Bulgogi: Sejarah Kuliner Korea dan Lidah yang Selalu Menagih

Bulgogi: Sejarah Kuliner Korea dan Lidah yang Selalu Menagih

                   Sumber: https://www.mamasuka.com/
 

Oleh: Yvonne Maurafayza Kurniawan, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta


    Saus Bulgogi (di ucapkan Bul-gol-gi) adalah bagian dari hidangan Korea populer yang dinikmati oleh banyak orang di seluruh dunia. Ini telah menjadi bagian dari 'Gelombang Korea' yang mulai membawa kuliner khas Korea ke arus utama popularitas.

 

Bulgogi berasal dari kata Bul () yang berarti ‘api’ dan juga Gogi (고기) yang berarti ‘daging’. Jadi, terjemahan langsung Bulgogi adalah daging api. Bulgogi merupakan hidangan daging sapi yang diiris tipis dan telah dibumbui, lalu dimasak dengan cara dipanggang. Di wilayah selatan, ada dua jenis Bulgogi yang cukup popular, yakni Gwangyang dan Eonyang. Gwangyang Bulgogi dibuat dengan daging yang lebih tipis, dibumbui sesaat sebelum dibakar, dan dibakar di atas bara sehingga menghasilkan aroma unik dalam daging. Sementara, Eonyang Bulgogi terbuat dari daging cincang yang direndam dalam bumbu selama beberapa hari.

 

Bulgogi ini termasuk ke dalam salah satu hidangan klasik Korea Selatan yang biasa di hidangkan di rumah. Bulgogi biasanya dibuat dengan sirloin dan potongan daging lainnya. Tetapi, bisa juga dibuat dengan ayam (Dak Bulgogi) atau babi (Dwaeji Bulgogi). Daging tersebut kemudian direndam dalam saus yang dapat bervariasi tergantung pada tradisi setempat.

 

Bulgogi menjadi kuliner khas Korea Selatan yang paling populer di mancanegara. Booming-nya Bulgogi dikarenakan rasanya yang lebih mudah diterima oleh lidah masyarakat dunia. Peter Serpico, seorang chef hidangan kontemporer di Amerika Serikat berbagi kepada Smithsonian mengenai Bulgogi dan bagaimana sejarahnya.

 

Bulgogi merupakan sajian asli penduduk pertama di Korea bernama Maek. Sekitar pada abad ke-2 sebelum masehi, masyarakat Maek, menggunakan tusuk untuk membakar daging yang telah dilumeri saus. Inilah yang disebut dengan Maekjok atau cara makan ala Maek. Maekjeok, disajikan mirip dengan sate daging. Berbeda dengan Bulgogi yang umumnya berbahan daging sapi,

 

Maekjeok lebih banyak dibuat dengan bahan daging babi. Maekjeok kemudian berevolusi menjadi Seoryamyeok, daging sapi yang direndam dalam kaldu dingin. Beberapa abad kemudian, pada era Dinasti Joseon, di awal abad ke-20, muncul lagi evolusi dari Seoryamyeok, yaitu Neobiani. Neobiani berarti irisan daging yang tebal dan lebar. Neobiani memiliki bentuk yang sangat mirip dengan Bulgogi. Neobiani tergolong makanan yang mewah pada waktu itu, karena sering dikonsumsi oleh para ningrat di Korea.

 

Sejarah mengenai mengapa Neobiani berubah menjadi Bulgogi sebenarnya agak rumit. Hal ini terkait dengan latar belakang penjajahan Jepang dan perjuangan kemerdekaan Korea Selatan.

 

Singkatnya, pada 1920-an, daging sapi menjadi salah satu makanan yang populer dan banyak tersebar di dunia. Di Korea Selatan, akibat pendudukan Jepang, harga daging sapi menjadi mahal dan stoknya pun terbatas. Masyarakat Korea kemudian membuat olahan Bulgogi dengan dua jenis yang berbeda. Satu dihidangkan mirip dengan Seoryamyeok, dan satunya lagi seperti yang kita kenal sekarang ini. Pada tahun 1990-an, harga daging sapi sudah kembali normal di Korea Selatan dan Bulgogi menjadi salah satu hidangan yang langsung begitu populer. Kepopuleran Bulgogi di Amerika Serikat sebenarnya sudah jauh ada sebelum demam Korea alias Hallyu Wave.

 

Bulgogi dibawa oleh para imigran Korea Selatan yang datang ke Amerika Serikat. Dulu, agama Buddha memengaruhi Korea selama berabad-abad pada 57 SM-668 M. Buddha menjadi agama negara dan mengakibatkan muncul larangan makan daging. Sejak saat itulah 'Banchan' atau lauk nabati mulai muncul dalam tradisi masakan Korea. Setelah invasi Mongol (1231-1259) dan Korea tunduk pada aturan mereka, hidangan daging kembali menjadi budaya kuliner. Selama invasi Jepang ke Korea di tahun 1910 sampai 1945, masyarakat kekurangan daging. Hal ini membuat harga daging di pasaran melambung tinggi. Harga tersebut mulai kembali stabil pada tahun 90-an.

 

Setelah adanya undang-undang imigrasi tahun 1965, akses tidak terbatas terbuka bagi orang Asia yang memasuki Amerika Serikat. Jumlah imigran Korea melonjak hingga 2.500 persen dari tahun 1960 hingga 1980. Angka tersebut terus berlipat ganda per dekade. Para imigran Korea ini kemudian membawa Bulgogi dan Banchan bersama mereka. Jadi, meskipun ada sedikit perubahan, daging Bulgogi dan Bulgogi menjadi resep melegenda yang setua dengan zaman.

 

Bulgogi adalah kuliner berjenis Barbeque. Bulgogi dimasak di atas api terbuka, atau di atas pemanggang. Bulgogi menggunakan bumbu Gochuajang. Saus kental yang bahan utamanya adalah beras ketan dan bubuk cabai yang difermentasi. Di Korea, Bulgogi biasa di makan pakai daging, lalu digulung pakai selada dan ditambah Gochuajang.

 

Selain menggunakan tambahan selada dan Gochuajang, Bulgogi juga biasa dimakan dengan Kimchi. Kimchi adalah kuliner dengan irisan-irisan sawi putih serta taburan biji Wijen. Cara memakannya dengan meletakkan daging Bulgogi dengan Kimchi dan Gochuajang di atas daun selada kemudian dibungkus dan langsung dilahap.

 

Untuk Saus Bulgogi tradisional, dibuat dengan Bumbu Soy Sauce, lada hitam, bawang putih, gula, Minyak Wijen, dan kecap. Resep lain untuk saus Bulgogi mungkin menggunakan bahan-bahan seperti Pir Asia, anggur beras, kiwi, madu, dan pasta kacang kedelai. Apa yang membuat saus Bulgogi dan makanannya begitu popular, adalah kemampuannya yang sangat serbaguna dan dapat dibuat dengan berbagai cara. Tujuan pembuatan saus adalah untuk di jadikan bumbu perendam. Bumbu ini menambah rasa dan kelembutan yang luar biasa pada daging sapi Korea. Rasa inilah yang membuat saus ini terkenal.

 

Beberapa orang menambahkan daun bawang, bawang bombay, dan paprika hijau ke dalam hidangan atau sayuran seperti wortel dan zukini. Hidangan tradisional akan disajikan dengan selada atau daun Wijen, yang akan digunakan pengunjung untuk membungkus Bulgogi yang sudah dimasak. Bulgogi juga sering disajikan di atas alas nasi berbiji pendek atau sedang.

 

Di Korea Selatan, terdapat Burger Bulgogi siap saji, dibuat dengan saus Bulgogi dan juga pizza dengan topping Bulgogi.

 

Nilai gizinya dikatakan sangat sehat. Seperti semua makanan Asia, Bulgogi menggunakan banyak sayuran dan daging. Perasa untuk hidangan ini dibuat dengan bumbu, rempah-rempah dan minyak. Tambahan opsional seperti selada, dan nasi juga memiliki nilai gizi yang tinggi.

 

Untuk membuat hidangan ini, iris tipis daging sapi segar. Kemudian, siapkan wadah untuk mencampur semua bumbu, pastikan semua bumbu tercampur rata. Masukkan potongan daging ke dalam bumbu. Bila sudah tercampur, tutup wadah dan diamkan selama lebih kurang 1 jam. Biarkan bumbu meresap ke dalam daging.

 

Sementara itu, siapkan alat pemanggang untuk memasak daging yang telah di rendam dalam bumbu. Masak daging di atas pemanggang, tunggu, dan bolak-balik daging hingga empuk dan matangnya sempurna. Angkat daging yang telah matang dan taburi dengan Wijen atau hiasan lainnya dan selesai.

 

Makanan yang tidak hanya lezat, namun juga sangat sehat dan dapat disajikan dalam waktu singkat siap untuk dilahap.


Sumber :

https://www.easykoreanfood.com/Bulgogi-Sauce.html

 

https://amp.kompas.com/travel/read/2017/04/08/090100727/ini.dua.perbedaan.yakiniku.dan.bulgogi

 

https://pergikuliner.com/blog/serupa-tapi-tak-sama-ketahui-bedanya-yakiniku-vs-bulgogi

 

https://www.grid.id/amp/04206537/sejarah-bulgogi-kuliner-khas-korea-selatan-yang-diburu-k-poper?page=all

 

https://medium.com/kulina/cita-rasa-otentik-bulgogi-korea-4066bd1d0ff1

 

https://kumparan.com/korea-talks/mengulik-asal-usul-bulgogi-hidangan-daging-panggang-asal-korea-1534920611911011285

 

https://www.suara.com/lifestyle/2020/12/24/095159/sejarah-korean-bbq-ternyata-sudah-ada-sejak-2000-tahun-lalu?page=all

Baca selengkapnya »
Jurit Malam

Jurit Malam

Oleh: Salwa Zhahara, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta


Kisah dari pengalaman horor Evi dan kakaknya Sari.


    Evi dan kakaknya yang bernama Sari kuliah di salah satu universitas yang letaknya agak jauh dari kota asal mereka. Mereka berdua cukup aktif dalam kegiatan-kegiatan kampus, termasuk menjadi anggota BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) di unversitas  mereka.

 

Waktu tahun 2017, ketika Evi sudah di semester 5, dia sudah menjadi anggota tetap sekaligus menjadi anggota kepemudaan dan sudah merekrut anggota-anggota muda. Singkat cerita, tibalah pada masa LDKM (Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa). LDKM  ini dibuat untuk para anggota-anggota muda BEM selama tiga hari dua malam, tempatnya di sebuah bumi perkemahan yang biasa dipakai untuk anak-anak pramuka dan LDKM oeganisasi-organisasi lain.

 

Karena tahun sebelumnya Evi sudah menjadi  seksi acara atau lapangan, tahun ini dia lebih memilih seksi konsumsi yang lebih santai. Di dua lapangan itu ada dua perkemahan besar, satu untuk aula dan satunya lagi ruang utama serta tiga WC yang masih berfungsi dengan baik. Perkemahan ini, kanan-kirinya itu ada rumah penduduk, akan tetapi dibagian belakang perkemahan itu, ada hutan belantara yang masih terjamah yang diberi batas dengan sungai. Saat itu, mereka menyewa  satu ruang aula dan satu ruang utama, tetapi mereka tidak bisa menyewa lapangan besar karena sudah keburu di booking sama dua organisasi lain, yang di mana organisasi lain ini bakal mengadakan LDKM di hari yang sama.

 

Awalnya, mereka memakai lapangan besar yang ada di depan aula, sialnya, karena mereka butuh jalur lain buat kegiatan jurit malam, akhirnya mereka berpikir keras, bagaimana membuat rutenya supaya bisa mengelilingi dua lapangan yang ada. Dan, mereka berkoordinasi dengan organisasi sebelah, secara mereka hanya mau menggunakan lapangan itu di jurit malam hari terakhir. Dari jam 12 malam sampai subuh, ya mudah-mudahan mereka bisa numpang. Karena Evi bukan bagian dari seksi acara, jadi dia tidak tahu bagaimana teman-temannya yang lain menyelesaikan masalah tentang rute jurit malam.

Sampai tibalah hari-H untuk kegiatan tersebut. Sebelum mulai jurit malam, mereka rapat untuk menentukan pos-pos.  Setiap tahun, selalu ada 7 pos yang sesuai dengan sub-bidang yang ada di organisasi. Dan Evi memilih menduduki pos satu bersama kakanya, yaitu Pos Sejarah. Mereka tidak hanya berdua, mereka ditemani bersama dua kakak tingkat laki-laki alumni.

 

Evi kaget bukan main, dia sontak kaget karena pos satu sampai pos tiga itu ada di hutan lapangan belakang. Sebelumnya, mereka sudah tahu kalo hutan lapangan belakang itu, tidak boleh ada yang masuki, sebab bisa dibilang sangatlah berbahaya. Penjaga bumi perkemahan tersebut,  sudah mewanti-wanti untuk tidak masuk ke hutan lapangan belakang. Marahlah Evi dengan seksi acara lapangan, “Mengapa harus menempati lapangan itu?” Cetus Evi. Akhirnya, panitia lain menjelaskan bahwa mereka tidak punya pilihan lain, secara lapangan sudah terpakai semua, dan kebetulan organisasi sebelah lagi jurit malam juga. Mau tidak mau, suka tidak suka, Evi akhirnya masuk ke dalam hutan.

 

Mereka jalan melewati sebuah sungai yang ternyata sudah dibuatkan jembatan kecil oleh anak-anak yang lain supaya mudah mengakses masuk ke hutan. Ketika melewati jembatan itu dan mulai masuk ke dalam hutan, rasanya Evi sudah mulai perasaannya tidak nyaman. Tapi, Evi berdoa semoga tidak terjadi apa-apa.

 

Singkat cerita, jurit malam pun dimulai. Saat itu, para peserta sedang ada di pos pelepasan yang ada di lokasi paling dalam hutan. Para peserta hanya diberikan satu lilin dan satu korek api cadangan untuk antisipasi bila apinya mati. Setelah semua peserta bergerak, ada satu juniornya Evi sebut aja namanya IDOY. Idoy bertugas sebagai koordinator lapangan dan selalu bolak-balik dari pos satu ke pos lainnya untuk memeriksa medan jalan  dan kondisi peserta.

 

Idoy pada saat itu mampir ke pos satu, otomatis dia bertemu dengan Evi dan yang lainnya. Ketika asyik ngobrol pada saat itu, tiba-tiba ada suara kresek-kresek dari semak-semak yang posisinya lumayan tinggi. Karena khawatir itu ular atau babi hutan, sontak Idoy langsung memeriksa sembari membawa kayu untuk menyisir ke semak-semak itu.

 

Setelah memeriksa kembali semak-semak itu, Idoy balik lagi ke pos satu, dan dia bilang, “Tidak ada apa-apa kok”. Setelah kembali ngobrol lagi dan akhirnya Idoy pamit dari pos satu untuk memeriksa pos-pos yang lain. Sekitar jam 4 subuh, panitia yang ada di pos pelepasan datang ke pos satu untuk pamit, karena  tugas mereka sudah selesai. Kemudian, Evi dan yang lainnya siap-siap untuk pergi ke aula, secara tinggal satu peserta lagi yang belum sampai di pos 1. Salah satu alumni yang jaga di pos satu juga, sebut aja namanya Bintang, dia menyuruh Evi dan kakanya untuk balik duluan saja, dan Evi pun pamit. Ketika Evi sudah sampai di jembatan tadi, mereka berpapasan dengan idoy, tetapi Idoy cuma senyum dan tidak berbicara apa-apa, bahkan tidak mau bertos ria dengan Evi.

 

Ketika mereka hampir sampai di pos 4, tiba-tiba Sari menarik tangannya Evi, dan nyuruh dia untuk berhenti. Karena Sari melihat Idoy lagi bercanda canda bersama teman lainnya di pos 4, ada suatu keanehan, mereka pikir Idoy yang berpapasan sama mereka itu berjalan ke arah huta, akan tetapi kok malah ada di pos? begitu batinnya. Kemudian, Evi bertanya ke Idoy dan Idoy menjawab, “Dia ada di sini (pos 4) daritadi” Evi dan Sari pun hanya bisa diam dan sejurus saling menatap. Lalu, Evi dan Sari pamit ke Idoy dan yang lainnya, karena ingin melanjutkan perjalanan lagi. Dan Sari mewanti-wanti agar Evi tidak mengosongkan pikiran. Sari tahu bahwa Evi mudah kerasukan. Setelah sampai di ruang panitia mereka langsung istirahat.

 

Singkat cerita, Evi pun ingin tidur, akan tetapi ia mnegalami kesulitan tidur. Karena perasaan tidak enak terhadap aura sekitar, dan tetiba kaki dia menjadi dingin, Evi langsung berdoa dan mencoba memejamkan  mata, tak lama sepeminuman teh, tidurlah Evi. Tiba-tiba Sari membangunkan Evi dengan suara panik dan Evi enggan untuk membuka mata, karena tidurnya hanya sebentar. Ketika Evi akhirnya membuka mata dia, ternyata lagi menari dan nyinden dan dia sadar akan hal itu. Kemudian, Sari memanggil teman, sebut saja Beni. Beni langsung memegang Evi dan membacakan ayat-ayat Al-qur’an. Saat Beni membaca  ayat-ayat suci Al-qur’an, badannya Evi kesakitan seperti dipukuli oleh banyak orang.

 

Dan Sabil, teman seangkatannya Evi datang, dia yang biasa menjaga anak-anak sensitif. Sabil mencoba berdiskusi dengan makhluk yang merasuki Evi agar keluar. Dan dia (makhluk gaib) bilang, kalau rumah dia ada di belakang , dia mau ke sana, asalkan diantar dengan Sabil, dan Sabil pun setuju.

 

Dan makhluk itu pun keluar dari tubuh Evi. Setelah itu, evi merasa lemas dan tidak bertenaga. Beni pun tidak berhenti berdoa membaca ayat suci Al-qur'an. Beberapa saat kemudian, Evi pun mulai mengantuk hingga tertidur. Tiba-tiba, dia berteriak,  dan lari keluar ruangan. Dan itu, bukan dirinya (Evi pun sadar kalau dirinya sedang dirasuki makhluk lain). Untungnya, Evi masih dipegangi oleh beberapa orang di sana.

 

Ada sekitar 6 laki-laki. Mereka kewalahan memegangi  Evi. Setelah Evi melakukan banyak perlawanan, akhirnya makhluk itu keluar sendiri. Kemudian,tidak lama setelah itu, Evi pun kerasukan makhluk lagi, kali ini yang lebih kuat dan hampir mau dibawa ke alamnya. Untungnya, Sabil datang tepat waktu . Sabil pun langsung mencegat Evi, dan bilang ke temannya bahwa makhluk ini beda dari yang lain (bisa dibilang sangat kuat). Dan mahluk yang merasuki Evi bilang, kalau dia tidak mau keluar dan ingin menetap di tubuh ini.

 

Karena dia suka dengan Evi. Sari sekuat tenaga memanggil Evi sambil menangis sesegukan, di situlah Evi meneteskan air mata, yang berarti dia masih sadar. Namun, tubuhnya tidak berdaya. Dan, segala doa serta memanggil nama Evi, akhirnya makhluk itupun keluar dan Evi pun langsung pingsan. Setelah Evi terbangun, dia merasa ingin tidur lagi dan merasa kalau ada yang meminta masuk lagi. Sabil yang melihat gelagat Evi, dengan sigap Sabil langsung melepaskan tasbih dan memakaikannya ke Evi.

 

Tiba-tiba, dering ponsel Evi berbunyi dan ternyata itu adalah ayahnya Evi yang menelepon. Evi pun mengangkat telepon dari ayahnya, dan ayahnya bilang kalau perasaan beliau tidak enak dan gundah gulana ketika Evi berada di daerah bumi perkemahan tersebut. Pada akhirnya, panitia pun inisiatif memulangkan Evi kembali ke rumahnya.

 

Setelah pulang ke rumah, Evi pun langsung diobati oleh pak ustaz dan memakaikan pagar penjaga untuk Evi. Seminggu kemudian, Evi pun pulih dan dihindari dari makhluk tersebut berkat pagar penjaga yang menempel ditubuhnya, namun tidak terlihat.

Baca selengkapnya »
Pandemi dan Kepentingan Kesehatan Mental

Pandemi dan Kepentingan Kesehatan Mental

 

             Sumber: https://www.psychologytoday.com/


Oleh: Cahaya Pertiwi Putri Hamid, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta


    Pada bulan Maret 2020, sekolah dan kantor-kantor di Indonesia diliburkan selama dua minggu. Hal itu dikarenakan telah ditemukan dua warga Indonesia yang terjangkit virus corona. Yaitu virus baru dari Tiongkok yang belum ditemukan obatnya, tersebar luas sampai ke negara-negara lain, dan menyebabkan terjadinya pandemi. Libur yang tadinya direncanakan hanya dua minggu, sangat tak disangka ternyata berlangsung sampai saat ini, Juni 2021 –dan kemunginan sampai tahun-tahun seterusnya. Yang berarti sudah satu tahun lebih sekolah offline diliburkan.

 

Penyebaran virus ini terjadi, karena adanya kontak langsung dengan yang terjangkit. Maka dari itu, banyak pemerintah dari pelbagai negara yang mengeluarkan kebijakan baru mulai dari mengkarantina wilayah kota, sampai lockdown negara. Hal itu dilakukan dalam upaya mengurangi penyebaran virus corona. Dengan adanya pandemi dan keharusan masyarakat untuk meminimalisir kuantitas dari aktifitas di luar rumah, tentu saja memberikan banyak dampak berbagai aspek. Mulai dari anjloknya perekonomian negara, program-program pendidikan yang harus tertunda, meningkatnya angka kematian, kesehatan fisik, dan bahkan kesehatan mental dalam diri manusia pun banyak yang memburuk dikarenakan adanya pandemi ini.

 

Memangnya, kesehatan mental yang baik itu seperti apa, sih? Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Tak kalah dengan kesehatan fisik, kesehatan mental pun merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan. Kegiatan yang kita lakukan sehari-hari, perlu dilakukan dengan kondisi pikiran dan hati yang tenang juga sehat. Karena tanpa mental yang stabil, akan muncul perasaan-perasaan negatif yang bisa juga disebut mental health problem.

 

Mental health problem mengganggu cara seseorang berpikir, merasa, dan berperilaku (Dunn, 2016). Jika dibandingkan dengan Mental Illness, keduanya memiliki perbedaan yang dilihat dari tingkat terganggunya. Mental health problem lebih umum, dapat dialami dalam waktu sementara sebagai reaksi terhadap tekanan hidup dan memang lebih ringan dibanding mental illness. Tetapi, masalah ini mungkin berkembang menjadi mental illness jika tidak ditangani secara efektif. Mental health problem dapat muncul dari pelbagai aspek, seperti emosi, perilaku, atensi, serta regulasi diri. Mengalami kekerasan di masa kecil, merasa terasing dari lingkungan, kehilangan orang yang dicintai, stres yang berkepanjangan, kehilangan pekerjaan, penyalahgunaan obat-obatan adalah beberapa contoh faktor yang dapat memicu seseorang memiliki mental health problem.

 

Zaman dahulu, kesehatan mental seringkali dikaitkan dengan kekuatan gaib, makhluk halus, ilmu sihir, dan sejenisnya. Oleh karena itu, jika terjadi sesuatu pada mental seseorang, penanganannya dilakukan dengan mengadakan upacara ritual atau suatu kegiatan yang dipercaya dapat mengeluarkan roh halus dari dalam tubuh manusia. Bahkan sampai sekarang pun, ketika seseorang sedang mengeluhkan perasaan, masih banyak yang memberikan respons seperti, “Ah, makanya ibadah!” atau “Itu sih gara-gara kamu kebanyakan main dan kurang deket sama Tuhan”.

 

Respons seperti itu bukanlah respons yang salah, tapi juga bukan respons yang baik pula. Ketika ada yang berani untuk menceritakan tentang perasaannya, pendengar harus memberikan respons yang suportif dan positif.

 

Mengapa? Karena bagi beberapa orang, membuka sebagian cerita tentang diri mereka yang jarang diketahui orang lain bukan merupakan hal yang mudah dan sepele. Berani speak up mengenai kondisi mental terkadang membutuhkan keberanian yang besar. Berikanlah apresiasi untuk mereka yang sudah berani membuka diri.

 

Namun, seiring berjalannya waktu, kini sudah banyak sekali orang maupun lembaga yang sadar akan pentingnya kesehatan mental bagi semua orang tanpa memandang umur. Mulai dari komunitas kecil di media sosial, sampai organisasi besar seperti WHO (World Health Organization).

 

Dalam masa pandemi seperti ini, sulit bagi kita untuk bertemu dengan teman-teman yang biasanya bisa kita temui dengan mudahnya. Jangankan teman, keluarga yang berbeda rumah pun sulit dikarenakan kekhawatiran yang begitu pekat apabila tertular covid. Keadaan yang kita hadapi, pasti memberikan tekanan besar untuk mental semua orang, tak terkecuali para remaja.

 

WHO menyebutkan, anak muda alias generasi milenial dan Gen Z saat ini lebih rentan terkena gangguan mental. Hal itu disebabkan karena seringnya overthinking, terlalu memikirkan banyak hal dalam kehidupan mulai dari yang sudah lama terjadi, sampai kemungkinan-kemungkinan yang belum tentu terjadi di masa depan. Tak hanya itu, seringkali remaja yang menjelang dewasa membandingkan kehidupan sendiri dengan kehidupan orang lain dan membandingkan bentuk fisik sampai pencapaian diri sendiri dengan orang lain juga memengaruhi kesehatan mental menjadi semakin rentan.

 

Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi, kesehatan mental remaja di masa pandemi sangat rentan dan mudah terganggu, karena mereka belum memiliki kemampuan problem solving, kontrol diri, dan emosi yang optimal. Seperti yang kita ketahui, masa remaja adalah masa di mana manusia sedang mengembangkan area sosialnya, tahap untuk melakukan eksplorasi untuk mencari identitas diri. Seharusnya, di masa remaja ini mereka melakukan banyak interaksi dengan teman-teman, melakukan berbagai macam hal, mencari pengalaman, dan lain-lain.

 

Namun sangat disayangkan, semua hal tersebut menjadi sangat terbatas dikarenakan adanya pandemi. Keterbatasan tersebut tentu menyebabkan stres yang memicu kecemasan dan perasaan kecewa.

 

Seperti yang tadi sudah kita ketahui, kondisi pandemi saat ini memberikan tekanan yang berat untuk batin beberapa remaja. Tekanan batin yang dialami bisa menjadi pemicu datangnya stres. Jika tekanan, kesedihan dan stres tersebut berlangsung dengan sangat berat dan lama, yang nantinya bisa menjadi masa traumatik bagi para remaja. Suatu hal yang membuat trauma merupakan salah satu pemicu depresi remaja selain dari lingkungan, perubahan hormon, hingga genetic, atau faktor keturunan. Depresi adalah salah satu mental health problem yang sering ditemui dalam kalangan remaja, yang menyebabkan perasaan sedih yang berkelanjutan dan terus-menerus kehilangan minat dalam beraktivitas. Tak hanya itu, mudah menangis  tersinggung, marah karena hal-hal yang sederhana hingga berniat untuk mengakhiri hidup bisa menjadi sedikit contoh dari gejala depresi.

 

Namun, tidak perlu khawatir berlebihan karena di zaman sekarang ini, sudah banyak kok orang yang aware terhadap mental health problems. Yuk cari tau bagaimana cara menjaga kesehatan mental untuk remaja di masa pandemi!

 

Pertama, kenali emosi diri sendiri. Ada suatu pepatah yang mengatakan, “Tak kenal maka tak sayang”. Begitu pula dengan diri dan emosi kita. Untuk menemukan jalan keluar sehingga keadaan mental menjadi baik, penting bagi kita untuk mengenali emosi sendiri. Misalkan, kamu sedang merasakan cemas. Cari tau pemicunya, jika penutupan sekolah dan berita utama yang mengkhawatirkan membuat cemas, kamu bukan satu-satunya.

 

Apa yang kamu rasakan adalah hal yang wajar. "Psikolog telah lama menyadari bahwa kecemasan adalah fungsi normal dan sehat yang mengingatkan kita akan ancaman dan membantu kita mengambil tindakan untuk melindungi diri kita sendiri", kata Dr. Lisa Damour, psikolog remaja ahli, penulis buku terlaris dan kolumnis bulanan New York Times.

 

Komunikasi yang baik juga merupakan hal yang penting dalam menjaga kesehatan mental. Untuk bisa menemukan keteduhan hati dan solusi, remaja bisa menceritakan isi hatinya kepada keluarga atau teman yang dipercaya. Memenuhi ‘asupan’ sosial adalah hal penting yang tidak boleh dilewatkan oleh para remaja. Salah satu psikolog, Ikhsan Bella Persada, M.Ps menjelaskan, bahwa sebisa mungkin remaja tetap terhubung dengan teman sekalipun lewat virtual. Itulah alasan-alasan mengapa diperlukan komunikasi yang baik antara diri sendiri dengan emosi, juga diri sendiri dengan orang lain.


Tingkatkan self-love dan mulailah untuk fokus pada diri sendiri. Kesehatan fisik maupun kesehatan mentalmu, adalah prioritasmu. Berfokus pada diri sendiri dan mencari cara untuk menggunakan waktu yang sekarang tersedia adalah cara yang bagus untuk menjaga kesehatan mental. Kenali dirimu, mulailah untuk mencoba menghargai dan menyayangi diri sendiri. Jika kamu sedang merasa lelah, maka ambil waktu yang kamu butuhkan untuk beristirahat, lakukan meditasi, kelilingi dirimu dengan hal-hal positif.

 

Tingkatkan kepercayaan diri dengan cara merawat diri, mengejar pencapaian-pencapaian untuk meng-upgrade diri, dan melakukan apa yang memang kamu sukai. Lakukan dari hal kecil misalkan mencari hobi dan kegiatan baru, membaca buku, menerapkan pola hidup yang sehat, sampai yang paling sederhana seperti mandi air hangat dengan penuh ketenangan juga bisa dijadikan salah satu langkah kecil.

 

Harus diingat bahwa mendiagnosis diri sendiri merupakan hal yang bahaya dan dilarang. Kamu harus melakukan konsultasi dengan yang profesional yaitu psikolog untuk memahami dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi kepada diri kamu, hal itu dilakukan supaya tidak salah langkah kedepannya. Karena seperti yang kita ketahui, ini bukanlah hal yang bisa dianggap sepele dan dipermainkan. Jika kamu merasa bahwa kamu membutuhkan pertolongan, jangan takut untuk konsultasi dengan yang profesional. Di masa pandemi seperti ini, banyak juga psikolog yang membuka konsultasi online.

 

Konsultasi ke psikolog bukan selalu berarti kamu adalah orang dengan gangguan mental berat dan lemah, namun kebalikannya, itu berarti kamu adalah orang yang kuat dan berani untuk mengenal lebih dalam tentang diri sendiri. Know yourself, be yourself, love yourself, and always take good care of your mental health.

Baca selengkapnya »
Ondel-Ondel Riwayatmu Kini...

Ondel-Ondel Riwayatmu Kini...

 

Oleh: Kamilah Indah, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta


    Ondel-ondel merupakan salah satu warisan budaya yang tercantum dalam Pergub No.11 Tahun 2017 sebagai ikon budaya Betawi yang perlu dijaga dan dilestarikan dengan penuh kebanggaan. Namun, saat ini ondel-ondel mengalami pergeseran nilai karena disinyalir marak digunakan sebagai sarana mengamen, mengemis, atau meminta uang.

 

Oleh karena itu, Pemprov DKI Jakarta mulai menertibkan ondel-ondel yang digunakan untuk mengamen di jalanan. Melalui Instagram Dinas Perhubungan DKI Jakarta @dishubdkijakarta menampilkan gambar ondel-ondel dengan pesan larangan menggunakan ondel-ondel sebagai sarana mengamen di tempat umum. Hal itu sesuai dengan Pasal 39 (1) dan pasal 40 Perda No.8 Tahun 2007 tentang ketertiban umum. Larangan ini juga telah disepakati dengan organisasi masyarakat Betawi.

 

Setelah melarang ondel-ondel untuk mengamen, telah disepakati akan disediakannya tempat dan fasilitas untuk para pemilik sanggar kesenian dan kebudayaan Betawi, termasuk para pengrajin ondel-ondel.


Ondel-Ondel Dalam Lintasan Sejarah


Ondel-Ondel –dan kebudayaan Betawi lainnya- tentu saja tidak langsung datang ujug-ujug begitu saja, tetapi mempunyai keterikatan historis yang begitu panjang. Keterikatan historis ini juga diperkuat dalam proses akulturasi dalam pelbagai bentuk budaya non-Betawi yang seiring berjalannya waktu, membentuk semacam sebuah identitas kebudayaan yang baru.

 

Pemerintahan DKI dari dulu sampai sekarang, sepertinya belum mampu membaca gerak sejarah dari kebudayaan ondel-ondel ini sepertinya. Ondel-ondel dan kebudayaan Betawi lainnya, memang tidak bisa dilepaskan dari aktivitas “mengamen”. Tetapi, bila hanya melihat dari sekadar “mengamen” pun, terasa tidak adil, dan cenderung masuk ke dalam sebuah penyempitan makna kebudayaan tersebut.

 

Sejarawan Betawi, JJ Rizal, yakin pedagang Inggris, Edmund Scott yang pertama mewartakan keberadaan ondel-ondel. Edmund Scott ada di Banten selama 1603-1605. “Namun asal-usul ondel-ondel Jakarta sukar dikatakan hasil adaptasi dari Banten, biar kata kerajaan itu pernah membawahkan dan memberi banyak pengaruh kepada Sunda Kalapa.

 

Ditemukan data antropologis yang menunjukkan ondel-ondel tumbuh dari kebudayaan agraris Betawi yang masih berjejak dalam upacara baritan atau bersih desa di beberapa pinggiran Jakarta, terutama di Cireundeu dan Ciputat,” ungkap JJ Rizal dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul Ondel-Ondel dan Korupsi (2011).

 

JJ Rizal menjelaskan boneka raksasa yang ditulis Edmund Scott "een reuse en een monster" sebagai manifestasi kekuatan pelindung kampung. Fakta itu karena ondel-ondel yang dilihat oleh Edmund Scott pada 1605 jadi bagian iring-iringan yang mengantar Pangeran Jayakarta, WIjaya Krama saat merayakan upacaran sunatan Raja Banten, Abdul Mufakhir yang masih berusia sepuluh tahun.

 

Iring-iringan itu terdiri dari tiga ratus penjaga istana, tiga ratus wanita pembawa banyak hadiah --emas, uang, dan kain sutra-- serta sepasang boneka berbentuk raksasa. (https://voi.id/memori/40674/sejarah-ondel-ondel-betawi-yang-tergerus-zaman).

 

Lanjut lagi, ondel-ondel juga memuat filosofi yang sakral yang dianalogikan dengan manifestasi Dewi Sri, Dewi Kesuburan.

 

Saat itu, masyarakat agraris Betawi percaya ondel-ondel akan menjaga kesuburan sawah. Boneka ini juga dipakai pada perayaan pasca-panen guna menghormati Dewi Sri. Ia menjadi ungkapan syukur atas terhindarnya masyarakat dari gagal panen. “Sedangkan [ondel-ondel] yang laki-laki [adalah] manifestasi hal buruk atau jahat sehingga wajahnya merah bertaring”. (https://tirto.id/mengamen-dengan-ondel-ondel-merusak-tradisi-cvrg)

 

Tanggapan Publik


Kebijakan pemerintah ini cukup mendapat banyak dukungan masyarakat. Berdasarkan beberapa komentar masyarakat di Instagram Dinas Perhubungan DKI Jakarta, banyak masyarakat yang mengalami perlakuan buruk dari para pengamen ondel-ondel.

 

“udah makin berani, malah sampe masuk pagar buat minta duit dan itupun ditungguin juga sama mereka, walaupun kita udah nolak halus” - @faaaadil

 

“Di BKT kmaren ada yang ngamen pakai ondel-ondel gak di kasih uang sama saya eh anak saya dikatain bahasa kasar sampe di pelototin… Ditegur galakan dia… Astagfirullah sungguh meresahkan” - @prelovedbylarc.acc

 

Seniman ondel-ondel, Hasanuddin, memiliki pendapat dengan melihat sisi teknis. Sebagai seniman ondel-ondel asli Betawi yang sudah dilakukan secara turun-menurun, ia kesal dengan pengamen ondel-ondel.

 

"Kebanyakan mereka ini bukan seniman Betawi asli, mereka sewa ondel-ondel buat ngamen. Kemudian dari pakaian dan musik juga tidak menjaga keaslian, musik tidak dimainkan langsung tetapi dari flashdisk," kata Hasan.

 

Namun, tetap terdapat pihak yang tidak setuju dengan kebijakan tersebut. Salah satunya adalah budayawan Betawi Ridwan Saidi. Menurutnya, selama Pemprov DKI tidak bisa menyediakan lapangan kerja yang layak, sebaiknya tidak melarang pengamen ondel-ondel mencari makannya sendiri. Dia meminta agar Pemprov DKI tidak membawa alasan budaya dan peradaban untuk melarang seniman ondel-ondel mengamen dan juga meminta agar Pemrov DKI menyediakan tempat layak untuk pengamen ondel-ondel sehingga bisa lebih tertib.

 

Sejarawan JJ Rizal menilai Pemprov DKI tuna budaya setelah berencana melarang penggunaan ondel-ondel sebagai sarana mengamen. Mereka bahkan juga menyiapkan sanksi bagi yang melanggar.

 

"Pelarangan dan sanksi kepada ondel-ondel yang mengamen adalah contoh kebijakan yang tuna budaya. Sebab dalam sejarahnya yang mentradisi di Betawi ondel-ondel memang mengamen," kata Rizal kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Rabu (24/3).

 

Ia menilai Pemprov DKI seharusnya memahami tradisi budaya ondel-ondel sebagai produk kebudayaan terlebih dahulu sebelum berencana melarang. Dengan begitu pemerintah bisa mengedukasi publik, bukan melegitimasi kesalahpahaman terhadap ondel-ondel. (https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20210324200443-234-621719/sejarawan-kritik-keras-pemprov-larang-pengamen-ondel-ondel)

 

Alwi Shahab, pencatat kebudayaan Betawi yang tekun, menunjukkan ada orang Betawi yang menganggap cara “ngamen” ringkas tersebut sebagai degradasi budaya. Pertama, karena sebagai seni yang adiluhung, ondel-ondel tak seharusnya dijadikan alat mengamen. Kedua, peran pemain musik telah digantikan oleh rekaman, sehingga cita rasa seninya hilang. “Kelompok tersebut menganggap ondel-ondel sebagai bagian sejarah. Sehingga lebih baik tidak digunakan untuk mengamen,” kata Sejarawan Alwi.

 

Tanggapan Penulis


Saya pribadi tidak terlalu setuju dengan dilarangnya pengamen ondel-ondel di Jakarta. Bukan tanpa alasan, karena selama ini saya tidak pernah mendapat perlakuan buruk dari para pengamen ondel-ondel tersebut. Kehadiran mereka cukup sopan ketika berada di lingkungan tempat tinggal saya, justru dapat menghibur anak-anak di sini. Mereka juga datang ketika sore hari, sehingga saya jarang merasa terganggu ketika menjalani PJJ. Hal ini juga sama dengan para pengamen tersebut yang sebagian besar merupakan anak-anak remaja yang masih bersekolah.

 

Selain diperlukannya tempat layak dan fasilitas bagi para pengamen ondel-ondel, saya rasa juga diperlukannya sosialisasi bagi para pengamen tersebut. Saya setuju dengan Ridwan Saidi dan JJ Rizal, bagaimanapun para pengamen tersebut sedang mencari uang dan sejarah ondel-ondel memabng berada di jalanan.

 

Dan negara, seharusnya mendukung dan mengevaluasi segala problematik ondel-ondel, bukan melarangnya tanpa sebab dan pemikiran yang utuh serta konheren. Sebab, bila negara sudah melarang semuanya dan segalanya tanpa ada diskursus public, sudah dipastikan ini adalah kekerasan budaya. Dan ini, adalah berbahaya!

Baca selengkapnya »
Sinopsis Novel "Tentang Kamu"

Sinopsis Novel "Tentang Kamu"

 

Oleh: Mella Aini Rahmawati, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta


Judul: Tentang kamu

Pengarang: Tere Liye

Jumlah Halaman: 524

Penerbit: Republika

Tahun Terbit: Cetakan ll,  Oktober 2016

 

Mungkin saat kalian melihat cover depan, tidak sengaja terlintas di ruang isi kepala kalian bahwa ini mengisahkan sepasang anak Adam dan Hawa yang sedang terjebak di atmosfer jatuh cinta, atau sebagian dari kalian menganggap ini hanya kisah friendzone, bahkan sebagian besar lagi mengira ini hanya kisah seorang insan yang belum beranjak dari masa lalu. Padahal, persepsi sementara itu yang nantinya akan menjadi permasalahan bahkan berujung kesalahan hanya dari melihat cover luar, tanpa mengetahui bagaimana kisah yang dialami  di dalamnya.

 

Pada kenyataannya, mengisahkan tentang pengacara muda bernama Zaman Zulkarnaen, seorang pemuda berkulit hitam manis bak Gula Jawa sesuai julukannya. Ia berasal dari Jawa, Indonesia. Pemuda dengan khas julukannya ini berhasil menamatkan pendidikan sarjana di University Oxford, London. Dan, saat ini ia berkesempatan bekerja di salah satu firma hukum London Thompson & Co.

 

Zaman mendapat tugas untuk menangani harta warisan berupa 1% saham di perusahaan multinasional, di mana jika dirupiahkan menghasilkan nominal sebesar 19 Triliun rupiah. Perempuan miliuner tersebut ialah seorang perempuan asal Indonesia bernama Sri Ningsih. Wanita tangguh nan mandiri dengan segudang kisah kelam yang membekas di setiap inci tubuhnya, hasil gumpalan darah bercampur daging berwujud manusia bernyawa yang ditakdirkan terlahir di Pulau Bungin, Sumbawa, Indonesia.

 

Tetapi, untuk mengumpulkan butir-butir jejak yang ditinggalkan Sri Ningsih semasa hidupnya, mengaharuskan Zaman terbang ke tanah ibu pertiwi untuk mendapatkan setiap detail debu yang telah menjadi saksi bisu perjalanan yang tampak kelabu. Ketika Zaman menapakkan kaki di Pulau Bungin, ia bertemu teman kecil Sri bernama Ode, dari sanalah sebagian masa kecil Sri diulas kembali. Bermula dari Sri dilahirkan, namun Sang perantara surga (ibu) yang memiliki nama Rahayu seindah taman surga telah berpulang dipangkuan tuhan.

 

Hari berlalu berganti minggu, bulanpun beranjak menyulam tahun, Sri kecil tanpa rengkuhan hangat tangan lembut tetap tumbuh menjadi seorang gadis periang, tidak pelak saat tersenyum membuat orang lain ikut terpingkal. Sedangkan Nugroho, nelayan pejuang keluarga usia berkepala tiga kembali jatuh cinta pada kembang desa Nusi Maratta. Sepasang yang terikat pernikahan ini membuahkan bayi bernama Tilamuta.  Tak lama dari peristiwa bahagia ini, Nugroho kembali melaut bersama kapal andalannya selama 10 hari.  Tetapi,  kepulangan kali ini berbeda tidak akan ada lagi kapal itu berduyun merapat di dermaga,  tidak ada lagi panggilan 'Sri...Sri.. ' dari ujung laut biru pekat. Nugroho tidak akan pulang mendekat, sri tenggelam bersama bahagia tersekat.

 

Sejak saat itu Nusi Maratta berubah 180 derajat. Sri yang baru berumur 9 tahun harus menelan pahitnya penyiksaan, pukulan rotan menghantam telak lengan Sri mungkin hal biasa yang sudah menjadi makanan sehari harinya. Bahkan, seringkali ia dihukum tidur di teras rumah, papan dipan tanpa alas yang selalu menjadi sandaran tubuhnya.


Angin pantai malam setia menyelimuti tubuh yang beranjak dewasa, suara gemelutuk menggiggil bagai musik irama pengiring tidur; tanpa penerangan, teguh sabar tak kenal dendam.  Sampai pada akhirnya, atas usulan kepal kampong, juga didukung keadaan rumah panggung yang ditinggali Sri, terbakar menghanguskan Ibu tirinya, kini Sri dan Tilamuta dirantaukan di pondok pesantren Surabaya.

 

Tahun 1961-1966 sesampai di sana, berbagai scenario misteri yang dilewati Sri, salah satunya kisah persahabatan juga kehidupan Sri yang berujung penghianatan dari salah satu ketiganya. Penyebab iri dengki membutakan segalanya. Bahkan, akibat dari pengkhianatan itu, tubuh paling pilu diterima oleh Tilamuta.  Ia ditemukan dengan tubuh tak terbentuk, potongan daging berserakan, sebagiannya telah dimakan anjing liar.

 

Terlepas kisah tersebut, tak lama Sri merantau  ke kota dengan julukan  metropolitan,  dengan segala hiruk pikuk keramainnya. Gemerlap lampu lampu kota menjadikan Sri pribadi pekerja keras.  Dapat dibilang, Sri orang pertama yang merevolusi cara pedagang kaki lima, ia juga menguasai seluruh pasar taksi jakarta, bahkan hal yang paling menakjubkan Sri memiliki perusahaan sabun 'Rahayu'. Namun, baru beberapa tahun, ia jual semua pabrik ditukar 1% saham multinasional.  Sesaat setelahnya, Sri terbang jauh ke belahan dunia bagian Eropa.

 

Tanggal 4 Januari 1980, London.  Hati Sri yang memaksa dirinya ada di sini,  satu soal yang belum terpecahkan. Namun, takdir tak mengizinkan Sri mencari adik tunggalnya. Sri hanya meggoreskan tinta mengukir setiap suku kata di atas kertas yang menjadi penentu nasib orang terdekatnya. Dan pada akhirnya, terungkap bahwa Tilamuta masih hidup ia diasingkan ke Paris sejak peristiwa pengkhianatan.

 

Paris 2002, Telah usai sudah perjalanan Sri dikota tujuan akhir. Segala kisah terkelam hingga bahagia tak lagi terpendam. Selalu didekap dalam rengkuhan. Tak lagi ia jinjing hiruk bisnis, meloncat lalu bersembunyi dari bising koaran buas. Dibalik dinding kekar Quay d'Orsay gedung tua yang berdiri didepan Menara Eiffel  hanya berjarak 10 meter. Ia lepaskan segala beban dunia menghembuskan napas terakhir dengan meninggalkan harta warisan satu miliar poundsterling atau berkisar 19 Triliun rupiah.


Tanpa ahli waris inilah yang menjadi permasalahannya, karena jika dibiarkan para lalat akan mengerubungi hingga kandas. Dan pada akhirnya, berhasil dibagikan sesuai apa yang telah diamanatkan untuk orang-orang yang pernah menolongnya tanpa terkecuali.

 

Dia Sri Ningsih anak perempuan dari nelayan sejati dengan kisah hidupnya yang mengajarkan kesabaran sesungguhnya.

Baca selengkapnya »
A QUIET PLACE: Sunyi Adalah Bunyi yang Tersembunyi

A QUIET PLACE: Sunyi Adalah Bunyi yang Tersembunyi

 


Oleh: Najwa Prama Putri, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta


     Bercerita tentang sepasang suami-istri, yakni Evelyn Abbott (Emily Blunt) dan Lee Abbott (John Krasinski) yang memiliki dua orang anak, seorang anak laki-laki yang mempunyai nyali  besar bernama Marcus Abbott (Noah Jupe) dan anak perempuannya yang beranjak remaja bernama Regan Abbott (Millicent Simmonds). Keluarga ini tinggal di sebuah rumah yang jauh dari keramaian.

 

Tinggal di rumah tersebut ternyata ada aturannya, mereka tidak boleh bersuara sedikitpun. Mereka harus menjaga ketenangan, kalau tidak, niscaya ada makhluk misterius yang akan meneror mereka. Karenanya, dalam berkomunikasi, mereka menggunakan bahasa isyarat.

 

Di awal film, semua tampak stabil. Mereka yang harus saling diam itu, sudah seperti sedang memainkan game yang mematikan. Komplikasi mulai muncul saat sang istri ternyata hamil dan putri mereka, Regan Abbott, tunarungu. Sang ayah mencoba membuat alat bantu “dengar” untuk putrinya. Meski berkali-kali gagal, ia tetap terus mencoba.

 

Teror muncul saat mereka lagi berjalan menyusuri jembatan, lalu Marcus buat kesalahan dengan menyalakan mainan pesawat yang suaranya begitu berisik. Para makhluk misterius itu datang dan mulai meneror keluarga itu. Di video trailer, bahkan ditunjukkan bagaimana dalam keadaan takut pun mereka harus tetap tidak bersuara.

 

Pada hari ke-89, si bungsu Beau (Cade Woodward) tewas ditikam monster lantaran menyalakan mainan pesawat yang ia bawa dari toko saat keluarganya mencari bahan-bahan makanan. Walaupun harus menahan duka yang mendalam atas kepergian Beau, keluarga Abott tetap melanjutkan hidup dalam keheningan di rumah mereka. Agar tidak menimbulkan suara, keluarga Abott menggunakan bahasa isyarat dalam percakapan sehari-hari, tidak mengenakan alas kaki, juga makan menggunakan tangan dan alas daun.

 

Suatu hari, sang ayah Lee (John Krasinski) mengajak putranya Marcus (Noah Jupe) pergi keluar untuk berlatih mempertahankan diri. Sedangkan sang putri Regan (Millicent Simmonds), pergi dari rumah lantaran kesal tidak diperbolehkan ikut. Lagi-lagi serangan monster datang dan menikam sepasang lansia di tengah hutan. Marcus dan Lee bersembunyi di belakang pohon, lalu bergegas kembali ke rumah setelah monster itu pergi.

 

Sementara itu, sang ibu Evelyn menghadapi hari yang sulit, di mana ia siap melahirkan saat tidak ada seorang pun di rumah. Keadaan semakin memilukan lantaran kakinya tertusuk paku saat ia menuruni tangga. Sambil menahan sakit, ia menyalakan lampu darurat dan bergegas ke kamar mandi untuk melahirkan. Betapa terkejutnya Marcus dan Lee, melihat lampu-lampu di sekeliling rumah berwarna merah, yang menandakan adanya bahaya di sana.

 

Marcus yang masih trauma dengan kejadian di hutan tadi, memberanikan diri menyalakan kembang api untuk mengalihkan perhatian. Sementara itu, Regan kembali dan bersembunyi di lumbung jagung bersama Marcus. Lee berhasil masuk ke rumah, dan membawa istri beserta anaknya ke ruang bawah tanah. Sadar akan bahaya yang mengancam, Lee mencari kedua anaknya di sekeliling perkebunan.


Lee meminta kedua anaknya bersembunyi di truk, tapi monster itu justru mendekati truk dan mulai menyerang. Lee yang menyayangi kedua anaknya, akhirnya berteriak dan mengorbankan dirinya.

 

Di “A Quiet Place Part II”, keheningan tetap mendominasi. Namun sekarang, kita sudah tahu apa yang terjadi bila keheningan itu pecah, sementara wujud para monster bukan lagi suatu rahasia (wajar, mengingat sekuel cenderung "lebih besar"). Alhasil, keheningannya tidak berdampak sebesar yang terdapat di film pertama.

 

Apakah artinya film ini buruk? Sama sekali tidak. Secara filmis, A Quiet Place Part II tergarap baik, membuktikan bahwa keberhasilan Krasinski di kursi penyutradaraan bukan semata kebetulan. Dia memang bertalenta. Tengok sekuen pembukanya, di mana kita dibawa mundur menuju hari pertama invasi monster. Meski telah "bocor" di beberapa materi promosi, superioritasnya tidak berkurang, bahkan jadi momen paling menegangkan selama 97 menit durasi. Krasinski menggambarkan betapa kacau nan mengerikan kala "kiamat" tiba. 

 

Lalu, kita melompat ke masa sekarang, tepat setelah akhir film pertama. Evelyn (Emily Blunt) membawa pergi Regan (Millicent Simmonds), Marcus (Noah Jupe), dan bayinya yang baru lahir, guna mencari penyintas lain. Di sinilah Krasinski, yang turut menulis naskahnya, mengambil keputusan cerdik. Sekuel horor biasanya mengambil salah satu dari dua arah berikut: melanjutkan kisah karakter lama, atau sepenuhnya memakai karakter baru. Krasinski menggabungkan keduanya, ketika Evelyn beserta anak-anaknya, tiba di tempat persembunyian Emmett (Cillian Murphy).

 

Emmett sempat menolak membantu Evelyn, hingga keputusan nekat Regan (yang meyakini bahwa masih ada harapan jika tidak hanya berdiam diri), memaksanya turun tangan. Nantinya rahasia mengenai Emmett terungkap, yang mungkin bakal dikupas di film ketiga. Tapi untuk sementara, hal tersebut hanya berakhir sebagai twist nihil esensi. 


Emmett mengambil peran Lee (John Krasinski) selaku protagonis yang mengalami pergolakan batin, tanpa harus mengesampingkan Evelyn sekeluarga. Emmett bukan orang asing. Adegan pembuka memperkenalkan penonton padanya, sebagai kawan lama Lee. Jadilah film ini tampil bak gabungan antara spin-off dengan sekuel tradisional. Unik, tanpa harus menjadi radikal.

 

Jika Blunt tetap solid sebagai heroin tangguh, sedangkan Simmonds tambah hebat mengolah emosi, Murphy menyuntikkan warna baru sebagai pria yang lelah, baik fisik maupun jiwa. Semangatnya terkikis namun belum habis. Melalui akting naturalnya, Murphy melahirkan transformasi meyakinkan, dari figur hangat menjadi dingin sebelum akhirnya menemukan lagi kehangatan itu. Selain penampilan sang aktor, transformasi Emmett tidak terasa setengah-setengah juga, karena keputusan Krasinski untuk lebih banyak mengolah drama, yang mungkin mengejutkan bagi penonton yang berharap film ini seutuhnya fokus pada aksi bertahan hidup dan teror.

 

Terkait teror, walau tak lagi seefektif dulu dalam membangun ketegangan saat berdiri sendiri, ibarat ketenangan sebelum badai menggempur, keheningan membuka jalan bagi Krasinski melempar deretan jump scare yang selalu berhasil menggedor jantung. Timing pengadeganannya sempurna. Selaku penulis pun Krasinski makin matang, yang nampak dari bagaimana ia memaparkan dua peristiwa terpisah secara simultan di klimaks, agar terasa dinamis.

 

Sedangkan konklusinya, seperti film pertama, berkutat soal "pertarungan bagi generasi masa depan". Repetisi? Garis besarnya, ya. Bahkan proses yang Emmett lalui serupa Lee, yakni menghadapi rasa bersalah akibat kehilangan sosok tercinta. Muncul pembeda, karena kali ini tongkat estafet telah dioper pada para generasi masa depan itu. Cara Krasinski menyuguhkan konklusinya kembali memunculkan kekaguman. Hopeful, indah, menegaskan kelengkapan bakatnya. Selain jago membuat teror, Krasinski juga dibekali sensitivitas menangani drama.


Pada film sekuel ini ada tokoh baru yang diperankan oleh Cillian Murphy, Emment. Dari kekagumannya menyaksikan A Quiet Place, ia sempat ingin mengirimkan email kepada John Krasinski, ia benar-benar tidak percaya kalau ia akan membintangi film yang dikaguminya itu.

 

Di film ini, Emment sangat berbeda dengan Lee. Walaupun sama-sama bertahan dari monster, tetapi ia memiliki cara pandang dalam bertahan. Ia memilih hidup sendirian, sedangkan keluarga Lee Abott tidak.

 

Tokoh Emment yang berbeda pandangan dengan keluarga Abott

 

Pada film sekuel ini ada tokoh baru yang diperankan oleh Cillian Murphy, Emment. Dari kekagumannya menyaksikan A Quiet Place, ia sempat ingin mengirimkan email kepada John Krasinski, ia benar-benar tidak percaya kalau ia akan membintangi film yang dikaguminya itu.

 

Di film ini Emment sangat berbeda dengan Lee. Walaupun sama-sama bertahan dari monster, tetapi ia memiliki cara pandang dalam bertahan. Ia memilih hidup sendirian, sedangkan keluarga Lee Abott tidak.

 

Peran besar dalam film ini justru ada pada Regan yang diperankan oleh Millicent Simmonds.

 

Agar tetap selamat dari ancaman monster yang mampu mendeteksi keberadaan dari suara itu, Regan harus menjaga ibu dan kedua adiknya. Millicent Simmonds sebagai pemeran Regan benar-benar mengeksplorasi perannya pada film ini.

 

Ia berusaha menggantikan ayahnya untuk mencari solusi di tengah permasalahan yang datang tiba-tiba. Ia melanjutkan apa yang pernah dikerjakan ayahnya, yaitu mencari tahu kelemahan monster tersebut. Regan selalu terinspirasi oleh mendiang ayahnya.

 

Monster yang digambarkan di Film ini adalah monster yang cepat berkembang dan punya kepintaran.

 

Kalau pada film pertama, monster-monster hanya menyerang apapun secara brutal, mereka digambarkan sebagai makhluk yang berkeliaran dan tidak pandang bulu. Berbeda, pada film sekuel ini. Monster-monsternya seperti telah memahami bahwa semakin sedikit suara, mereka semakin mudah mengintai manusia dan mereka juga semakin berbahaya.

 

Itulah beberapa fakta yang ada pada film A Quiet Place ini.

 

Meski ada sulih bahasa di setiap kode isyarat yang disampaikan, sineas A Quiet Place berhasil merangkai cerita utuh yang disertai ketegangan nyaris tanpa dialog, dan itu mengesankan. Emosi penonton diincar agar tak perlu membuat takut bioskop dengan efek-efek kejutan layaknya film horor lain.

 

Meski begitu, film ini bukan tanpa cacat. Mungkin karena lingkup konflik yang terlalu kecil, film ini kurang menghadirkan klimaks yang apik. Kengeriannya seakan tak sampai ke puncak. Sampai film berakhir, tingkat kengerian cenderung sama dari awal sampai akhir.


Dengan kelihaian mengolah kesunyian jadi malapetaka, A Quiet Place mampu memuncaki box office Amerika Serikat di pekan pertama April 2018. Film ini meraup US$50 juta, mengalahkan Ready Player One, Blockers bahkan Black Panther.

Baca selengkapnya »