Kumpulan Puisi "Cinta dan Luka"

Kumpulan Puisi "Cinta dan Luka"

                              Sumber: https://needinc.org/


Oleh: Alifia Rahmah, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta


Suaramu

 

Suaramu bagaikan candu

 

yang ingin kudengar selalu

 

setiap kata terucap

 

menghanyutkan rasa di hatiku

 

alunan nada dari bibirmu

 

membuatku terpaku

 

suara merdu itu

 

bergemercik di telingaku

 

suara yang membuat rindu

 

selalu terdengar merdu

 

lantunan nada syahdu

 

mengisi di ruang hidupku

 

 

Monokrom

 

Hidup dalam hitam dan putih

tak tentu arah kemana pergi

 

menangisi diri

 

mencari arah berlari

 

hidup tak berwarna

 

seperti buta akan dunia

 

tak tau jati diri

 

membuat rasa perih

 

jalan tak tentu arah

 

membawa diri tanpa bayang

 

melihat kosong ke depan

 

dengan keringat bercucuran

 

 

Senja

 

Begitu indahnya senja

 

membuat orang terpaku

 

terhanyut dalam keindahan

 

yang cepat sekali berlalu

 

senja memberi kedamaian

seperti hati yang dilapisi

 

warnanya menyemburat

 

menghiasi langit nan indah

 

senja cepat berlalu

 

hanya dilihat orang beruntung

 

senja datang lalu pergi

 

tanpa permisi dan pamit

 

 

Semesta

 

Sang fajar bersuara

 

membangunkan lelap tidurnya

 

menggerakkan diri

 

menghadapi hari ini

 

semburat biru yang indah

 

menghiasi angkasa raya

 

mengajarkan bersyukur

 

tentang hari cerah

 

semesta tak pernah tidur

menyaksikan isinya

 

memberi keindahan ditiap corak

 

memberi getaran ditiap langkah

 

 

Bumi dan Lukanya

 

Banyak insan tak sadar

 

banyak orang yang lalai

 

sembarang melukai

 

dan tidak menyadari

 

bumi kita kuat

 

bertahan hingga kini

 

walau seringkali pedih

 

diabaikan hingga merintih

 

bumi kita sedang sakit

 

patut dirawat dan disayangi

 

bumi tak mengeluh

 

hanya mengharap kasih

 

Renjana

 

Banyak janji yang terucap

 

namun itu semua fana

 

ucapan membuat terpana

 

fakta menghancurkan semua

 

sanubari ini sangat dalam

 

menanti di kesunyian

 

mengingat hal yang telah usai

 

mengharap harapan datang

 

semua datang untuk pergi

 

ada yang datang untuk pulang

 

jika semua berlalu,

 

hanya kata yang teringat

 

 

Doyoung

 

Meski tak pernah bertemu

 

dirimu menghangatkanku

 

senyummu begitu candu

 

membuatku terlena

 

gerakan indahmu

 

menghanyutkanku dalam rasa

 

menginginkanmu selalu

 

hadir dalam hatiku

 

suara merdumu itu

 

membuatku terbuai keindahan

 

membuat candu setiap saat

 

membuat jatuh hati ini setiap saat

 

 

Corona

 

banyak waktu belalu

 

mengapa kau tak kunjung usai

 

hadirmu tak diharapkan

 

melukai banyak orang

 

hadirmu begitu mengejutkan

 

engkau tak diundang

 

namamu selalu terdengar

mengambil nyawa banyak insan

 

bisakah kau pergi?

 

hadirmu merugikan

 

menambah cemas haribaan

 

memberi duka setiap insan

 

 

Elegi

 

Hati ini menangis

 

mengingatmu dalam kenangan

 

dengan pilunya hati ini

 

mengingatmu dalam pikiran

 

perih sering dirasa

 

tak bisa terhalang kata

 

meratapi dunia

 

menyesali yang ada

 

sedih amat terasa

 

menghujam hati terdalam

 

merutuki diri sendiri


menangis di dalam sepi

Baca selengkapnya »
Sultan Muhammad al-Fatih dan Jatuhnya Konstantinopel

Sultan Muhammad al-Fatih dan Jatuhnya Konstantinopel

 

                           Sumber: https://hforhistory.co.uk/


Oleh: Danendra Sindhu Pradipa, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta


    Pernah terjadi suatu peristiwa yang bagi orang-orang di masa itu adalah hal yang mustahil. Peristiwa yang merealisasikan janji rasulullah. Peristiwa yang selama ratusan tahun menjadi mimpi turun-temurun. Peristiwa itu adalah Jatuhnya Konstantinopel.

 

Konstantinopel adalah kota yang indah dan memiliki peradaban yang maju. Hal yang wajar, jika banyak pemimpin dunia ingin merebut kota tersebut. Tetapi, Kota Konstantinopel dilindungi oleh tembok yang terdiri dari tiga lapis yang selama seribu tahun tidak pernah jebol. Ribuan cara telah dicoba, tetapi tidak satupun ada yang berhasil. Pernah ada yang coba menggali tanahnya untuk masuk ke Kota Konstantinopel, sialnya, prajurit pertahanan Konstantinopel menaruh genangan air di atas tanah, yang jika ada sedang menggali, maka air tersebut akan berguncang, lalu mereka akan menggali dan membakar pasukan tersebut.


Kesultanan Utsmaniyah adalah kesultanan yang didirikan oleh Ertugrul Gazi pada tahun 1299. Kesultanan ini pada awalnya bermula dari kota kecil yang bernama Iznik. Kesultanan Utsmani memiliki mimpi untuk menaklukan kota yang sangat indah dan memiliki peradaban yang maju, yaitu Kota Konstantinopel.


Berawal dari sebuah mimpi seseorang yang bernama Osman Gazi, beliau adalah sultan pertama dari kesultanan Ustmani. Mimpi tersebut ia dapatkan saat sedang menginap di rumah gurunya (Syekh Edebali). Mimpi itulah yang akan menjadi semangat turun-temurun untuk mengembangkan wilayah kekuasaannya.

 

Aşıkpaşazade (Darwis Ahmad) seorang ahli sejarah Utsmani menuliskan mimpi Osman Ghazi sebagai berikut:

 

“Dia melihat bulan muncul dari dada pria suci (Syekh Edebali) itu dan mulai terbenam di dadanya sendiri. Sebuah pohon kemudian tumbuh dari pusarnya dan bayangannya melingkungi dunia. Di bawah bayangannya ada gunung-gunung, dan aliran-aliran sungai mengalir keluar dari kaki setiap gunung. Beberapa orang minum dari air yang mengalir ini, yang lain menyirami kebun, sementara yang lain menyebabkan air mancur mengalir. Ketika Osman terbangun dia menceritakan kisah itu kepada orang suci itu (Syekh Edebali), dia berkata, ‘Osman, putraku, selamat, karena Allah telah memberikan kekaisaran kepadamu dan keturunanmu, dan putriku Malhun akan menjadi istrimu’.”

 

Ratusan tahun berlalu, tetapi tidak satupun sultan dari Kesultanan Ustmani yang mampu menaklukan Konstantinopel. Hingga pada tahun 30 Maret 1432, lahirlah seorang putra bernama Mehmed bin Murad atau Mehmed II. Beliau merupakan anak dari Murad II dan Huma Hatun. Mehmed II lahir pada 30 Maret 1432 di Edirne, yang pada masa itu adalah ibukota Utsmani. Mehmed II sudah memimpin Amasya saat berusia 11 tahun. Pada tahun 1451, saat masih berumur 19 tahun ia diangkat lagi menjadi sultan karena ayahnya telah meninggal. Hal yang menjadi tujuan utamanya adalah menaklukan Konstantinopel.

 

Sehingga, dia memusatkan perhatiannya untuk memperkuat angkatan laut Utsmani untuk persiapan penaklukan Konstantinopel. Di tepi Selat Bosporus bagian Asia, telah berdiri benteng Anadolu Hisari yang dibangun oleh Sultan Bayezid I. Mehmed menindaklanjuti dengan membangun benteng Rumeli Hisari yang lebih kokoh di tepi Eropa Bosporus. Pembangunan ini menjadikan Utsmani memiliki kendali penuh atas Selat Bosporus. Setelah pembangunan benteng, Mehmed memerintah pemungutan pajak atas setiap kapal yang melewati selat. Mengetahui hal itu, Kaisar Konstantin mengirim utusan untuk melakukan protes dan ditolak oleh Mehmed II dengan mengatakan “Serahkan kota atau perang”. Dan, Sang Kaisar pun memilih perang.

 

Pada waktu lain, terdapat seorang ahli meriam dari Hungaria bernama Orban datang ke Sultan Mehmed II untuk menawarkan meriam, setelah sebelumnya ia menawarkan Kaisar Konstantin, tapi tidak mendapatkan kejelasan. Sultan pun tertarik akan tawaran yang dia ajukan, tetapi Sultan meminta ukuran yang dua kali lebih besar dari ukuran normal, balasannya adalah Orban akan dibayar empat kali lipat dari yang Kaisar Konstantin janjikan. Setelah beberapa waktu Orban mampu membuat total 69 meriam, satu meriam berukuran 8,4 meter yang disebut sebagai the great turkish bombard, satu berukuran 5,2 meter, dan sisanya berukuran standar.

 

Pada tanggal 23 Maret 1453, pasukan Utsmani mulai bergerak dari Edirne dan terbagi menjadi tiga bagian. Dari selatan, mereka mencoba masuk melalui Laut Marmara dan membawa 400 kapal berjenis Biremme. Lalu dari Timur, mereka mencoba masuk ke Tanduk Emas dengan beberapa kapal-kapal. Dari sebelah barat, sebanyak 250.000 pasukan dikerahkan termasuk meriam yang ditarik oleh kerbau dan dibantu oleh orang-orang yang meratakan jalanan.

 

Pada 1 April 1453, Kaisar Konstantinopel meminta bantuan dari kerajaan-kerajaan Kristen di Eropa. Tetapi, hanya ksatria bayaran bernama Giovanni Giutiniani dan seribu pasukannya yang datang. Kaisar Konstantin menunjuknya menjadi panglima yang melindungi tembok barat konstantinopel. Untuk mencegah masuknya pasukan Utsmani dari Tanduk Emas, Kaisar memerintahkan untuk memasang rantai yang sangat besar dari Konstantinopel sampai ke Galata.

 

Sebelum peperangan dimulai pada 6 April 1453, Sultan memberikan tawaran pada Kaisar sebagaimana yang disabdakan oleh rasulullah. Pertama, tawarkan mereka untuk masuk Islam, kedua tawari mereka untuk membayar jizyah dan ketiga, maka perangilah orang-orang yang memerangi kalian/orang yang dzalim. Tetapi, Kaisar Konstantin lebih memilih untuk perang. Siang harinya, mereka melakukan Salat Jumat di depan tembok konstaninopel dengan jarak yang cukup dekat untuk dilihat dan cukup jauh untuk diserang.

 

Setelah Salat Jumat penyerangan dimulai, dari seletan 400 kapal dikalahkan oleh 27 kapal carrack konstantinopel. Pasukan yang mencoba masuk ke Tanduk Emas pun, terhalangi oleh rantai-rantai besar yang tidak mampu untuk dilewati. Dari barat, meriam-meriam yang besar itu gagal untuk meruntuhkan tembok konstantinopel. Karena meriam itu hanya bisa menembak sekali dalam 3 jam dan sebelum tembakan selanjutnya, pasukan pertahanan konstantinopel mampu menguatkan temboknya kembali. 


Alih-alih memerintahkan untuk menyerang, Sultan Mehmed memerintahkan pasukannya untuk menunggu dan menutupi parit-parit yang berada di depan tembok konstantinopel dengan tanah dan kayu. Lalu, pada tanggal 12 April, semua pasukan dan meriam telah sampai, maka terjadilah serangan yang sangat besar pada saat itu dan tembok konstantinopel masih berdiri dengan kokoh.



Setelah berhari hari pengepungan, tembok itu masih berdiri dan moral para prajurit-prajurit mulai hancur. Pembangkangan mulai terjadi dan seorang penasehat Sultan, bernama Halil Pasha menerima sogokan yang diberikan oleh pihak konstantinopel untuk mengajak Sultan menyerah. Tetapi, seorang ksatria bernama Zaganos Pasha, memberantas pembangkangan yang terjadi dan berhasil meyakinkan sultan untuk tetap meneruskan peperangan.

 

Peperangan pun dilanjutkan setelah melalui diskusi. Tetapi, pihak Utsmani masih kebingungan bagaimana cara untuk meruntuhkan tembok konstantinopel. Lalu, Mehmed II pun sadar bahwa cara satu satunya adalah dengan masuk ke Tanduk Emas untuk memecah perhatian pasukan pertahanan yang menjaga tembok di barat. Malangnya, mereka masih tidak menemukan cara untuk masuh ke Tanduk Emas. Semua pejabat bingung, dan pada akhirnya Mehmed II menemukan caranya. Caranya adalah, dengan melabuhkan kapal-kapal terlebih dahulu di Galata, lalu membuat jalan dengan kayu-kayu yang diolesi minyak. Setelah itu, kapal-kapal tersebut dipindahkan ke Tanduk Emas melalui Galata setinggi 60 meter dan sejauh 2 km. Sebanyak 72 kapal berhasil dilabuhkan di Tanduk Emas dalam waktu satu malam.

 

Masuknya kapal-kapal Utsmani tidak serta merta mengakhiri pengepungan. Rapat darurat digelar oleh Kaisar dan sekutunya untuk memecahkan masalah tersebut. Terdapat dua usulan yang menjadi pilihan utama. Menyerang langsung kapal-kapal Utsmani atau menunggu bantuan dari Roma yang masih dijalan. Pilihan pertama pun dipilih dan kapal kapal konstantinopel gagal untuk mengalahkan kapal kapal Utsmani.

 

Peperangan masih berlanjut sampai 27 Mei 1453, sampai pasukan Utsmani berhasil membuat lubang yang sangat besar. Pada 28 Mei 1453, Mehmed II memerintahkan pasukannya untuk berhenti berperang. Mehmed II memerintahkan pasukannya untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Dan pada pagi hari tanggal  29 Mei 1453, Mehmed II memberikan khotbah yang tercatat sampai saat ini.



Maka, pasukan Utsmani dibagi menjadi tiga bagian. Pasukan pertama menyerang dari jam dua sampai jam empat. Pasukan Sipahi menggempur dari jam 4 sampai jam enam. Setelah itu, dikerahkanlah pasukan elit yaitu Janissary dan tepat sebelum matahari terbenam, Kota Konstantinopel berhasil ditaklukan. Sultan Mehmed II atau Muhammad Al-Fatih masuk ke kota melalui Gate Of Charisius


Setelah ratusan tahun, akhirnya, mimpi dan impiannya telah terwujud. Konstantinopel, telah jatuh ke dalam pangkuan Kesultanan Utsmaniyah.



Baca selengkapnya »
Kisah Mahabharata

Kisah Mahabharata

 

Oleh: Imelda Sabila Rusdi, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta


    Mahabharata adalah salah satu dari dua cerita kepahlawanan (wiracarita) besar dari India kuno yang ditulis dalam bahasa sanskerta, wiracarita besar yang satu lagi adalah Ramayana. Mahabharata menceritakan tentang perang antar saudara yaitu pandawa dan kurawa yang memperebutkan tahta dari kerajaan Hastinapura.

 

Kitab Mahabharata ditulis oleh Empu Wiyasa Nyoman S. Pendeta dalam halaman pendahuluan Mahabharatanya menyebutkan, bahwa Mahabharata dikarang oleh 28 Wiyasa (Empu sastra) yang dipersonifikasikan sebagai seorang Maharsi Wiyasa (kakek Pandawa dan Kurawa). Selain berisi cerita kepahlawanan (wiracarita), Mahabharata juga mengandung nilai-nilai Hindu, mitologi, dan pelbagai petunjuk lainnya. Oleh sebab itu, kisah Mahabharata ini dianggap suci, teristimewa oleh para pemeluk agama Hindu.

 

Pada awal abad ke-20, kitab Mahabharata telah diterjemahkan ke dalam 300 lebih bahasa sehingga hampir seluruh dunia mengenalnya. Asal mula cerita ini ditulis dalam bentuk puisi yang disebarkan dari lisan secara turun temurun. Kemudian, setelah manusia bisa menulis dan membaca, barulah dijadikan cerita yang ditulis dengan indah dalam bentuk puisi dan prosa. Kitab Mahabharata ini juga sering disebut dengan Asthadasaparwa. Astha berarti delapan, dasa berarti sepuluh, dan parwa artinya bagian. Jadi, kitab Mahabharata ini terdiri dari 18 bagian, yang mana sebagian besar menceritakan tentang peperangan antara pandawa dan kurawa selama 18 hari.

 

Nah, sekarang kita masuk ke cerita singkat mengenai Mahabharata. Mahabharata merupakan kisah kilas balik yang diturunkan oleh Resi Wesampayana kepada Maharaja Janamejaya. Mahabharata  banyak memunculkan nama raja-raja besar pada zaman India kuno, yaitu seperti Bharata, Kuru, Parikesit, dan Janamejaya. Mahabharata merupakan kisah besar keturunan Bharata yang mana Bharata merupakan salah satu raja yang menurunkan tokoh-tokoh utama dalam cerita Mahabharata.

 

Kisah sang Bharata diawali degan pertemuan Raja Duswanta dengan Sakuntala. Raja Duswantara adalah seorang raja  besar dari Chandrawangsa keturunan yayati, menikahi Sakantula yang merupakan seorang dari pertapa Bagawan Kanwa, yang kemudian dikaruniai keturunan yaitu Bharata. Seorang raja legendaris yang menaklukan daratan India Kuno, lanjut setelah ditaklukkannya India kuno wilayah kekuasaannya disebut Bharatawarsa, yang berarti wilayah kekuasaan Maharaja Bharata.

 

Sang Bharata mempunyai keturunan yaitu Sang Hasti, yang kemudian mendirikan sebuah pusat pemerintahan yang bernama Hastinapura. Dari keluarga tersebut lahirlah Sang Kuru yang menguasai dan menyucikan sebuah daerah luas yang disebut dengan Kurukshetra. Sang Kuru menurunkan Dinasti Kuru atau Wangsa Kurawa. Dalam Dinasti tersebut, lahirlah Pratipa yang menjadi ayah dari Prabu Santanu, leuhur dari Pandawa dan Kurawa. Kerabat Wangsa Kurawa (Dinasti Kuru) adalah Wangsa Yadawa, karena kedua wangsa tersebut lahir dari leluhur yang sama, yaitu Maharaja Yayati. Dalam silsilah Wangsa Yadawa, lahirlah Prabu Basudewa yaitu raja di kerajaan Surasena yang kemudian berputra sang Krishna, yang mendirikan kerajaan Dwaraka. Sang Krishna dari bangsa Yadawa bersepupu dengan Pandawa dan Kurawa yang berasal dari Wangsa Kurawa.

 

Prabu Santanu adalah seorang raja yang mahsyur dari garis keturunan Sang Kuru, yang berasal dari Hastinapura. Prabu Santanu menikah dengan Dewi Gangga yang dikutuk agar turun ke bumi. Namun, Dewi Gangga meninggalkannya karena Prabu santanu melanggar perjanjian pernikahan. Dari pernikahan Prabu Santanu dan Dewi Gangga, lahir anak yang diberi nama Dewabrata atau Bisma. Setelah ditinggal oleh Dewi Gangga, Prabu Santanu menjadi duda. Beberapa tahun kemudian, Prabu Santanu melanjutkan kehidupannya. Ia menikah dengan Dewi Satyawati, putri nelayan. Dari hubungannya dengan Dewi Satyawati, dikaruniai putra Sang Citranggada dan Wicitrawirya. Citranggada wafat pada usia muda dalam pertempuran, kemudian ia digantikan oleh adiknya yaitu Wicitrawirya. Malangnya, ia juga wafat dan belum sempat memiliki keturunan. Atas bantuan Resi Byasa, kedua istri Wicitrawirya, yaitu Ambika dan Ambalika masing-masing melahirkan seorang putera, nama mereka Pandu (dari Ambalika) dan Dretarasta (dari Ambika).

 

Dretarasta terlahir buta, maka tahta Hastinapura diserahkan kepada adiknya yaitu Pandu. Pandu menikah dengan Kunti. Kemudian, Pandu menikah untuk yang kedua kalinya dengan Madrim. Sialnya, akibat suatu kesalahan Pandu pada saat memanah seekor kijang yang sedang kasmaran, maka kijang tersebut mengeluarkan (Supata=Kutukan), bahwa Pandu tidak akan merasakan lagi hubungan suami-istri. Dan bila dilakukannya, maka Pandu akan mengalami ajal. Kijang tersebut kemudian mati dengan berubah menjadi wujud aslinya yaitu seorang pendeta.

 

Kemudian, karena mengalami kejadian buruk seperti itu, Pandu lalu mengajak kedua istrinya untuk bermohon kepada Hyang Maha Kuasa agar dapat diberikan anak. Lalu, Batara guru mengirimkan Batara Dharma untuk membuahi Dewi Kunti sehingga lahir anak yang pertama yaitu Yudistira. Lanjut, Batara Guru mengutus Batara Indra untuk membuahi Dewi Kunti shingga lahirlah Arjuna, dan Batara Bayu dikirim juga untuk membuahi Dewi Kunti sehingga lahirlah Bima, dan yang terakhir, Batara Aswin dikirimkan untuk membuahi Dewi Madrim, dan lahirlah Nakula dan Sadewa. Ke-5 putera Pandu tersebut dikenal sebagai Pandawa.

 

Dretarasta yang buta kemudian menikah dengan Gandari, dan dikaruniai 100 orang putera dan seorang puteri yang dikenal dengan sebutan Kurawa. Pandu dan Dretarasta memiliki saudara bungsu yaitu Widura. Widura mempunyai seorang anak bernama Sanjaya yang memiliki kemampuan melihat masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Keluarga Pandu, Dretarasta dan widura yang membangun jalan cerita Mahabharata.

 

Pandawa dan Kurawa adalah dua kelompok yang memiliki sifat berbeda, namun terlahir dari keturunan yang sama, yaitu Kuru dan Bharata. Kurawa (khususnya Duryodana) memiliki sifat licik dan selalu iri hati terhadap kelebihan para Pandawa. Sedangkan, para Pandawa memiliki sifat sabar dan tenang ketika ditindas oleh para sepupunya, yaitu Kurawa. Ayah dari para Kurawa yaitu Dretarasta sangat menyanyangi putera-puteranya . Hal itulah, yang membuat dia mudah terhasut oleh iparnya yakni Sangkuni dan anak kesayangannya yaitu Duryodana agar mengizinkannya melakukan rencana jahat untuk menyingkirkan para Pandawa.

 

Pada suatu ketika, Duryodana mengundang Kunti dan para Pandawa untuk liburan. Di sana mereka menginap di sebuah rumah yang sudah disediakan oleh Duryodana. Pada malam hari, rumah itu dibakar. Namun, para Pandawa diselamatkan oleh Bima sehingga mereka tidak terbakar hidup-hidup dalam rumah tersebut. Usai menyelamatkan diri, Pandawa dan Kunti masuk hutan. Di hutan tersebut Bima bertemu dengan seorang raksasa yang bernama Hidimba dan membunuhnya, lalu menikahi adiknya, yaitu rakshasi Hidimbi. Dari pernikahannya tersebut, lahirlah Gatotkaca.

 

Setelah melewati hutan rimba, Pandawa melewati Kerajaan Panchala yang mana di sana tersiar kabar bahwa Raja Drupada menyelenggarakan sayembara untuk memperebutkan Dewi Dropadi. Karena seorang ksatria mengikuti sayembara tersebut, tetapi ditolak oleh Dropadi. Pandawa pun turut serta menghadiri sayembara tersebut, namun mereka berpakaian seperti kaum brahmana.

 

Pandawa ikut sayembara untuk memenangkan lima macam sayembara yakni, Yudistira untuk memenangkan sayembara filsafat dan tatanegara, Arjuna untuk memenangkan sayembara senjata Panah, Bima memenangkan sayembara Gada dan Nakula-Sadewa untuk memenangkan sayembara senjata Pedang. Pandawa berhasil melakukannya dengan baik untuk memenangkan sayembara.

 

Dropadi harus menerima Pandawa sebagai suami-suaminya, karena sesuai janjinya siapa yang dapat memenangkan sayembara yang dibuatnya itu, akan menjadi suaminya walau menyimpang dari keinginannya yaitu, sebenarnya yang diinginkan hanya seorang Satriya.

 

Setelah itu, perkelahian terjadi karena para hadirin menggerutu. Sebab, kaum brahmana tidak selayaknya mengikuti sayembara. Pandawa berkelahi kemudian meloloskan diri. Sesampainya di rumah, mereka berkata kepada ibunya, yaitu Kunti bahwa mereka datang membawa hasil meminta-minta. Ibu mereka pun menyuruh agar hasil tersebut dibagi rata untuk seluruh saudaranya. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa anak-anaknya tidak hanya membawa hasil meminta-minta, namun juga seorang wanita. Tak pelak lagi, Dropadi menikahi kelima Pandawa.

 

Kemudian, agar tidak terjadi pertempuran sengit antara Pandawa dan Korawa, Kerajaan Kuru dibagi dua untuk dibagi kepada Pandawa dan Kurawa. Kurawa memerintah Kerajaan Kuru induk (pusat) dengan ibukota Hastinapura, sementara Pandawa, memerintah Kerajaan Kurujanggala dengan ibukota Indraprastha. Baik Hastinapura maupun Indraprastha, memiliki istana yang megah, dan di sanalah Duryodana tercebur ke dalam kolam yang ia kira sebagai lantai, sehingga dirinya menjadi bahan ejekan bagi Dropadi. Hal tersebut membuatnya bertambah marah kepada para Pandawa.

 

Untuk merebut kekayaan dan kerajaan Yudistira, Duryodana mengundang Yudistira untuk bermain dadu ini atas ide Sangkuni, hal ini dilakukan sebenarnya untuk menipu Pandawa. Yudistira diundang untuk bermain dadu dengan taruhan. Yudistira yang gemar main dadu tidak menolak undangan tersebut dan bersedia datang ke Hastinapura.

 

Pada saat permainan dadu, Duryodana diwakili oleh Sangkuni yang licik sebagai bandar dadu yang memiliki kesaktian untuk berbuat curang. Permulaan permainan taruhan senjata perang, taruhan pemainan terus meningkat menjadi taruhan harta kerajaan. Selanjutnya, prajurit dipertaruhkan, dan sampai pada puncak permainan kerajaan yang menjadi taruhan, Pandawa kalah, habislah semua harta dan kerajaan Pandawa termasuk saudara juga dipertaruhkan dan yang terakhir yakni istrinya Dropadi dijadikan taruhan juga.

 

Dalam peristiwa tersebut, karena Dropadi sudah menjadi milik Duryodana, pakaian Dropadi ditarik (dilucuti) oleh Dursasana adik dari Duryodana. Karena sudah menjadi harta Duryodana sejak Yudistira kalah main dadu, namun usaha tersebut tidak berhasil untuk membuka pakaian Dropadi, karena setiap pakaian yang dibuka dibawah pakaian ada pakaian lagi. Begitupun seterusnya tak ada habisnya berkat pertolongan gaib dari Sri Krishna.

 

Karena istrinya dihina, Bima bersumpah akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya kelak. Setelah mengucapkan sumpah tersebut, Dretarastra merasa bahwa malapetaka akan menimpa keturunannya, maka ia mengembalikan segala harta Yudistira yang dijadikan taruhan.

 

Duryodana yang merasa kecewa karena Dretarastra telah mengembalikan semua harta yang sebenarnya akan menjadi miliknya, menyelenggarakan permainan dadu untuk yang kedua kalinya. Kali ini, siapa yang kalah harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama setahun, dan setelah itu berhak kembali lagi ke kerajaannya. Untuk yang kedua kalinya, Yudistira mengikuti permainan tersebut dan sekali lagi ia kalah. Karena kekalahan tersebut, Pandawa terpaksa meninggalkan kerajaan mereka selama 12 tahun dan hidup dalam masa penyamaran selama setahun.

 

Setelah masa pengasingan habis dan sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa berhak untuk mengambil alih kembali kerajaan yang dipimpin Duryodana. Namun, Duryodana bersifat jahat dan licik. Ia tidak mau menyerahkan kerajaan kepada Pandawa, walau seluas ujung jarum pun. Hal itu membuat kesabaran Pandawa habis. Misi damai dilakukan oleh Sri Krishna, namun ditolak oleh para Kurawa. Akhirnya, pertempuran antara Pandawa dan Kurawa tidak dapat dielakkan lagi.

 

Pandawa berusaha mencari sekutu dan ia mendapat bantuan pasukan dari Kerajaan Kekaya, Kerajaan Matsya, Kerajaan Pandya, Kerajaan Chola, Kerajaan Kerala, Kerajaan Magadha, Wangsa Yadawa, Kerajaan Dwaraka, dan masih banyak lagi. Selain itu para ksatria besar di Bharatawarsha seperti misalnya Drupada, Satyaki, Drestadyumna, Srikandi, Wirata, dan lain-lain ikut memihak terhadap Pandawa.

 

Sementara itu, Duryodana meminta Bisma kakek para Pandawa dan juga Kurawa untuk memimpin pasukan Korawa sekaligus mengangkatnya sebagai panglima tertinggi pada pasukan Kurawa. Kurawa dibantu oleh Resi Drona dan putranya Aswatama, kakak ipar para Korawa yaitu Jayadrata, serta guru Krepa, Kretawarma, Salya, Sudaksina, Burisrawas, Bahlika, Sangkuni, Karna, dan masih banyak lagi.

 

Pertempuran berlangsung selama 18 hari penuh. Dalam pertempuran itu, banyak sekali ksatria yang gugur, seperti misalnya Abimanyu anak dari Arjuna dan Subadra, Drona, Karna, Bisma, Gatotkaca, Irawan, Raja Wirata dan puteranya, Bhagadatta, Susharma, Sangkuni, dan masih banyak lagi. Selama 18 hari tersebut dipenuhi oleh pertumpahan darah dan pembantaian yang mengenaskan. Pada akhir hari kedelapan belas, hanya sepuluh ksatria yang bertahan hidup dari pertempuran tersebut, mereka adalah: Lima Pandawa, Yuyutsu, Satyaki, Aswatama, Krepa dan Kretawarma.

 

Setelah perang berakhir, Yudistira dinobatkan sebagai Raja di Hastinapura. Setelah memerintah selama beberapa lama, ia menyerahkan tahta kepada cucu Arjuna, yaitu Parikesit. Kemudian, Yudistira bersama Pandawa dan Dropadi mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir perjalanan mereka. Di sana mereka meninggal dan mencapai surga. Parikesit memerintah Kerajaan Kuru dengan adil dan bijaksana. Ia menikahi Madrawati dan memiliki putera bernama Janamejaya. Janamejaya menikahi Wapushtama (Bhamustiman) dan memiliki putera bernama Satanika. Satanika berputera Aswamedhadatta. Aswamedhadatta dan keturunannya kemudian memimpin Kerajaan Wangsa Kuru di Hastinapura.

 

Dari kisah Mahabharata tersebut terdapat banyak sekali nilai-nilai yang bisa kita jadikan sebagai pelajaran hidup diantaranya:

 

-       Tuhan tidak akan membiarkan kejahatan menang melawan kebaikan.

 

-       Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita terhadap orang lain.

 

-       Kita tidak boleh menjadi orang yang serakah.

 

-       Pahlawan bukanlah dia yang paling kuat, tetapi yang sabar dan rela berkorban untuk orang lain.

 

-   Dan masih banyak yang lain.

Baca selengkapnya »
Rasuna Said: Feminis Dari Sumatra Barat

Rasuna Said: Feminis Dari Sumatra Barat

 

                    Sumber: https://id.wikipedia.org/


Oleh: Elysia Yasmine Rafaida, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta


    Bagi warga Jakarta, nama Rasuna Said memang sudah tak asing didengar. Tapi, masih belum banyak yang tahu, nama sebuah jalan di kawasan kuningan Jakarta Selatan tersebut adalah nama yang patut kita kenang jasa dan pengorbanannya.

 

Dialah  Hajjah Rangkayo Rasuna Said (H.R. Rasuna Said). Beliau lahir di Maninjau, Agam, Sumatra Barat, 14 September 1910 adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan juga merupakan pahlawan nasional Indonesia. Seperti Kartini, ia juga memperjuangkan adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Ia dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

 

Begitulah, perkenalan singkat dari H.R Rasuna Said. Di sini, saya akan mengangkat opini saya tentang kisah inspiratif dari Rasuna Said.


Perjuangan politik dimulai Rasuna, saat beraktivitas di Sarekat Rakyat sebagai sekretaris. Kemudian, dia bergabung sebagai anggota di Persatuan Muslim Indonesia. Rasuna Said juga ikut mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI). Dan juga, dia mendirikan Sekolah Thawalib di Padang, dan memimpin Kursus Putri dan Normal Kursus di Bukit Tinggi Saat terjun dalam dunia politik, Rasuna dikenal dengan kemahirannya berpidato. Isi pidato yang disampaikannya selalu tajam menyangkut penindasan pemerintah Belanda ketika tahun 1930.

 

Akibat pidato yang menyinggung Belanda, Rasuna akhirnya ditangkap dan dipenjara tahun 1932 di Semarang. Rasuna Said juga tercatat sebagai perempuan pertama yang terkena hukum Speek Delict yaitu hukum kolonial Belanda yang menyatakan bahwa siapa pun dapat dihukum karena berbicara menentang Belanda.

 

Rasuna Said sempat ditangkap bersama teman seperjuangannya Rasimah Ismail. Setelah keluar dari penjara, Rasuna Said meneruskan pendidikannya di Islamic College pimpinan KH Mochtar Jahja dan Dr. Kusuma Atmaja.

 

Pada tahun 1935, Rasuna menjadi pemimpin redaksi Majalah Raya. Karena ruang gerak yang dibatasi Belanda, Rasuna Said pindah ke Medan dan mendirikan sekolah pendidikan khusus perempuan “Perguruan Putri”.

 

Dia juga menerbitkan majalah “Menara Putri” yang membahas seputar pentingnya peran perempuan, kesetaraan antara laki-laki, perempuan, dan keislaman.

 

Pada masa pendudukan Jepang, Rasuna Said ikut serta sebagai pendiri organisasi pemuda Nippon Raya di Padang. Tetapi, kemudian organisasi itu dibubarkan oleh Pemerintah Jepang. Tak berhenti, Rasuna bersama Khatib Sulaiman aktif memperjuangkan dibentuk nya barisan Pembela Tanah Air (Peta).

 

Laskar inilah yang kelak menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI) setelah kemerdekaan Indonesia. HR Rasuna Said aktif di Badan Penerangan Pemuda Indonesia dan Komite Nasional Indonesia. Rasuna Said duduk dalam Dewan Perwakilan Sumatra mewakili daerah Sumatra Barat.

 

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, ia diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS). Kemudian, dia menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai akhir hayatnya.

 

Karena keaktifannya di dunia politik, Rasuna kurang memperhatikan kesehatannya sendiri. Ia baru diketahui mengidap penyakit kanker darah yang sudah parah. Rasuna akhirnya meninggal dunia pada tanggal 2 November 1965 pada umur 55 tahun. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Karena perjuangannya untuk kemerdekaan bangsa, Rasuna digelari Pahlawan Nasional dengan SK Presiden No 084/TK/Tahun 1974.

 

Begitulah sedikit kisah perjuangan tentang Rasuna Said. Seperti yang kita ketahui, bahwa Rasuna Said merupakan pejuang perempuan yang berusaha memperjuangkan martabat perempuan.

 

Saya sengaja mengambil dan mengangkat kisah perjuangan ini bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional pada tanggal 8 Maret lalu.

 

Di sini, saya hanya ingin menuangkan opini ataupun pendapat saya tentang pandangan orang-orang terhadap perepuan. Seperti yang banyak orang ketahui, hingga saat ini masih banyak sekali orang-orang yang selalu memandang rendah perempuan. Mereka beranggapan bahwa, perempuan itu lemah, tidak akan bisa menandingi kaum laki-laki. Mungkin dulu, saya juga berpikir seperti itu.

 

Namun, seiring berjalannya waktu, saya sudah mulai memahami apa arti dari emansipasi perempuan, tentang pelbagai tokoh perempuan yang memperjuangkan martabat perempuan, membuat saya berpikir bahwa, gender tidak bisa dijadikan sebagai patokan kalau seseorang itu mampu atau tidak.

 

Di zaman semodern ini, orang-orang yang mungkin berpikir tentang kemampuan seseorang diukur melalui perbedaan gender, seharusnya bisa mencari tahu, berapa banyak perempuan di Indonesia maupun di dunia yang memiliki peran penting.

 

Tetapi, juga sudah banyak pula orang yang tidak memandang rendah perempuan, saling menghargai hak-hak privasi, dan tentu saja hal itu merupakan sebuah kemajuan, bukan?

 

Inti dari opini/ pendapat saya adalah, semua orang pasti bisa melakukan sesuatu, asalkan dia mampu dan mau, bukan apakah dia laki-laki atau perempuan. Bukan tentang, “Oh perempuan tidak mungkin bisa memperbaiki mesin.” “Oh dia laki-laki tidak mungkin dia memasak di dapur.”

 

Jadi, saya harap dengan opini yang saya ambil dari kisah Rasuna Said ini, mampu memberikan pemahaman kepada banyak orang bahwa, semua hal bisa dilakukan dan diukur melalui kemampuan yang kita punya, bukan tentang pandangan terhadap perbedaan gender.

 

Terima kasih!

Baca selengkapnya »