The Bond of Brotherhood

 

            sumber: https://www.dreamstime.com/


oleh: Henry Lukas Hutagalung, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta


       Ketenangan, kesunyian, inilah suasana pagi di sebuah desa yang sesungguhnya. Meski ayam berkokok, sebagian warga pun enggan terbangun dan masih tertidur lelap, dan sebagian lagi sudah melakukan aktivitas kerja di ladang. Dari kesunyian itulah melahirkan suara tangisan yang mampu membelah ketenangan desa. Tangisan seorang bayi yang telah lahir ke dalam dunia. Lalu disusul suara tangisan kedua yang lebih terdengar nyaring dan bahkan membelah semua suara yang ada, membuat warga kesal mendengarnya. Mereka berdua dinamakan Kenneth dan Jonathan. Kenneth dan Jonathan tumbuh bersama dalam desanya yang begitu tenang. Saat mereka sedang bermain di ladang, bapaknya sibuk bertani.

  

“MAINAN INI PUNYAKU!” Teriak si Jonathan kecil. “Ini punyaku!” Seru Kenneth, yang bila dilihat perawakannya begitu mungil. “BUKAN, INI PUNYA AKU!” Seru Jonathan dengan rewel dan congkak, lalu menonjok Kenneth. Kenneth pun menangis dan ayahnya mencoba memisahkan mereka. “Kenapa kamu menonjok kakakmu? Memang dia menonjok kamu?” Lanjut kata sang ayah. “Dia mengambil mainanku!” Jawab Kenneth. “Tapi itu bukan alasan buat kamu menonjok Kenneth, kamu harus belajar untuk saling berbagi.” Seloroh sang ayah kepada Jonathan yang kadung dipenuhi rasa kesal. Walaupun mereka masih saling memaafkan, ini hanyalah pertentangan pertama dalam hidup mereka. Mereka belum tahu apa yang ada di depan mereka.


Dewi malam datang. Kenneth sedang ke luar rumah, untuk mencari katak. Dalam perjalanannya, Ia melihat seorang wanita cantik jelita. Ia pun menyapanya, “Hallo” Sapa Kenneth padanya. “Hai” Seru sang gadis. “Kamu lagi ngapain malam-malam kaya gini?”. “Aku lagi mencari laron” Jawab sang gadis. “Kamu mau ikut aku?”, “Hmm… Boleh!” Mereka berdua langsung menuju ke ladang untuk mencari laron bersama. Saat sampai di ladang, Kenneth kesusahan mencari laron. “Mana laronnya?” Tanya Kenneth kebingungan. “Tunggu dulu, kau akan menyukai ini” Seru sang gadis dengan suara kecilnya. Tiba-tiba ladang menyala.


Semua laron keluar dengan cahaya beterbangan, dan sontak membuat mereka berdua terkagum-kagum. Gadis kecil mengajak Kenneth menari di ladang. Mereka menari dengan riang gembira. Bahkan keriangan tidak hanya dirasakan oleh mereka, tetapi rumput-rumput di sekitarpun ikut menari – nari sejurus kebahagiaan mereka. Setelah menari, sang gadis menangkap beberapa laron dari tangkapannya sendiri. Mereka lelah, lalu tiduran di ladang tepat di bawah sinar bulan. “Tadi seru ya”, “Iya, omong-omong namamu siapa, ya?” Tanya Kenneth. Gadis kecil itupun menjawab dengan rona pipinya yang merah persis seperti jambu. “Namaku.... Kiran, kalo namamu?”, “Namaku Kenneth, aku senang bertemu denganmu” Katanya dengan dada berdegub kencang. Di sinilah terjadi pandangan cinta pertama, mereka saling menatap wajah dengan raut wajah kebahagiaan suka cita. Akan tetapi, di mana ada cinta, pasti ada banyak tantangannya, bukan?


Setiap hari di sekolah, Kenneth selalu diejek oleh Jonathan tanpa alasan. Jonathan mengaku bahwa ia melakukan hal ini karena memang dia senang melihat kakaknya menderita. Tetapi pada dasarnya, ia melakukannya karena rasa iri. Kakaknya, selalu yang paling hebat di sekolah. Walaupun ia tidak pernah mengejek, Jonathan ingin membuktikan dirinya lebih hebat dari dia. Padahal, sering kali Kenneth membantu Jonathan, tetapi bantuannya sering ditolak. Jonathan dicemooh, diejek karena kelakuannya yang aneh. Suatu hari saat matahari tepat berada di atas kepala, keluarga sedang menyantap masakan Kenneth. “Ini Pah, ini Mah, khusus untuk kalian berdua, dan ini untukmu Jonathan”, “Gua gamau dimasakin kaya orang bayi!”, Kata Jonathan yang penuh amarah sembari melempar makanannya sampai ruang tamu. “Jonathan! Kamu ini gimana sih, kakak kamu sudah masak susah-susah, minta maaflah sekarang juga!” Sanggah Ibunya. “Huh, gua gamau minta maaf ama lu”. “Jonathan!” Minta maaf dengan Ibu sekarang juga!”, “Gamau, siapa lu nyuruh-nyuruh gua minta maaf, MINGGIR AH!” Kata Jonathan sambil mengambil pisau di dapur. “Kamu mau berantem?” Ayo berantem!” Jonathan tetiba melempar pisau pada Kenneth dan Kenneth secara cepat melindungi diri dengan tongkat sapu. Mereka berdua bertikai hingga rumah mulai terlihat berantakan.


Pertikaian mereka terhenti, karena ayah tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka. Mereka dilempar ayahnya sampai mental jauh ke ujung rumah. Mereka berdua lalu dihukum dengan hukuman seribu push up.  Tetapi, dibalik rumah yang porak-poranda karena pertikaian mereka, sang ayah melihat pelita terang, bahwa kedua anaknya mahir dalam ilmu silat. Mereka berdua pun diajarkan jurus Kung Fu, dengan tujuan menyalurkan bakat dan untuk mengontrol amarah mereka. Dan, pada akhirnya, mereka disekolahkan oleh sang ayah ke sebuah sekolah Kung Fu. Seperti biasa, adiknya selalu bolos kelas dan bahkan bermabuk-mabukkan. Sedangkan kakaknya, menjadi pemain Kung Fu terhebat di sekolah. Melihat ini, keirian dia semakin menjadi, dan dia lalu mengajak temannya ke Gudang senjata untuk latihan malam.


“Kita ngapain di sini?” Kita akan dihukum berat nanti jika melakukan ini.” Tanya teman Jonathan. “Santailah, gak bakal ketahuan kok” Kata Jonathan dengan santainya. Tiba-tiba Kenneth datang. Mereka berdua terkejut melihatnya dan teman Jonathan meminta maaf. “Kenneth, ampun aku gamau dihukum, jangan bunuh aku, aku...” “Berisik ah lu! Gausah lebay dah jadi orang. Lu ngapain disini Ken?” “Lu juga ngapain di sini, ayo kita harus pulang.” “Tunggu gua mau latihan dulu” “Lu selalu kaya gini, pas latihan bolos, pas malam latihan, itu ga bagus untuk lu, kapan lu mau berubah!” “Gua berubah sesuai keinginan gua, gua pergi-pergi sesuka gua, hidup gua ya hidup gua, lu gausah ngurusin gua, GUA BISA HIDUP SENDIRI!” Tiba-tiba, terdengar suara sesak napas. Cairan merah pun bertumpahan di lantai. Kedua kakak-adik terkejut melihat teman Jonathan yang tidak sengaja ditusuk di dada. Ia jatuh ke lantai dengan tidak sadar. “JO? APA YANG TELAH KAU LAKUKAN!” Selang beberapa waktu, warga setempat menemukan mereka dan membawa Jonathan ke hadapan meja hijau. “Kamu beruntung dia masih hidup, untuk ini kau perlu hukuman” Kata hakim.

 

“Tidak hakim, ini bukan salah dia sepenuhnya, saya mengajak dia berbicara sehingga temannya seperti itu.” Sambung Kenneth dengan diiringi tangan yang begitu gemetar.  Suasana semakin tidak baik, ruangannya semakin panas, semua bukti mengarah pada Jonathan. Kenneth hanya bisa melihat dengan wajah cemas akan keadaan adiknya. “KELUARKAN DIA!” “DIA TIDAK PANTAS DI SINI, SEMUA YANG IA LAKUKAN TIDAK BERGUNA BAGI KESEJAHTERAAN DESA INI!” Teriak warga desa dengan amarah. Kenneth merasa tidak berguna, tidak dapat mencari jalan keluar untuk adiknya. Ia melihat Jonathan, yang tampaknya cemas dan takut.  “Hukumanmu sudah pasti, warga desa telah setuju untuk membinasakan kamu dan melemparkanmu ke dunia luar desa dan takkan membiarkan kamu kembali kesini.” Teriak sang hakim sambil memukulkan palunya.


Sebagai pilihan terakhir, Jonathan menatap Kenneth dengan wajah penuh melas, Ia meminta tolong. Kenneth melihatnya, hatinya berdebar-debar. Ia takut akan jalan yang harus ia pilih. “Maaf adikku, keputusan ini tidak dapat diganggu gugat”. Jonathan terkejut mendengar jawaban kakaknya. Wargapun mengarak Jonathan ke pintu desa. Ketika sampai di gerbang desa, warga desa mengejek dia, Jonathan pun membalas cercaan mereka. “Kalian semua manusia bodoh, suatu hari kalian akan menyesali perbuatan ini”. Warga lain hanya tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan dia. Jonathan pun menatap Kenneth, matanya yang tajam menusuk jiwa Kenneth, dan dalam kesombongannya, ia berkata; “Suatu hari, aku akan kembali, dan aku akan kembali lebih kuat darimu, dan kau akan melihat, ketika saat itu tiba aku akan membuat kamu menderita dan merasakan kesakitanku”. Jonathan melihat kakaknya dengan tatapan syarat penuh dendam dan perlahan ia pergi meninggalkan desa tempat kelahirannya. Kenneth takut akan perkataan sumpahnya. Ia tahu adiknya menderita. Ia tahu bahwa adiknya terkucilkan, sedih dan marah mengarungi perasaanya. Dan, tak tahu harus apa dan bagaimana.


Bunga berwarna merah muda bermekaran, matahari tepat berada di atas kepala. Kenneth dan Kiran telah bersumpah untuk menemani satu sama lain hingga akhir hayat. Dalam kebahagiaan Kenneth, Ia tak sengaja melihat kursi yang kosong dan tak ada yang menduduki. Ia mencoba meredam rasa sedih ini, sebab ia tidak melihat adiknya yang di mana seharusnya datang menjadi teman yang terbaik padanya. Dalam rasa sedih, Ia juga masih takut akan bayang-bayang sumpah serapah yang dilontarkan adiknya. Ia cemas akan keluarganya yang baru. Ia sadar bahwa jika adiknya berani bertatap muka dengannya, ia tahu keluarganya pasti akan terikat jeratan masalah antara dia dengan adiknya. Waktu telah lama berselang.


Kenneth menjadi sang pengharum desa. Usahanya semua disenangi warga. Tapi dengan semua kesenangannya, dan segala pujian, ia tetap tidak bisa lepas dari baying masa lalunya. Setiap malam ia terbangun, memikirkan kengerian yang akan ditimbulkan adiknya. Teriakan maut warga, rumah-rumah terbakar, jeritan keluarganya yang menyakitkan, dan dari asap kegelapan keluar suatu sosok manusia dengan tawa kejinya. “AHHH!”. Kenneth terbangun dengan terkejut. “Ken, ada apa?” “Gapapa kok, hanya sakit kepala saja, bukan masalah besar ”. “Ken, ayo jujur ama aku. Kamu mimpi buruk lagi kan?”, “Kok kamu tahu?”, “Pertama, karena aku istrimu; Kedua, karena kamu sudah mengalami ini selama tiga bulan lamanya”. “Kamu tahu, apa yang akan terjadi jika dia balik? Kamu dan seluruh desa akan terancam, aku tidak bisa tenang Karin, setiap hari aku takut dia akan menginjakkan kaki lagi dan balik di tanah kelahirannya di sini”.


“Lihat saja selama ini, Ia tidak bisa balik masuk ke desa ini, dan lagipula jika dia balik, kita bisa menghadapinya bersama-sama, kamu tidak perlu menanggung beban ini sendiri”.  Kiran pun balik tidur, tetapi Kenneth masih coba menenangkan dirinya sebab masih berjibaku dengan perasaan ketakutannya. Esok hari, Kenneth pergi membantu para petani. Berjam-jam ia kerja di ladang sampai sebuah berita mengejutkan datang. “Makasih ya Ken telah membantu kita” Kata seorang petani. “Saya senang bisa membantu bapak di sini”. Saat lagi asyik berbincang, tetiba terdengar suara yang menggelegar dan diiringi oleh teriakan “KEBAKARAN! KEBAKARAN! HUTAN DESA TERBAKAR!”Teriak warga desa. “Kebakaran? Cepat bawa air dan padamkan apinya! Pak, saya pamit dulu ya”.


Kenneth bergegas ke lokasi kejadian. Saat Kenneth berlari, ia merasakan seolah-olah tiap tanah yang ia pijak berjerit-jerit kesakitan, ia melihat sekeliling pohon-pohon terbakar hingga menjadi abu, dan seluruhnya telah hangus. “Kenneth, kita menemukan sesuatu!” Teriak satu warga sambil memegang sebuah kertas yang tertempel pada sebuah pohon. “Tidaklah tinggi anak Krakatau, tapi puncaknya tetap hangat.... Memang orang Minang suka merantau; tetapi kampung halaman selalu teringat”. Mendengar kertas ancaman ini seluruh warga berkumpul di balai desa. “Ini pasti ulah Jonathan!”, “Tidak mungkin! Ia telah dibinasakan dari desa, tidak mungkin ia balik!”, “Bagaimana ini?”, “Apa yang harus kita lakukan?”. “Hei, ayolah tenang semuanya, kita tahu keadaan kita mendadak seperti ini tapi apakah ini caranya kita menyelesaikan masalah? Mungkin suamiku mempunyai ide tersendiri yang membantu” Tandas Kiran.


“Memang tahap yang pertama kita harus meningkatkan pertahanan desa, kita tidak tahu apa yang akan terjadi”. “KITA TAHU APA YANG AKAN TERJADI, KITA BAKAL MATI DI SINI” Teriak seorang warga ketakutan. Warga lain ikut mengoceh dan menggerutu dengan cemas. “Tenang semuanya, Jika adikku beneran datang kesini, yang utama perempuan dan anak-anak tetap di balai desa, kita tidak tahu apa tujuan adikku ke sini, kita tak tahu dia baik atau jahat, yang kita tahu adalah untuk mempersiapkan yang terburuk”. Ketika suasana tenang, DUAARRR! Suara ledakan terdengar di gerbang desa.


Warga mulai menjerit-jerit ketakutan, Kenneth dan para laki-laki lainnya keluar dari balai dan langsung berjalan ke gerbang. Walaupun Ia mencoba untuk bersikap seperti seorang pemimpin, di dalam hatinya berdebar dengan kencang, keringatnya mengalir deras, ia merasakan firasat buruk yang akan menimpa. Sesampainya di gerbang, gerbang tertutup kabut hitam, sesosok manusia berjalan menghampiri mereka, Kenneth melihat mimpinya menjadi kenyataan, inilah yang membuat hatinya semakin resah. Sosok itu keluar dari kabut dan semua mimpi buruk Kenneth terbuka. Adiknya telah balik ke desa selama ini. “Halo kak, bagaimana kehidupanmu, sudah lama tak ketemu?”


“Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Kenneth. “Gak ada salam ramah, gak ada pelukan, gak ada tangis bahagia, sepertinya kamu telah berubah Ken”. “Kamu sudah dilarang untuk masuk desa ini, jelaskan tujuanmu!”. “Ok, kalo lu mau kaya gitu, ya gua kaya gitu juga, jadi gausah basa-basi, gua datang untuk menjajah desa ini”. Tiba-tiba sekelompok orang muncul dari belakang dan menyerang pasukan Kenneth. “Jadi desa sebelah mengaku ini tanah kesucian mereka, dan mereka sudah mencoba untuk berbagi dengan kalian, tapi kalian kan suka membuat keputusan bodoh, jadi desa ini gua ambil secara paksa”. “Kamu ga bisa gitu, aku adalah pelindung desa! Dan aku akan melindungi desa, bahkan jika saya pun harus mati untuk melakukannya!”


Pasukan Kenneth menyerang pasukan asing dan langsung menyerang Jonathan. Dengan mudahnya Ia mengelak dan menyelengkat mereka semua dengan satu kaki. Kenneth terkejut melihat kemampuan adiknya yang sudah dua tingkat di atasnya. “Tuh kan, gua bilang apa, bodoh kalian semua, tapi kakak ga bodoh kan?”. Kenneth tanpa hasrat kasihan, ia langsung mengepal tangannya dan menyerang Jonathan. Tapi Jonathan dengan cepat menangkis, “Ah yang ini sama aja”. Jonathan melempar Kenneth darinya dan langsung menonjok dia habis-habisan. “Jonathan berhenti! Jangan serang dia lebih lanjut! Aku akan melakukan apa yang kamu mau asalkan kau biarkan dia hidup!”. “Istrimu?, Seriously bro? You need your wife to protect you? Hai desa! Lihatlah, penjagamu yang sakti giginya berkeretakan dan meringis kesakitan di tanah seperti tuna wisma! Apa yang penjagamu katakan, semua itu omong kosong! Jangan percaya!


Dia hanyalah seorang kakak yang bodoh”. “Jangan sakiti istriku, saya mohon, apapun yang kamu mau akan kuberikan, akan kubayar semuanya” Kata Kenneth  dengan bersungut-sungut. Jonathan memegang kepala Kenneth dan berbisik pada dia, “Tidak ada yang bisa membayar harga diriku yang rusak”. Ia pun menghantam kepala Kenneth ke tanah. Kenneth hanya bisa menatap warganya yang sujud padanya. Kenneth pingsan dan tidak bisa bangun lagi.


“Ahh!” Kenneth bangun terkejut. Ia bangun dalam sebuah penjara, badannya lumpuh tiada sembuh, Ia bangun dan melihat adiknya di depan jeruji. “Gimana rasanya terpukul, merasa ketakutan setiap hari, tidak bisa bangkit lagi, dan dikucilkan desa?”. “Tujuanmu, yang kau bilang tadi, itu semua bohong kan?”, “Ga juga sih” “Apa tujuanmu ke sini?” “Kalo pribadi sih, melihat kamu menderita, membuktikan aku lebih hebat, dan lihat semua perkataanku menjadi kenyataan, aku adalah manusia sempurna”. “Tidak ada yang sempurna di dunia ini, yang ada hanya manusia yang ingin berusaha untuk melakukan yang terbaik”. “Kamu tahu kan itu semua omong kosong, kutipan orang berstatus tinggi”. “Bagaimana kamu bisa seperti ini Jonathan, aku tidak pernah mengajarkan kamu untuk mendendam dan penuh amarah”. “Oh, kamu tidak mengajariku, aku yang belajar sendiri, setelah menjelajahi dunia ketika keluar dari desa”. “Pendendaman adalah alang-alang di atas rumput padi”. “Pendendam adalah kekuatan, cobalah untuk belajar dari pro seperti aku”.


Jonathan meninggalkan Kenneth di penjara dengan penyesalannya. “Kenneth”, Cetus Kiran. “Kiran, apa yang kamu lakukan di sini?”, “Menyembuhkan luka-lukamu, bagaimana perasaanmu?”, “Aku takut Kiran, warga diperbudak, semuanya dipenuhi teriakan kesakitan, desa menjadi lautan api, jiwa ragaku  hancur berkeping-keping, mimpiku menjadi kenyataan”. “Janganlah takut, sejauh ini kamu adalah pria paling berani yang pernah kutemui”. “Tapi gimana aku akan mengalahkan adikku, selama waktu yang lama ia meraih ilmu silat dari pelbagai orang sakti di desa-desa, aku tidak mampu untuk mengalahkan dia”, “Mungkin kamu harus bisa melihat dari sisi lain, apa yang membuat dia tersentuh, yang membuat dia rapuh. Yang pasti bertarung bukan solusi yang pasti”. “KIRAN!” Teriak Jonathan memanggil. Kiran pergi meninggalkan Kenneth yang sedang berpikir dan merenung. Bulan pun muncul dan memantulkan sinarnya. Bintang-bintang menyalakan langit yang gelap, Kenneth melihat langit tersebut dengan rasa angkuh. Lalu tetesan air jatuh dari atas ke bajunya yang putih. Dari menatap langit dan melihat bajunya, Kenneth mendapatkan sebuah ide cemerlang yang dapat menyelmatkan adiknya. “Terus Kiran! Terus!” Seru Jonathan dan teman-temannya yang sedang mabuk. Di tengah-tengah mereka sedang memperbudak Kiran, tiba-tiba Kenneth datang dan menantang Jonathan untuk bertarung sekali lagi di bukit tempat mereka bertarung pertama kali.


Esok hari, semua warga berkumpul di lereng bukit. Mereka siap melihat siapa yang akan menang pertarungan ini. Kenneth dan Jonathan saling bertatap wajah sejurus saling menusuk jiwa. Kenneth dengan badannya yang tampak rapuh dan lunglai dan Jonathan yang badannya segar bugar. “Jonathan, aku ingin bertaruh, jika aku menang, kau akan menyerahkan desa kepadaku. Tetapi, jika aku yang kalah, desa ini milikmu selamanya, setuju?”. “Setujulah! Ayo cepetan mulai”. “Kamu yakin ingin bertarung lagi, badan kamu masih rapuh loh..” Kiran bertanya. “Sabar liat saja hasilnya nanti”.


Mereka berdua bersiap-siap dan memasang kuda-kuda di masing-masing sudut. Jonathan pun membuka pertarungan dengan pukulan langsung. Kenneth menangkis dan melakukan serangan balik. “Gua udah belajar jurus Muay Thai, Tai Chi, Silat Jepang, dan banyak lagi!”, “Dan semua itu untuk apa? Sia-sia?”, “Untuk membuatmu menderita!”.  “Kenapa kau sangat ingin melihatku menderita, apa yang telah kulakukan sehingga hatimu menjadi hitam dan busuk?”, “Kau tidak pernah perhatian denganku, setiap hari kau sibuk dengan statusmu, sementara aku, yang dicemooh, dikucilkan, ditinggalkan dan dipukuli! Maka itu, kamu harus bisa menderita!”. “Saya tahu dibalik semua itu, ada Jonathan yang ramah, baik hati, ini bukan dirimu yang sebenarnya Jonathan, REMEMBER WHO YOU ARE!” Mereka berbincang sambil berkelahi. “Kamu tidak tahu aku, kamu tidak pernah mencintai aku!”.


“Hebat, yang kamu katakan tadi adalah omong kosong. Aku tahu, dulu setiap hari kamu pulang terluka-luka dan mencoba menangis tapi menahannya. Kamu selalu ke kamarmu untuk merenung hidupmu sendiri, tapi kau bilang padaku kau lagi mengerjakan PR. Aku tahu kamu susah mempunyai teman karena kamu suka dicemooh warga”. “BERISIK KAU!” Jonathan berteriak sambil memukul Kenneth tepat di dada dan memegang badannya. Warga dan Kiran melihat dengan cemas dan mempersiapkan yang terburuk. “Yang kamu ceritakan adalah masa lalu, tetapi sekarang, aku telah menjadi lebih hebat darimu, dan akan ku buktikan padamu!”. “Kamu tidak perlu membuktikan apapun padaku, dari dulu kamu selalu lebih hebat dariku.


Ejekan dari warga, dipukuli setiap hari, kamu lebih sanggup melawan semua itu, sedangkan aku tidak mampu berhadapan dengan itu. Kamu adalah orang terkuat yang pernah kulihat. Dan dendam yang kamu simpan, keinginan untuk menghabisiku, itu semua bukan salahmu, itu semua salah aku, aku seharusnya berada di sebelahmu saat kau senang, aku seharusnya menemanimu dalam kesakitanmu, aku seharusnya mendidik kamu dalam jalan kebenaran, bukan jalan penyesalan. Itu semua salahku. Tetapi jika niat kamu memang untuk menghabisiku, maka lakukan apa turutan hatimu, aku tidak tahu apa yang ada di depan, karena aku ingin kamu tenang akan masalah ini, agar masa depan cerah bagimu”. Jonathan hanya memandang, mengangkat kepalnya, siap untuk manghajar kakaknya. Kenneth dengan tubuh yang lepuh dan muka yang lebam penuh luka-luka mengucapkan, “Sebelum kau menghabisiku, aku hanya ingin kamu tahu, kamu adikku dan aku menyayangimu sebagai kakak yang sejati dan tak ada barang takdir di dunia ini yang bisa merusak hubungan kakak dengan adik, Goodbye.... Brother. Pukulan Jonathan terhenti, Kenneth berlutut depan adiknya siap menerima akhirat, tapi ia menatap adiknya, dan melihat tangisan air mata mengucur ke bawah.


Hati Jonathan tersentuh dengan kerelaan kakaknya yang setia. Ia langsung memeluk Kenneth, “Kakak, maafkan aku kakak, adik telah salah menilai selama ini, saya harap kakak tidak marah”. “Kakak ga marah, karena kamu hilang dan telah ditemukan lagi, kamu telah balik ke jalan kebenaran. Kedua kakak adik berpelukan, pertentangan mereka selesai, warga senang, dan matahari tenggelam dalam cerita yang menakjubkan.

The Bond of Brotherhood