Oleh: Imelda Sabila Rusdi, Peserta Didik SMAN 34
Jakarta
Mahabharata
adalah salah satu dari dua cerita kepahlawanan (wiracarita) besar dari India
kuno yang ditulis dalam bahasa sanskerta, wiracarita besar yang satu lagi
adalah Ramayana. Mahabharata menceritakan tentang perang antar saudara yaitu pandawa
dan kurawa yang memperebutkan tahta dari kerajaan Hastinapura.
Kitab
Mahabharata ditulis oleh Empu Wiyasa Nyoman S. Pendeta dalam halaman
pendahuluan Mahabharatanya menyebutkan, bahwa Mahabharata dikarang oleh 28
Wiyasa (Empu sastra) yang dipersonifikasikan sebagai seorang Maharsi Wiyasa
(kakek Pandawa dan Kurawa). Selain berisi cerita kepahlawanan (wiracarita),
Mahabharata juga mengandung nilai-nilai Hindu, mitologi, dan pelbagai petunjuk
lainnya. Oleh sebab itu, kisah Mahabharata ini dianggap suci, teristimewa oleh
para pemeluk agama Hindu.
Pada
awal abad ke-20, kitab Mahabharata telah diterjemahkan ke dalam 300 lebih
bahasa sehingga hampir seluruh dunia mengenalnya. Asal mula cerita ini ditulis
dalam bentuk puisi yang disebarkan dari lisan secara turun temurun. Kemudian,
setelah manusia bisa menulis dan membaca, barulah dijadikan cerita yang ditulis
dengan indah dalam bentuk puisi dan prosa. Kitab Mahabharata ini juga sering
disebut dengan Asthadasaparwa. Astha berarti delapan, dasa berarti sepuluh, dan
parwa artinya bagian. Jadi, kitab Mahabharata ini terdiri dari 18 bagian, yang
mana sebagian besar menceritakan tentang peperangan antara pandawa dan kurawa
selama 18 hari.
Nah,
sekarang kita masuk ke cerita singkat mengenai Mahabharata. Mahabharata merupakan
kisah kilas balik yang diturunkan oleh Resi Wesampayana kepada Maharaja
Janamejaya. Mahabharata banyak
memunculkan nama raja-raja besar pada zaman India kuno, yaitu seperti Bharata,
Kuru, Parikesit, dan Janamejaya. Mahabharata merupakan kisah besar keturunan
Bharata yang mana Bharata merupakan salah satu raja yang menurunkan tokoh-tokoh
utama dalam cerita Mahabharata.
Kisah
sang Bharata diawali degan pertemuan Raja Duswanta dengan Sakuntala. Raja
Duswantara adalah seorang raja besar
dari Chandrawangsa keturunan yayati, menikahi Sakantula yang merupakan seorang
dari pertapa Bagawan Kanwa, yang kemudian dikaruniai keturunan yaitu Bharata.
Seorang raja legendaris yang menaklukan daratan India Kuno, lanjut setelah
ditaklukkannya India kuno wilayah kekuasaannya disebut Bharatawarsa, yang
berarti wilayah kekuasaan Maharaja Bharata.
Sang
Bharata mempunyai keturunan yaitu Sang Hasti, yang kemudian mendirikan sebuah
pusat pemerintahan yang bernama Hastinapura. Dari keluarga tersebut lahirlah
Sang Kuru yang menguasai dan menyucikan sebuah daerah luas yang disebut dengan
Kurukshetra. Sang Kuru menurunkan Dinasti Kuru atau Wangsa Kurawa. Dalam
Dinasti tersebut, lahirlah Pratipa yang menjadi ayah dari Prabu Santanu, leuhur
dari Pandawa dan Kurawa. Kerabat Wangsa Kurawa (Dinasti Kuru) adalah Wangsa
Yadawa, karena kedua wangsa tersebut lahir dari leluhur yang sama, yaitu
Maharaja Yayati. Dalam silsilah Wangsa Yadawa, lahirlah Prabu Basudewa yaitu
raja di kerajaan Surasena yang kemudian berputra sang Krishna, yang mendirikan
kerajaan Dwaraka. Sang Krishna dari bangsa Yadawa bersepupu dengan Pandawa dan
Kurawa yang berasal dari Wangsa Kurawa.
Prabu
Santanu adalah seorang raja yang mahsyur dari garis keturunan Sang Kuru, yang
berasal dari Hastinapura. Prabu Santanu menikah dengan Dewi Gangga yang dikutuk
agar turun ke bumi. Namun, Dewi Gangga meninggalkannya karena Prabu santanu
melanggar perjanjian pernikahan. Dari pernikahan Prabu Santanu dan Dewi Gangga,
lahir anak yang diberi nama Dewabrata atau Bisma. Setelah ditinggal oleh Dewi
Gangga, Prabu Santanu menjadi duda. Beberapa tahun kemudian, Prabu Santanu
melanjutkan kehidupannya. Ia menikah dengan Dewi Satyawati, putri nelayan. Dari
hubungannya dengan Dewi Satyawati, dikaruniai putra Sang Citranggada dan
Wicitrawirya. Citranggada wafat pada usia muda dalam pertempuran, kemudian ia
digantikan oleh adiknya yaitu Wicitrawirya. Malangnya, ia juga wafat dan belum
sempat memiliki keturunan. Atas bantuan Resi Byasa, kedua istri Wicitrawirya,
yaitu Ambika dan Ambalika masing-masing melahirkan seorang putera, nama mereka
Pandu (dari Ambalika) dan Dretarasta (dari Ambika).
Dretarasta
terlahir buta, maka tahta Hastinapura diserahkan kepada adiknya yaitu Pandu. Pandu
menikah dengan Kunti. Kemudian, Pandu menikah untuk yang kedua kalinya dengan
Madrim. Sialnya, akibat suatu kesalahan Pandu pada saat memanah seekor kijang
yang sedang kasmaran, maka kijang tersebut mengeluarkan (Supata=Kutukan), bahwa
Pandu tidak akan merasakan lagi hubungan suami-istri. Dan bila dilakukannya,
maka Pandu akan mengalami ajal. Kijang tersebut kemudian mati dengan berubah
menjadi wujud aslinya yaitu seorang pendeta.
Kemudian,
karena mengalami kejadian buruk seperti itu, Pandu lalu mengajak kedua istrinya
untuk bermohon kepada Hyang Maha Kuasa agar dapat diberikan anak. Lalu, Batara
guru mengirimkan Batara Dharma untuk membuahi Dewi Kunti sehingga lahir anak
yang pertama yaitu Yudistira. Lanjut, Batara Guru mengutus Batara Indra untuk
membuahi Dewi Kunti shingga lahirlah Arjuna, dan Batara Bayu dikirim juga untuk
membuahi Dewi Kunti sehingga lahirlah Bima, dan yang terakhir, Batara Aswin
dikirimkan untuk membuahi Dewi Madrim, dan lahirlah Nakula dan Sadewa. Ke-5 putera
Pandu tersebut dikenal sebagai Pandawa.
Dretarasta
yang buta kemudian menikah dengan Gandari, dan dikaruniai 100 orang putera dan
seorang puteri yang dikenal dengan sebutan Kurawa. Pandu dan Dretarasta memiliki
saudara bungsu yaitu Widura. Widura mempunyai seorang anak bernama Sanjaya yang
memiliki kemampuan melihat masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Keluarga
Pandu, Dretarasta dan widura yang membangun jalan cerita Mahabharata.
Pandawa
dan Kurawa adalah dua kelompok yang memiliki sifat berbeda, namun terlahir dari
keturunan yang sama, yaitu Kuru dan Bharata. Kurawa (khususnya Duryodana)
memiliki sifat licik dan selalu iri hati terhadap kelebihan para Pandawa.
Sedangkan, para Pandawa memiliki sifat sabar dan tenang ketika ditindas oleh
para sepupunya, yaitu Kurawa. Ayah dari para Kurawa yaitu Dretarasta sangat
menyanyangi putera-puteranya . Hal itulah, yang membuat dia mudah terhasut oleh
iparnya yakni Sangkuni dan anak kesayangannya yaitu Duryodana agar
mengizinkannya melakukan rencana jahat untuk menyingkirkan para Pandawa.
Pada
suatu ketika, Duryodana mengundang Kunti dan para Pandawa untuk liburan. Di
sana mereka menginap di sebuah rumah yang sudah disediakan oleh Duryodana. Pada
malam hari, rumah itu dibakar. Namun, para Pandawa diselamatkan oleh Bima
sehingga mereka tidak terbakar hidup-hidup dalam rumah tersebut. Usai
menyelamatkan diri, Pandawa dan Kunti masuk hutan. Di hutan tersebut Bima
bertemu dengan seorang raksasa yang bernama Hidimba dan membunuhnya, lalu
menikahi adiknya, yaitu rakshasi Hidimbi. Dari pernikahannya tersebut, lahirlah
Gatotkaca.
Setelah
melewati hutan rimba, Pandawa melewati Kerajaan Panchala yang mana di sana
tersiar kabar bahwa Raja Drupada menyelenggarakan sayembara untuk memperebutkan
Dewi Dropadi. Karena seorang ksatria mengikuti sayembara tersebut, tetapi
ditolak oleh Dropadi. Pandawa pun turut serta menghadiri sayembara tersebut,
namun mereka berpakaian seperti kaum brahmana.
Pandawa
ikut sayembara untuk memenangkan lima macam sayembara yakni, Yudistira untuk
memenangkan sayembara filsafat dan tatanegara, Arjuna untuk memenangkan
sayembara senjata Panah, Bima memenangkan sayembara Gada dan Nakula-Sadewa
untuk memenangkan sayembara senjata Pedang. Pandawa berhasil melakukannya
dengan baik untuk memenangkan sayembara.
Dropadi
harus menerima Pandawa sebagai suami-suaminya, karena sesuai janjinya siapa
yang dapat memenangkan sayembara yang dibuatnya itu, akan menjadi suaminya
walau menyimpang dari keinginannya yaitu, sebenarnya yang diinginkan hanya
seorang Satriya.
Setelah
itu, perkelahian terjadi karena para hadirin menggerutu. Sebab, kaum brahmana
tidak selayaknya mengikuti sayembara. Pandawa berkelahi kemudian meloloskan
diri. Sesampainya di rumah, mereka berkata kepada ibunya, yaitu Kunti bahwa
mereka datang membawa hasil meminta-minta. Ibu mereka pun menyuruh agar hasil
tersebut dibagi rata untuk seluruh saudaranya. Namun, betapa terkejutnya ia
saat melihat bahwa anak-anaknya tidak hanya membawa hasil meminta-minta, namun
juga seorang wanita. Tak pelak lagi, Dropadi menikahi kelima Pandawa.
Kemudian,
agar tidak terjadi pertempuran sengit antara Pandawa dan Korawa, Kerajaan Kuru
dibagi dua untuk dibagi kepada Pandawa dan Kurawa. Kurawa memerintah Kerajaan
Kuru induk (pusat) dengan ibukota Hastinapura, sementara Pandawa, memerintah
Kerajaan Kurujanggala dengan ibukota Indraprastha. Baik Hastinapura maupun
Indraprastha, memiliki istana yang megah, dan di sanalah Duryodana tercebur ke
dalam kolam yang ia kira sebagai lantai, sehingga dirinya menjadi bahan ejekan
bagi Dropadi. Hal tersebut membuatnya bertambah marah kepada para Pandawa.
Untuk
merebut kekayaan dan kerajaan Yudistira, Duryodana mengundang Yudistira untuk bermain
dadu ini atas ide Sangkuni, hal ini dilakukan sebenarnya untuk menipu Pandawa. Yudistira
diundang untuk bermain dadu dengan taruhan. Yudistira yang gemar main dadu tidak
menolak undangan tersebut dan bersedia datang ke Hastinapura.
Pada
saat permainan dadu, Duryodana diwakili oleh Sangkuni yang licik sebagai bandar
dadu yang memiliki kesaktian untuk berbuat curang. Permulaan permainan taruhan
senjata perang, taruhan pemainan terus meningkat menjadi taruhan harta
kerajaan. Selanjutnya, prajurit dipertaruhkan, dan sampai pada puncak permainan
kerajaan yang menjadi taruhan, Pandawa kalah, habislah semua harta dan kerajaan
Pandawa termasuk saudara juga dipertaruhkan dan yang terakhir yakni istrinya
Dropadi dijadikan taruhan juga.
Dalam
peristiwa tersebut, karena Dropadi sudah menjadi milik Duryodana, pakaian
Dropadi ditarik (dilucuti) oleh Dursasana adik dari Duryodana. Karena sudah
menjadi harta Duryodana sejak Yudistira kalah main dadu, namun usaha tersebut
tidak berhasil untuk membuka pakaian Dropadi, karena setiap pakaian yang dibuka
dibawah pakaian ada pakaian lagi. Begitupun seterusnya tak ada habisnya berkat
pertolongan gaib dari Sri Krishna.
Karena
istrinya dihina, Bima bersumpah akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya
kelak. Setelah mengucapkan sumpah tersebut, Dretarastra merasa bahwa malapetaka
akan menimpa keturunannya, maka ia mengembalikan segala harta Yudistira yang
dijadikan taruhan.
Duryodana
yang merasa kecewa karena Dretarastra telah mengembalikan semua harta yang
sebenarnya akan menjadi miliknya, menyelenggarakan permainan dadu untuk yang
kedua kalinya. Kali ini, siapa yang kalah harus mengasingkan diri ke hutan
selama 12 tahun, setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama setahun, dan
setelah itu berhak kembali lagi ke kerajaannya. Untuk yang kedua kalinya,
Yudistira mengikuti permainan tersebut dan sekali lagi ia kalah. Karena
kekalahan tersebut, Pandawa terpaksa meninggalkan kerajaan mereka selama 12
tahun dan hidup dalam masa penyamaran selama setahun.
Setelah
masa pengasingan habis dan sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa berhak
untuk mengambil alih kembali kerajaan yang dipimpin Duryodana. Namun, Duryodana
bersifat jahat dan licik. Ia tidak mau menyerahkan kerajaan kepada Pandawa,
walau seluas ujung jarum pun. Hal itu membuat kesabaran Pandawa habis. Misi
damai dilakukan oleh Sri Krishna, namun ditolak oleh para Kurawa. Akhirnya,
pertempuran antara Pandawa dan Kurawa tidak dapat dielakkan lagi.
Pandawa
berusaha mencari sekutu dan ia mendapat bantuan pasukan dari Kerajaan Kekaya,
Kerajaan Matsya, Kerajaan Pandya, Kerajaan Chola, Kerajaan Kerala, Kerajaan
Magadha, Wangsa Yadawa, Kerajaan Dwaraka, dan masih banyak lagi. Selain itu
para ksatria besar di Bharatawarsha seperti misalnya Drupada, Satyaki,
Drestadyumna, Srikandi, Wirata, dan lain-lain ikut memihak terhadap Pandawa.
Sementara
itu, Duryodana meminta Bisma kakek para Pandawa dan juga Kurawa untuk memimpin
pasukan Korawa sekaligus mengangkatnya sebagai panglima tertinggi pada pasukan
Kurawa. Kurawa dibantu oleh Resi Drona dan putranya Aswatama, kakak ipar para
Korawa yaitu Jayadrata, serta guru Krepa, Kretawarma, Salya, Sudaksina,
Burisrawas, Bahlika, Sangkuni, Karna, dan masih banyak lagi.
Pertempuran
berlangsung selama 18 hari penuh. Dalam pertempuran itu, banyak sekali ksatria
yang gugur, seperti misalnya Abimanyu anak dari Arjuna dan Subadra, Drona,
Karna, Bisma, Gatotkaca, Irawan, Raja Wirata dan puteranya, Bhagadatta,
Susharma, Sangkuni, dan masih banyak lagi. Selama 18 hari tersebut dipenuhi
oleh pertumpahan darah dan pembantaian yang mengenaskan. Pada akhir hari
kedelapan belas, hanya sepuluh ksatria yang bertahan hidup dari pertempuran
tersebut, mereka adalah: Lima Pandawa, Yuyutsu, Satyaki, Aswatama, Krepa dan
Kretawarma.
Setelah
perang berakhir, Yudistira dinobatkan sebagai Raja di Hastinapura. Setelah
memerintah selama beberapa lama, ia menyerahkan tahta kepada cucu Arjuna, yaitu
Parikesit. Kemudian, Yudistira bersama Pandawa dan Dropadi mendaki gunung
Himalaya sebagai tujuan akhir perjalanan mereka. Di sana mereka meninggal dan
mencapai surga. Parikesit memerintah Kerajaan Kuru dengan adil dan bijaksana.
Ia menikahi Madrawati dan memiliki putera bernama Janamejaya. Janamejaya
menikahi Wapushtama (Bhamustiman) dan memiliki putera bernama Satanika.
Satanika berputera Aswamedhadatta. Aswamedhadatta dan keturunannya kemudian
memimpin Kerajaan Wangsa Kuru di Hastinapura.
Dari
kisah Mahabharata tersebut terdapat banyak sekali nilai-nilai yang bisa kita
jadikan sebagai pelajaran hidup diantaranya:
-
Tuhan tidak akan membiarkan kejahatan
menang melawan kebaikan.
-
Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita
terhadap orang lain.
-
Kita tidak boleh menjadi orang yang
serakah.
-
Pahlawan bukanlah dia yang paling kuat,
tetapi yang sabar dan rela berkorban untuk orang lain.
- Dan masih banyak yang
lain.