oleh: Lyandra Syahsabila Adhi, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta
Kicauan
burung menyapa di pagi hari. Penduduk-penduduk kompleks Alstromeria, Birmingham,
biasanya memulai hari mereka dengan berbagai kegiatan seperti pergi ke kantor, sekolah,
dan juga pasar. Tetapi, hari ini berbeda dari biasanya, karena para penduduk
berkerumunan di depan rumah Pak Thompson yang telah disegel serta dipenuhi oleh
para polisi setempat. Pada saat itu juga, datanglah seseorang yang melewati
kerumunan penduduk dan memasuki TKP. Ia tak lain adalah James sang kepala detektif
tersohor di kota itu dengan membawa tas koper tua yang cukup besar. Ia langsung
bertemu dengan salah satu petugas kepolisian yang sedang berpatroli di rumah
itu untuk diarahkan ke dalam rumah Pak Thompson.
Saat memasuki rumah tersebut, ia disambut dengan keindahan
interior rumah yang mewah dan megah. Banyak lukisan-lukisan menghiasi dinding
rumah itu dan juga vas-vas porselen yang berwarna-warni. “Pak Thompson adalah
orang yang terpandang di wilayah kompleks ini, tak heran rumahnya sangat
mewah.” Ucap sang petugas kepolisian.
“Iya, saya tahu tentang hal itu saat mengumpulkan datanya,
ngomong-ngomong dimana TKPnya?” jawab James. Sang Petugas kepolisian dengan
langsung mengarahkannya ke ruangan kerja Pak Thompson. “Disini detektif.” Ucap
petugas kepolisian sambil mempersilahkan James untuk masuk ke dalam.
Di dalam ruangan kerja pak Thompson, sudah ada beberapa
penyelidik yang sedang mengobservasi ruangan tersebut dan berusaha mencari bukti-bukti
penyebab dari kematian Pak Thompson. Salah satu penyelidik TKP yaitu Alice,
yang akan bertemu dengan James untuk melaporkan bukti-bukti yang ia dan timnya
dapatkan. “Selamat pagi detektif!” sapa Alice sembari melemparkan senyum.
“Sekali lagi sudah kubilang, aku seumuran denganmu dan kita rekan kerja juga,
jadi kumohon panggil aku James saja.” Seloroh James. “Baiklah James, kami sudah
menerima beberapa pengakuan dari staff rumah tentang apa yang terjadi sebelum Pak
Thompson ditemukan tidak bernyawa.” Lapor Alice. “Baik, silahkan jelaskan
pengakuan-pengakuannya.”Jawab James sambil mengambil satu buah apel dari sebuah
wadah besar dan memerhatikannya. “Menurut para staff, ia seseorang yang tegas, dan sangat ambisius terhadap
keinginannya. Namun, ia sangat ramah terhadap orang di sekitarnya dan kehidupan
ia bersama istrinya begitu tentram, sehingga tidak pernah terjadi kekerasan di
rumah ini.” Jelas Alice. “Lalu?” James menimpali. “Lalu, ketika malam
sebelumnya, salah satu staff mengatakan bahwa ia pergi ke sebuah acara pesta
perusahaannya bersama istrinya pada jam 09.15 malam.”
Namun, sebelum Alice melanjutkan laporannya, James dipanggil
oleh asistennya, Noah, untuk pergi ke kantor polisi. “Alice lanjutkan penyelidikannya di rumah ini
dan jika ada bukti-bukti terkait dengan kematian Pak Thompson, beritahu aku atau
Noah” ucap James dengan nada tergesa-gesa sebelum keluar dari ruangan itu. Saat
dalam perjalanan ke kantor polisi, James bertanya kepada Noah. “Noah, bagaimana
keadaan istri Pak Thompson?” tanya James sambil menyetir. “Sudah saya hubungi,
tetapi sepertinya ia masih terkejut dengan kematian Pak Thompson, sehingga
proses interogasi akan sedikit terhambat.” Jawab Noah. James hanya menghela
napas sambil melihat jalanan. “Kalau begitu, kita undur saja penginterogasiannya
selang dua hari setelah pemakaman Pak Thompson” Lanjut James kepada Noah. Noah
pun mengangguk dan mencatat tanggal di jurnalnya.
Dua hari setelah pemakaman Pak Thompson, penginterogasian
saksi mulai dilakukan oleh Departemen Kepolisian. Para anggota keluarga, teman
dekat, hingga tetangga Pak Thompson mulai diinterogasi oleh pihak kepolisian.
Namun, hingga minggu kedua, pihak kepolisian belum menemukan bukti terkait
dengan penyebab kematian Pak Thompson. Awalnya, kematian Pak Thompson diduga
sebagai pembunuhan berencana yang dilakukan oleh para staff pekerja di rumah Pak
Thompson, namun pernyataan itu dianggap tidak benar karena semua staff pekerja
tidak memiliki kunci ruangan kerja Pak Thompson. Para anggota keluarga dan teman dekatnya juga
mengatakan bahwa ia tidak bisa diberikan makanan sembarangan karena mengidap
beberapa alergi yang cukup parah.
Setelah interogasi dari istri Pak Thompson selesai, Noah
pergi ke ruangan kerjanya untuk bersiap-siap pulang. Tetapi, saat memasuki ruangan
itu, ia bertemu dengan James yang sedang sibuk mencari data-data yang
kemungkinan dapat mendukung penyebab kematian Pak Thompson. James langsung
melihat Noah yang sedang memasukkan barangnya ke dalam tas. “Noah, apa kamu
mendapat bukti dari interogasi istri Pak Thompson?” tanya James. “Saya tak
tahu, jika ini bisa dimasukkan ke dalam bukti, tetapi ia mengatakan bahwa pak
Thompson hanya memakan apel saja, ia bahkan tidak pernah memakan makanan lain.”
Timpal Noah. James pun langsung teringat dengan surat-surat yang ditemukan
Alice di laci meja kerja Pak Thompson, ia langsung mencari surat-surat tersebut dari
tumpukan dokumen-dokumen di mejanya. Noah yang heran bertanya kepada James, “Kenapa,
detektif?” Tanya Noah. “Aku ingat dengan surat-surat yang sempat dikasih oleh
Alice dua hari yang lalu dan salah satu suratnya menunjukkan sebuah alamat.”
Jelas James. Tak lama kemudian, ia menemukan surat yang ia cari-cari. Noah dan
James pun melihat surat itu dan mencoba untuk mencari alamat pada surat
tersebut. Lalu Noah mencari senter UVnya dan mengarahkannya ke surat tersebut,
secara langsung salah satu kalimat disitu mulai terlihat. “Jl. St Ives Brown
No.45, Birmingham” baca James. “Noah, tolong carikan informasi mengenai alamat
ini, besok kita akan pergi kesana.” perintah James sambil memberikan surat
tersebut kepadanya. Setelah itu, Noah dan James pergi meninggalkan kantor
kepolisian.
Keesokan harinya, Noah dan James pergi ke alamat yang
ditunjukkan di surat tersebut. Noah mengatakan bahwa alamat itu hanya
menunjukkan sebuah kebun buah-buahan saja. Tetapi, James tetap melanjutkan
perjalanan ke alamat tersebut. “Noah, aku curiga dengan pengirim itu sepertinya
mereka memiliki suatu hubungan antara satu sama lain dan aku tidak akan terus menyerah
memecahkan kasus itu sampai aku mendapatkan semua buktinya.” ucap James. Ketika
sampai di alamat yang dituju, James memarkirkan mobilnya kemudian berjalan
mencari tempat tersebut. Setelah sekitar 45 menit mencari tempat yang dicari,
mereka berdua menemukan sebuah rumah kecil di kebun yang luas dan memutuskan
untuk mengunjungi rumah tersebut.
Saat sampai rumah kecil tersebut, mereka berdua disapa oleh seorang anak perempuan yang membuka pintu dari rumah kecil itu. “Selamat pagi, ada yang bisa dibantu?” tanya anak perempuan itu. “Kita mencari rumah dengan alamat Jl. St Ives Brown No.45 disini, apakah kamu mengetahui dimana rumah tersebut berada?” Tanya James. “Rumah yang Anda maksud berada di sini, kira-kira apa yang Anda perlukan di sini?” tanya anak perempuan itu. “Kami dari Departemen Kepolisian ingin menanyakan beberapa pertanyaan kepada Pak Winston.” Jawab Noah. Anak perempuan itu mengangguk dan mempersilahkan James dan Noah ke dalam rumah kecil itu sambil mencari Pak Winston. “Apakah kalian ingin meminum sesuatu?” Tanya anak perempuan itu. “Tidak usah.” Jawab keduanya berbarengan.
Tak lama kemudian, seorang lelaki yang sudah lanjut umur duduk di depan James dan Noah yang tak lain adalah Pak Winston. “Halo, saya dengar kalian mencari saya?” Tanya Pak Winston. “Benar Pak, kami ingin menanyakan mengenai Pak Thompson. Apakah bapak mengenal dan mengetahui Pak Thompson? Tanya James. Pak Winston seperti pernah mendengar nama itu, tetapi ia tidak mengingat sepenuhnya. James yang menyadari hal itu merogoh foto Pak Thompson dan beberapa surat-surat dari tas koper tuanya. “Ini adalah Pak Thompson, dia ditemukan tidak bernyawa dua minggu yang lalu di ruang kerjanya, dan kami menemukan beberapa surat-surat yang semuanya berisi sama dengan tulisan yang sama, apakah bapak memiliki suatu relasi dengannya?” Tanya James. Pak Winston pun berkata, “Ah, pemuda itu selalu berkunjung ke sini untuk mengambil buah apel dari pohon di belakang rumah, saya sempat mengatakan bahwa ia tidak boleh memakan apel itu secara terus-terusan, tetapi setiap kali dijelaskan ia selalu membantahnya, sehingga saya harus mengirimkan surat-surat tersebut kepadanya untuk mengingatkannya.” “Apel? Memangnya ada apa keterkaitannya dengan mengonsumsi apel itu?” Tanya Noah. “Buah apel itu bukan buah biasa, apel itu bisa mengabulkan permintaan seseorang dengan dengan cara mengonsumsinya.
Pak Thompson sendiri awalnya mengonsumsi apel itu untuk menyembuhkan penyakitnya yang cukup parah, tetapi lama kelamaan ia menginginkan segala hal yang ia inginkan di dunia ini, aku sudah berusaha untuk menebang pohon itu namun keesokan harinya, pohon itu tumbuh lagi menjadi lebih besar.” Jelas Pak Winston. James dan Noah terlihat tidak percaya dengan penjelasan Pak Winston. Tidak mungkin ada buah yang bisa mengabulkan permintaan di dunia ini.
“Lalu, menurut bapak apakah penyebab kematian dari pak Thompson adalah karena buah apel yang beracun itu?” tanya James. Pak Winston pun diam sejenak sebelum menjawab pertanyaan itu.
“Seperti yang kutuliskan di surat-surat itu, buah apel itu memang tidak membunuhmu, akan tetapi… ia membunuh keinginanmu” Jawab pak Winston.