Oleh: Ratna indrawani, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta
Ini kisah seorang perempuan/anak remaja
yang masa depannya sudah hilang direnggut kekasihnya. Mereka sudah terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang sangat begitu merugikan. Mungkin, awalnya hanya
biasa saja, namun seiring berjalannya waktu, mereka mulai mencoba hal-hal yang seharusnya tidak
dicoba. Ini dia Alesya dan Arkana, mereka
yang seharusnya memikirkan tentang masa depan dan sekolah, malah memikirkan tentang rumah tangga.
Suatu pagi yang cerah, Alesya bangun
dari tidurnya, sebenarnya dia
enggan untuk membuka matanya, tapi suara mamahnya
yang terpaksa membuat dia terbangun.
“Alesya bangun nak, ini hari senin
loh, kamu mau terlambat ke sekolah hah!“ oceh mamah Tari kepada anaknya
yang sulit bangun kalau sudah tidur.
“Hmm.... Iyaa mah, ini sudah bangun, jangan teriak-teriak, masih pagi
berisik!” ucap Alesya kepada sang mamah.
Alesya langsung beranjak ke kamar
mandi untuk melanjutkan ritualnya. Setelah beberapa
menit, Alesya sudah siap untuk ke sekolah. Memang jarak
dari rumah ke sekolahnya cukup membutuhkan waktu.
“Pagi mah.... Pagi
pah.”
“Pagi sayang, ayo sarapan abis itu berangkat”
“Iya pah”
Kalau dilihat keluarga Alesya, termasuk
harmonis, karena mereka
juga sering menghabiskan waktu bersama jika ayahnya sedang libur.
“Sudah ayo yah, hari ini aku dianter aja, males
bawa mobil”
“Tumben kamu, ya udah ayo ayah anter, mah kita duluan ya”
“Mah aku berangkat
ya, assalamualaikum…”
“Waalaikumsallam… Hati-hati ya”
Alesya sudah sampai di sekolahnya. Sehabis berpamit sama ayahnya, dia langsung pergi ke dalam menuju kelasnya. Saat di jalan, dia bertemu Arkana, cowo dingin dan
cuek, tapi jika sama Alesya tidak, malah manja. Mereka tidak sekelas, hanya bersebelahan. Arkana juga mostwanted di sekolahnya.
“Pagi sayang“ ucap Arkana, kepada Alesya
sambil mencium pipinya. Peserta didik yang melihat, sudah biasa oleh tingkah lakunya mereka, lebih tepatnya tingkah Arkana.
“Pagi juga sayang”
“Oh iya by, nanti jadi kan jalan?”
“Iya jadi, aku pengen beli skincare yang udah mau abis”
Meraka sudah masuk ke dalam kelas masing-masing dan
mengikuti pelajaran hingga selesai. Bel pulang sudah berbunyi 5 menit yang lalu, namun Alesya masih di dalam kelas, selang beberapa menit baru ke luar.
“Lama banget sih by”
“Maaf ya, tadi pak karto ngasih materi tambahan buat ulangan, kan sebentar lagi kita lulus”
“Iya iya ya… Sudah yuk, nanti keburu sore”
Akhirnya, mereka pergi ke
mal untuk bermain-main sambil berbelanja. Karena mereka akan
memasak makan di rumah Arkana,
untuk soal orang tua Arkana, mereka sedang ke
luar negeri mengurus perusahaan di sana.
“Udahkan beli ini
aja ga ada yang mau di beli lagi?”
“Hmm... kayanya ini udah cukup, yaudah ayu bayar”
“Ini aja mas?” ucap gadis
kasir itu dengan senyum rekahnya, karena melihat
Arkana. Arkana hanya berdehem.
“ini mas jadi 350 ribu” Arkana langsung memberikan
kan uang tersebut, sebab sejak tadi
gadisnya marah karena mba kasir yang ganjen itu.
“Udah dong jangan ngambek, tadikan kamu liat aku ga ngapa-ngapain sama dia”
“iya ga ngapa-ngapain tapi aku kesel aja dari tadi kamu
diliatin mulu pengen aku colok rasanya tuh mata”.
Dengan gemas Arkana langsung mencium bibir gadisnya
dengan cepat. Sungguh menggemaskan sekali
gadisnya jika sedang dilanda cemburu.
“Ihss apasih, orang lagi kesel juga tau ahh” cetusnya.
Sampai di rumah Arkana, Alesya langsung memasak buat makan malam mereka. Setelah selesai memasak, ia beranjak untuk mandi dan meminjam baju pada
Arkana. Alesya sudah selesai dengan pakaiannya dan bergegas
menuju ruang makan. Arkana dengan
rambut basahnya, sepertinya dia juga mandi di kamar mandi bawah. Mereka memakan dengan hikmat. Selesai makan, mereka berniat
menonton film.
“Mau nonton film apa
hmm?“ tanya Arkana sambil
mengelus rambut Alesya.
“Nonton horor aja
deh”
“Oke horor, tapi janji ga boleh takut ya”
Akhirnya, mereka memilih
menonton horor sampai film itu selesai. Alesya sudah izin
ke orang tuanya, kalau sedang
berada di rumah Arkana.
“By liat aku dulu
sini”
“ihss apasii Ar”
Tanpa basa basi, Arkana langsung
mencium Alesya hingga mereka melakukan sesuatu hal yang bakal mereka sesali seumur
hidup. Pagi hari, Arkana terbangun
karena cahaya matahari yang mengganggu tidurnya. Ia melihat ke
samping ada Alesya yang masih terlelap. Mengingat kejadian semalem, Arkana tersenyum karena bisa memiliki Alesya
seutuhnya.
Alesya mengerjapkan matanya “Hoamm... Jam berapa sekarang?”
“jam 8… Kenapa? Ga usah sekolah, udah telat juga”
Alesya hanya berdehem, lalu dia merasa
gelisah karena takut orang tuanya kecewa. Pasalnya, selama dia berpacaran dengan Arkana, tidak sampai sejauh ini. Ada rasa menyesal di dalam pikiran
dan jiwanya.
“Ar… Kalo aku hamil
gimana? Apa kamu mau tanggung jawab?”
“Kok kamu ngomongnya
gitu? Aku bakal tanggung jawab, karena aku sayang kamu”
“Tapi aku takut, kalo mamah papah tau gimana? Pasti mereka kecewa banget sama aku, apa lagi kita dikit lagi ujian. Aku takut di keluarin dari sekolah”
“Ssttt… Sayang, denger ya, aku yang bakal urus itu. Jadi, kamu tenang aja
oke?”
“Gimana mau tenang Ar, aku takut tau gak, aturan kita ga ngelakuin ini, ini udah kelewatan”
Arkana merasa kesal mendengar ucapan Alesya, “Oh
jadi lu nyesel iya? Apa emang lu ga pernah sayang sama gw?” jawab nya dengan suara yang berat.
“Bukan gitu, aku sayang sama kamu. Tapi, kita salah, kita ga bisa
ngelakuin ini. Perjalanan kita
masih panjang. Kita masih sekolah Ar, masih terlalu kecil untuk soal ini, dan lagi kita juga masih labil, emosi kita sangat tinggi“ ucap Alesya menggebu-gebu.
Arkana terdiam, dia tau dia salah, tapi dia tak ingin Alesya lepas darinya. Dia juga pasti akan bertanggung jawab atas
perbuatannya.
“Aku mau pulang” jawab Alesya datar.
Lalu, Arkana mengantar
alesya pulang. Untung saja, orang tuanya
sedang tidak ada di rumah. Setelah
kejadian itu, Alesya menjadi diam, dan selalu menghindari Arkana. Arkana tau, Alesya
sedang menjauhinya dan itu membuatnya menggeram kesal.
“By… Stop dulu. Aku mau ngomong, kamu jangan
selalu menghindar” Tapi Alesya tak menggubrisnya. Dengan sentakkan, Arkana yang menariknya, lalu membawa ke rooftop. Alesya hanya pasrah.
“Kenapa selalu
menghindar? Kamu marah? Aku minta maaf, tapi aku juga ga mau kamu lepas dari aku. Aku tau yang aku lakuin salah, kamu boleh hukum aku asal jangan menjauh”.
Alesya tetap tak membuka suara. Lalu, bel pulang
berbunyi. Dan, dia ingin turun, namun dia merasa mual lagi. Memang, beberapa hari ini, dia sering merasa mual dan badannya terasa tidak
enak. Dia pikir, hanya masuk angin
biasa saja. Setelah keluar dari kamar
mandi, dia kaget melihat Arkana di depan kamar mandi.
“Nih, coba aku mau lihat hasilnya. Soalnya, akhir-akhir
ini kamu aku liat selalu mual” ucap Arkana sambil mengasih testpack.
“Ga mau, aku ga mungkin hamil“ tolaknya.
“Sya, please... Aku mau liat kita
coba dulu, aku juga ga mau kamu kenapa-napa”.
Dengan terpaksa, Alesya menurut dan
beberapa menit kemudian, hasilnya positif. Seketika, tubuhnya terasa
lemas. Dia tidak ingin mempunyai anak, apa lagi dia masih dalam pendidikan sekolah. Dengan badan
yang lemas karena syok, Alesya keluar dan
memberikan hasilnya pada Arkana. Arkana yang melihat merasa senang, tapi tidak dengen Alesya.
“Kita gugurin bayinya
aja, ya? Aku belum siap. Ini terlalu cepat
buat aku. Aku masih ingin ngerasain masa abu-abu, masih ingin bebas
tanpa beban”.
Arkana merasa kesal, karena hanya
dirinya yang senang, sedangkan gadisnya
tidak, terlebih gadisnya bilang ingin menggugurkannya.
“Jangan coba
aneh-aneh ya, gw ga akan biarin anak ini
hilang, inget!” ucapnya dingin, lalu pergi meninggalkan Alesya sendiri.
“Arghh… Kenapa sih, gw harus hamil? Harus nanggung ini semua. Gw masih pengen ngerasain remaja, bukannya malah ngurus rumah tangga! Kenapa gw juga mau ngelakuin itu arghh bodoh bodoh”
sesal Alesya yang sedari tadi, sudah nangis
sambil memukul kepalanya.
Beberapa minggu kemudian, Arkana memberanikan dirivbilang kepada
orang tuanya, dan orang tuanya pun sangat kecewa. Ia tau, ia sudah kelewat
batas.
“Papi ga pernah
mengajarkan kamu untuk menjadi bajingan, ya! Kenapa kamu ngelakuin itu? Kamu ga mikir perasaan
Alesya? Terlalu bodoh” dengan emosi, papi Arkana
menghajar Arkana hingga lemas. Mamahnya, ga bisa berbuat apa-apa, dia
juga sangat kecewa pada anaknya, tapi nasi sudah
jadi bubur, mau gimana lagi.
“Besok langsung ke rumah Alesya, tanggung jawab
secepatnya”.
Dengan langkah yang terkulai, dia masuk ke kamar dan
merebahkan dirinya. Untuk besok, mungkin dia juga akan mendapatkan tinjuan lagi. Di
sore hari, keluarga Arkana mengunjungi kediaman
Alesya.
“Sialan kamu, kurang
ajar! Beraninya kamu rusak anak saya hah! Apa kamu kira dengan cara tanggung jawab, kamu udah dibilang
hebat? Cupu! Kenapa ke anak saya? Kenapa gak ke manusia jalang lain!” emosi papah Alesya, sambil menghajar Arkana
lagi. Alesya hanya menangis, dirinya juga sangat menyesal.
“Kamu juga murahan
banget, apa papah kurang sama kamu? Papah selalu meluangkan
waktu untuk kita, papah kasih apa
yang kamu mau, tapi apa ini balesan kamu? Perjalanan kalian masih
panjang, bukannya malah memikirkan untuk hal yang belum
kalian harus pikirkan”.
Alesya nangis semakin deras, dia tidak kuasa, pasalnya, papahnya bilang, “Dia wanita murahan” Dia tau, dia juga salah di sini. Hanya maaf yang bisa dia ucapkan, dan mamahnya, juga kecewa pada
anaknya, tapi bagaimana pun juga Alesya tetap
anaknya.
“Saya mau besok
mereka harus nikah, ga ada penolakan”.
“Pah, Alesya mohon pah, aku ga mau nikah.
Aku masih mau sekolah, kita gugurin aja, ya?” Arkana ingin protes, namun keduluan mamahnya Alesya.
“Sayang, kamu ga boleh, dia ga salah, ga mungkin seorang ibu jahat sama anaknya”
“ Tapii mahh...—“
“Ga ada tapi-tapian, kamu juga harus tanggung jawab atas kelakuan kamu, papah
ga mau tau besok kamu nikah dan hanya keluarga yang tahu”
Alesya langsung beranjak menuju kamarnya, dia hancur. Dia merasa gagal
menjadi perempuan, dia merasa tak pantas di dunia. Dia benci sama
dirinya sendiri, kenapa dia bisa seperti
ini. Dia juga sudah mengecewakan orang tuanya. Dia ingin hidup seperti dulu, bukan yang sekarang, yang harus
menambah bebannya menjadi istri sekaligus ibu. Tapi, mau gimana lagi, nasi sudah menjadi
bubur, mau ga mau dia harus melakukannya.
Itu sebabnya, kita harus bisa menjaga diri untuk tidak terjerumus pergaulan bebas. Pergaulan bebas merugikan untuk masa depan, apa lagi jika lakinya tidak mau bertanggung jawab, yang sangat rugi adalah perempuan. Bahkan, ada orang tua yang melarang anaknya untuk pacaran, karena tidak mau anaknya salah gaul.
Tapi, kadang, anak-anak merasa terkekang. Padahal, orang tuanya sangat menyayangi anaknya. Oleh sebab itu, selalu dilarang sampai benar-benar cukup untuk dilepas.