah tersebut. Terdapat
dua usulan yang menjadi pilihan utama. Menyerang langsung kapal-kapal Utsmani
atau menunggu bantuan dari Roma yang masih dijalan. Pilihan pertama pun dipilih
dan kapal kapal konstantinopel gagal untuk mengalahkan kapal kapal Utsmani.
Peperangan masih berlanjut sampai 27 Mei 1453, sampai pasukan Utsmani berhasil membuat lubang yang sangat besar. Pada 28 Mei 1453, Mehmed II memerintahkan pasukannya untuk berhenti berperang. Mehmed II memerintahkan pasukannya untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Dan pada pagi hari tanggal 29 Mei 1453, Mehmed II memberikan khotbah yang tercatat sampai saat ini.