sumber gambar: dictio.id
Oleh: Imandita Putri Shafira, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta
Emosi merupakan hal yang
tidak asing bagi tiap orang. Kita pasti pernah merasakan emosi senang, marah,
sedih, takut, gugup, dan sebagainya di kehidupan sehari-hari. Emosi mewarnai
hidup kita sehingga tidak monoton dan membosankan. Namun, dari mana emosi itu
berasal? Bagaimana emosi bisa terbentuk? Apa bisa kita mengontrol emosi dan membuat
suatu emosi tertentu sesuka hati?
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat. Emosi juga bisa didefinisikan sebagai keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan). Perlu dipahami bahwa sulit untuk mengerti emosi seseorang. Kita sering memperhatikan seseorang, seperti nada bicara, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan situasi yang sedang dialaminya, lalu menebak emosi yang orang itu sedang rasakan. Namun, ekspresi yang sama dapat menggambarkan emosi yang berbeda. Sebagai contoh, orang yang sedang berteriak bisa saja sedang merasakan emosi takut, marah, senang, frustasi, maupun terkejut. Emosi yang sama juga bisa digambarkan dengan ekspresi yang berbeda, seperti emosi gembira yang dapat digambarkan dengan tawa, tangis, dan jeritan. Oleh karena itu, dengan hanya memperhatikan visual seseorang, kita hanya bisa menebak emosi apa yang sedang dirasakan, bukan memahaminya.
Bagaimana emosi bisa
terbentuk?
Emosi bukanlah hal yang
didapat dari lahir, tetapi sesuatu yang dilatih oleh otak dari situasi yang
dialami. Lisa Feldman Barett, seorang peneliti neurologi, menjelaskan bahwa
emosi terbentuk dari tiga hal: prediction, affect, dan concept.
Prediction adalah prediksi yang dibuat dan diolah di otak.
Setiap saat, otak memprediksi dan mencoba memahami situasi yang sedang terjadi
saat ini dengan menggunakan ingatan pengalaman yang pernah dialami. Prediksi
diperoleh secara otomatis dan tanpa sadar. Berkat prediksi yang dibuat otak, kita dapat
menebak arah gerak busur panah yang melaju sangat cepat hingga tidak bisa ditangkap
mata. Berkat prediksi juga kita dapat menerka rasa manis dari permen yang
dijual di toko, bau daging yang dibakar di video, dan suara riuh dari kerumunan
yang tergambar di buku komik.
Affect merupakan hal yang lebih mendasar dari emosi. Affect ada karena otak bertugas untuk melancarkan body budget atau hal yang mendorong tubuh untuk bekerja, seperti kadar air, gula, garam, hormon, dan sistem imun. Affect dapat digambarkan sebagai berikut:
sumber gambar: slidetodoc.com
Dari gambar di atas, dapat
dilihat bahwa affect bisa dijabarkan dari kondisi kenyamanan dan tingkat
energi (arousal). Kondisi kenyamanan dapat digambarkan dengan pleasant
yang memiliki arti nyaman dan unpleasant yang berarti tidak nyaman. Arousal
atau energi dapat dinyatakan dengan high atau tinggi dan low atau
rendah. Semua itu merupakan hasil dari aktivitas yang telah dilakukan, misalnya
lamanya waktu tidur, jenis makanan yang dimakan, aktivitas fisik yang baru
dilakukan, dan lain-lain.
Concept adalah prediksi dari pengalaman masa lalu yang telah
dibuat batasannya dan dapat disingkat dengan kata. Concept dapat
dipengaruhi oleh kultur atau pengetahuan yang dimiliki seseorang selama tumbuh
besar. Sebagai contoh, reaksi tiap orang terhadap konsep kecoa dapat berbeda
sesuai concept yang mereka ketahui. Ketika kita melihat kecoa di rumah
mungkin kita akan merasa takut atau jijik, tetapi jika orang yang menyukai kecoa
goreng melihat kecoa mungkin mereka akan senang karena kecoa nikmat dimakan
untuk mereka.
Emosi dibuat dari concept
berdasarkan prediction yang mengartikan affect tertentu di
lingkungan seseorang. Sebagai contoh, ketika otot tubuh menegang, kita akan
menebak sebab rasa tidak nyaman itu dengan prediction dari pengalaman
masa lalu dan concept yang kita pahami. Bisa saja situasi yang akan
dihadapi adalah saat kita akan tampil di depan banyak orang dan otak secara
otomatis memprediksi kita akan melakukan kesalahan hingga merasa malu karena
pengalaman lama yang membekas. Dengan begitu, kita dapat mempersepsikan bahwa
emosi yang sedang dirasakan adalah gugup atau gelisah.
Bagaimana cara mengontol
emosi?
Setelah memahami bagaimana
emosi terbentuk, mungkin kita akan bertanya mengenai cara mengontrol emosi
tersebut. Lisa Feldman Barett menjelaskan bahwa mengubah lingkungan dan affect
dapat mengubah prediction yang akan memengaruhi emosi yang dirasakan. Mengikuti
contoh sebelumnya, ketika perasaan gugup atau gelisah itu ingin dikontrol, maka
menghirup udara segar, melakukan peregangan, atau berpikir positif dapat
membantu. Dengan begitu, emosi dapat dikendalikan dari sebab awalnya.
Emosi dapat memengaruhi tingkah laku yang akan dilakukan seseorang. Begitu juga sebaliknya, tingkah laku pun dapat memengaruhi emosi. Emosi mampu berfungsi sebagai dorongan untuk melakukan sesuatu dan menyelesaikan masalah. Misalnya, ketika ada bahaya, yang menggerakkan tubuh kita untuk mencari perlindungan secepat-cepatnya agar selamat adalah emosi dan insting, bukan logika yang membutuhkan waktu lebih lama. Dengan lebih mengenal emosi, kita dapat memanfaatkan emosi sebaik-baiknya untuk membantu kehidupan kita sehari-hari.
Referensi:
“MARSHA LINEHAN – The Function of Emotions” yang diunggah kanal YouTube Borderline Notes (link: https://youtu.be/tR-O12A78hw)