Oleh: Zain Nurmasupi, peserta didik SMAN 34 Jakarta
Ibu pertiwi
sedang stand up komedi
mari tertawakan semua lelucon ini
tertawa getir sembari meringis
meski menderita
tertawalah saja
lagipula, kita bisa apa?
ada pejabat
alih profesi jadi maling
bak preman pasar
colong duit rakyat
ambil kesempatan
kala rakyat kelaparan
sedikit demi sedikit
lama-lama jadi bukit
comot sepuluh ribu
jadi puluhan miliar
tikus pesta-pora
rakyat putus asa
banjir Kalimantan
salahkan hujan
kenapa turun
di hutan gundul
kasihan investor nakal
sawitnya tergenang
tambangnya tenggelam
korban jiwa manusia
hanya statistik belaka
syair ini bukan candaan
negeri kami bukan pertunjukan
kami muak mendengar lawakan
dengarkanlah nyanyian perlawanan
jerit jiwa yang haus akan keadilan
asa yang tak pernah padam
meski terus dibungkam