oleh: Aamira Dihyani Santosa, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta
Tujuh puluh lima tahun yang lalu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
dikumandangkan. Darah, keringat, dan air mata para pejuang saat itu tergantikan
saat tiba hari di mana mereka dapat memberitahu dunia bahwa bangsanya telah
menjadi bangsa yang merdeka. Indonesia adalah negara yang kaya dengan ragam
budaya, suku, etnis, serta agama. Dan, keragaman inilah yang membentuk nilai-nilai
budaya menjadi luhur, sehingga pantas diperjuangkan hingga titik darah
penghabisan. Memerdekakan bangsa adalah satu hal yang membutuhkan begitu banyak
pengorbanan. Namun, mempertahankan kemerdekaan merupakan hal yang melampaui
pengorbanan itu. Tetapi, jika kita menilik potret kehidupan bangsa indonesia
sekarang, apakah bangsa Indonesia adalah bangsa yang benar-benar merdeka
seutuhnya?
Berbicara mengenai kehidupan suatu negara, generasi muda menjadi komponen yang sangat penting di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ir. Soekarno, “Beri aku seribu orangtua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.” Singkatnya, generasi muda merupakan cerminan suatu bangsa. Di tangan merekalah nasib suatu bangsa berada. Bingkai kehidupan Indonesia sebagai bangsa yang maju, sejahtera, adil, dan makmur dapat dicapai jika setiap jiwa anak muda Indonesia terikat pada bangsanya dan nasionalisme tertanam dalam tiap-tiap kalbu mereka.
Rasa
nasionalisme dapat menjadi motor penggerak mereka untuk berbuat lebih banyak,
bermimpi lebih tinggi, dan berpartisipasi membangun tanah air Indonesia. Hal
ini sesuai dengan perkataan dari mantan presiden Amerika Serikat, John F.
Kennedy, yang terekam dalam ucapan, “ask not what your country can do for
you — ask what you can do for your country.” yang artinya, “jangan tanyakan
mengenai apa yang negara lakukan untukmu – tanyakanlah mengenai apa yang kamu
lakukan untuk negara.”
Melihat kondisi saat ini, bagaimanakah potret kehidupan generasi muda
Indonesia? Globalisasi dan modernisasi berpengaruh besar terhadap tumbuh
kembangnya karakter suatu generasi. Tidak hanya di Indonesia saja, tetapi
berpengaruh pada seluruh generasi di pelbagai belahan dunia lainnya.
Globalisasi dan modernisasi juga merupakan pintu masuk budaya bangsa barat ke
tanah air, globalisasi informasi budaya asing yang diserap oleh generasi muda
dapat menggeneralisasi unsur budaya asing terhadap nilai luhur bangsa .
Modernisasi identik dengan perkembangan pola hidup masyarakat dan kemajuan
teknologi. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan memungkinkan informasi dari
pelbagai belahan dunia dapat diterima secara bersamaan dan dapat diakses oleh
siapa saja, termasuk generasi muda. Hal ini juga memengaruhi setiap aspek
kehidupan masyarakat Indonesia mulai dari ekonomi, sosial, budaya, dan
lain-lain.
Jika dilihat melalui kacamata ekonomi, saat ini banyak perusahaan-perusahaan asing yang berdiri di Indonesia dan menguasai berbagai sektor perekonomian, selain itu ditambah pula dengan produk-produk yang ditawarkannya yang dinyana tidak terlepas dari sentuhan gaya barat. Tidak sedikit kita temukan pula anak-anak muda Indonesia yang lebih memilih produk asing ketimbang produk lokal, seolah-olah itu dapat meningkatkan nilai gengsi mereka. Dari kasus ini, dapat dikatakan bahwa suatu persoalan akan menimbulkan persoalan lainnya atau adanya hubungan kausalitas antar permasalahan yang ada. Indonesia adalah negara yang merdeka dan menganut konsep negara demokrasi.
Namun, konsep demokrasi dalam ekonomi Indonesia melenceng dilihat dari
banyaknya sektor-sektor ekonomi yang dikuasai oleh pihak-pihak asing dengan
ideologinya pasar bebas (kapitalisme). Akibat dari itu, penjualan produk-produk
asing mendapat tempat dan tersebar luas hingga mendominasi sektor ekonomi.
Sialnya, masyarakat khususnya kalangan muda banyak yang memilih untuk
mengkonsumsi dan menikmati produk-produk bangsa asing karena satu dan alasan
lainnya.
Beralih pada kondisi sosial, landasan kehidupan bangsa Indonesia tercantum dalam dasar falsafah dan ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Satu hal yang kita harus yakini adalah Pancasila yang tak pernah lekang oleh waktu untuk senantiasa menjadi pijakan kehidupan bangsa ini. Namun, kita tidak dapat mengelak bahwa kenyataannya kehidupan sosial generasi muda Indonesia dihantam keras oleh pengaruh besar budaya barat. Budaya barat dikenal dengan gaya hidup yang individualis dan lebih mementingkan diri sendiri, sementara itu sebagai orang Indonesia kita memiliki budaya gotong royong dan “guyub”.
Faktanya, kian hari semakin jelas terlihat perubahan yang terjadi pada
potret kehidupan sosial generasi muda Indonesia pada zaman kini yang
cenderung menjadi lebih bebas, hedonis, individualistis, pragmatis, dan acuh
pada permasalahan - permasalahan sosial di sekitarnya. Pola dan gaya kehidupan
generasi muda mulai menunjukan perkembangan ke arah pola hidup modern yang
bersikap individualis, konsumtif, dan materialistis (artinya menurut mereka
materi adalah segala-galanya dan lebih penting daripada hal-hal lain), sehingga
terlihat semakin pudar nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan. Rasa empati
yang tertanam dalam jiwa pemuda-pemudi Indonesia tergerus oleh arus
globalisasi. Banyak pemuda-pemudi Indonesia yang meninggalkan nilai-nilai
pancasila atau norma-norma sosial. Gaya hidup generasi muda saat ini selalu
haus akan pencarian perhatian dan ingin eksistensinya diakui meskipun kita
memahami, bahwa itu hanyalah bersifat kesementaraan belaka.
Selanjutnya, dari konteks budaya, budaya Indonesia tentunya jauh berbeda dengan budaya barat. Perbedaan budaya sebagai ciri khas identitas bangsa Indonesia sebagaimana semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang membedakan dengan bangsa-bangsa lainnya. Budaya Indonesia sangat beragam, eksotis, otentik, dan sudah sepatutnya diapresiasi, dibanggakan, dan dilestarikan oleh kita sebagai generasi pengubah bangsa. Pada kondisi konkret saat ini, generasi muda banyak yang lebih menjunjung tinggi budaya bangsa barat, mulai dari musik, pakaian, sampai ke pola pemikiran.
Mereka meniru budaya-budaya barat kemudian merasa
bangga dengan dirinya yang mereka anggap telah sejalan dengan perkembangan
zaman. Derasnya arus kemajuan teknologi informasi juga ikut berpotensi dalam
mengeneralisir budaya asing yang pada akhirnya dapat memudarkan budaya asli
Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Imbas dari begitu bebasnya arus informasi
yang diserap oleh generasi muda yakni ketimpangan budaya. Fenomena ini secara
tidak langsung menyebabkan pendegradasian budaya di tengah generasi kita, yang
lambat laun semakin terasa secara ekplisit maupun implisit. Lalu, tiba kita
pada sebuah pertanyaan yang sering muncul, “apakah generasi muda masih mengenal
budayanya sendiri?”
Bagaimana kita memandang eksistensi bangsa Indonesia di masa depan jika
generasi mudanya tidak bangga pada budaya, bahasa, atau bahkan nilai-nilai yang
sudah tertanam pada bangsanya sendiri hanya karena pengaruh globalisasi yang
berdampak pada gaya hidup generasi muda indonesia yang meniru bangsa barat
(dianggap lebih bebas dan dapat dikagumi)? Anak-anak bangsa banyak yang memuja
dan mengikuti jejak negara-negara maju terutama bangsa barat sehingga rasa
kebanggaan sebagai bangsa indonesia hanya sebatas permukaan, banyak dari mereka
belum menunjukan jati dirinya sebagai anak-anak bangsa.
Secara tidak langsung, bangsa Indonesia saat ini masih dijajah oleh bangsa
barat mungkin bukan dalam bentuk kolonialisme maupun imperialisme, tetapi dalam
wujud yang lain, yaitu penjajahan pada era ini berubah menjadi sesuatu yang tak
terlihat namun dapat dirasakan bahwa realitasnya kita masih berada di bawah
belenggu penjajahan bangsa barat melalui produk-produk sehari-hari yang kita
konsumsi, budaya yang lambat laun tergerus, dan tergantikan dengan budaya
asing, juga gaya hidup masyarakat yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa
Indonesia.
Medan perang kita saat ini mungkin berbeda dengan para pejuang bangsa
Indonesia saat perang melawan kolonialisme. Pertanyaan paling mendasar adalah
siapa musuh kita saat ini? Apa yang harus kita perangi, dan apa yang harus kita
perjuangkan? Kemajuan teknologi bukanlah musuh, perkembangan ilmu pengetahuan
bukan pula jawabannya. Kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan
merupakan prestasi dalam peradaban manusia yang perlu diapresiasi, namun setiap
perubahan memiliki dampak entah itu menuju ke arah yang baik maupun buruk, dan
mau tidak mau bangsa kita harus dapat mengantisipasi dan mencegah dampak buruk
dari laju kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat
menggerus bangsa Indonesia sebagai tanah air tercinta.
Akan selamanya menjadi objek dari setiap perjuangan dan pengorbanan yang
dilakukan oleh bangsa kita. Benteng pertahanan berupa rasa nasionalisme
dan cinta tanah air yang ditanamkan pada setiap insan generasi muda adalah
solusi terbaik untuk mengatasinya, sehingga kita dapat melihat perubahan
sebagai suatu kebaikan dan mengambil keuntungannya, bukan sebagai ancaman lalu
kita mendapat kerugiannya.
Dalam mencapai cita-cita tersebut dibutuhkan seluruh komponen dalam masyarakat untuk merealisasikannya. Mulai dari pejabat hingga pedagang, orangtua hingga anak-anak, perjuangan generasi ini masih panjang, kita harus segera melangkah untuk memulai memperjuangkan cita-cita bangsa kita dan meyakini bahwasanya akan ada hari esok di mana Indonesia dapat sepenuhnya berdirikari, berdiri di atas kaki sendiri. Bangsa yang besar dengan keragaman budayanya yang seutuhnya merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Semoga…