Musim panas akan segera berakhir, tergantikan oleh musim
hujan. Akan tetapi, hatiku masih saja
tertuju pada satu lelaki yang sudah memutuskan untuk pergi meninggalkanku.
Tanpa terasa,
hari demi hari terus berganti, hingga
sedikit lagi waktu akan mengantarkanku di penghujung tahun.
Sudah 2 bulan berlalu, sejak perpisahanku
dengan Rafa. Tak ada yang berbeda
dengan hari-hari yang kulalui. Hatiku masih saja dipenuhi rindu untuk lelaki
yang sudah mematahkan hatiku hingga berkeping-keping.
Aku sudah berusaha untuk melupakannya, sialnya, kenangan itu tetap
saja bersarang di kepalaku. Padahal,
aku
sudah berusaha membuka hati untuk laki-laki
lain. Aku
mencoba mencari penggantinya, aku menjalani hubungan pendekatan dengan teman SMP
ku, dia bernama Farhan, seorang lelaki yang
baik dan banyak digemari oleh para perempuan
di sekolahku. Wajar saja,
dia adalah ketua OSIS saat itu.
Selain dia menjabat sebagai ketua
OSIS, dia juga menjabat
sebagai wakil paskibra,
dan kebetulan aku adalah ketuanya.
Setiap hari
kita selalu bersama,
entah itu rapat osis atau latihan paskibra.
Suatu ketika,
dia menyatakan perasaannya di
depan
teman-temanku,
"Alda, gue ga bisa nahan
perasaan gue sama lo. Ada
yang mau gue omongin sebenernya,
gue terpikat senyum lo dari awal kita bertemu. Ga usah basa-basi, lo mau ga jadi pacar
gue?" ucap Farhan dengan ekspektasi,
tetapi memasang wajah dengan menahan malu.
Aku pun terdiam dan tidak bisa berbicara
banyak pada saat itu. Aku
bingung sekali ingin menjawab apa, karena disatu sisi, aku masih mengharapkan
sosok Rafa kembali dihidupku, tetapi
aku tidak ingin membuat Farhan sakit hati dengan kejujuranku.
Akhirnya, aku meminta pertimbangan kepada teman-temanku. Tetapi, mereka selalu bicara
kepadaku, bahwa, peran Farhan lah yang
terbaik di hidupku. Pada
akhirnya, aku butuh waktu untuk
memikirkan ucapan Farhan dan pada saat itu aku menjawab, "Maaf Farhan, bukan gue ga mau sama lo, tapi gue butuh waktu
untuk memikirkan itu semua."
Ekspresi muka Farhan beruba, lalu dia menjawab, "Kenapa harus butuh
waktu? Kalau seandainya lo
masih ada perasaan sama Rafa, gue no problem kok, gue gak memaksakan itu
semua, biar gue sendiri yang
menerima risikonya.
Emang dasarnya gue aja yang gak tau malu, udah tau hati lo gak pernah bisa gue
milikin tapi tetep aja gue kekeh gimana caranya lo jadi milik gue." Dengan ekspresi raut wajah kecewa dan pemikiran emosional.
Setelah
itu, Farhan lalu
meninggalkanku dan teman-teman
yang lainnya.
Aku pun merasa bersalah
saat itu. Hingga tiba dirumah,
aku segera WhatsApp Farhan dan meminta maaf karena aku tidak bisa nerima permintaan sebagai
pacarnya saat itu. Aku
berusaha jujur semaksimal mungkin dan aku menjelaskan apa yang aku rasakan
hingga saat ini, kalau
aku masih mengharapkan Rafa kembali
dalam hidupku.
Akhirnya, dengan rendah hati, Farhan mengerti dan
menerima permintaan maafku.
Aku dan dia saling
bertukar cerita dan meminta solusi setelah kejadian itu. Dan, kita memutuskan untuk
menjadi sahabat. Peran
Farhan sangat baik di hidupku, dia membuatku merasa
tenang dan selalu memberi masukan untuk selalu kuat menunggu Rafa yang dingin dan
cuek itu kembali kepada ku lagi. Hingga
satu ketika aku berfikir, "Yaudahhh
lahh gue nyerah buat nunggu Rafa kembali,
percuma
juga mencintai seseorang yang hatinya gak pernah tau buat siapa" Tetapi Farhan selalu
bilang kepadaku,
"Tunggu dulu dan sabar, tenangin pikiran lo, salat malem jangan sampai
lepas, insyaallah yang lo mau bakal kembali di
hidup lo." ucap Farhan
sambil mengusap kepalaku.
Saat itu, aku pun semangat lagi untuk menunggu Rafa kembali. Aku melaksanakan saran
dari Farhan agar salat
dengan harapan Allah mendengarkan doa-doaku di sepertiga malam.
Aku rutin salat
malam, pada saat Minggu ke-2, aku salat malam, dan tiba-tiba berdering lah
notif "TINGGGG". Saat
itu, aku berpikir, "Ahh
palingan Farhan yang chating, siapa lagi kalau bukan
dia”. Aku terus melanjutkan aktivitasku dan
mengabaikan notifikasi yang berdering tersebut. Setelah sejam kemudian, aku melihat isi WhatsApp, ternya oh ternyata, itu adalah notif dari Rafa yang selama ini aku
tunggu. Aku
sangat bahagia,
dan terharu,
ternyata saran dari Farhan berbuah menjadi
kenyataan.
Rafa WhatsApp aku berawal dari basa-basi menanyakan kabarku, dan lanjut dia mengajakku untuk
bertemu dengannya lagi. Selama
hampir 3 bulan aku tidak berjumpa dengannya,
aku merasakan seperti awal berjumpa dengannya.
Aku sangat grogi dan
gengsi. Hingga pada saatnya,
aku bertemu dengannya. Dia
menceritakan hari-harinya
saat aku sudah tidak lagi bersamanya.
Ternyata,
sejak 3 bulan aku tidak bertemu dengannya lagi, dia sedang menjalin hubungan dengan perempuan lain. Dia bernama Aisyah, yang tidak pernah diekspos
di sosial media. Aku
merasa speechless dan tidak menyangka, bahwa hal itu akan
terjadi. Kukira selama ini, dia belum punya
hubungan spesial dengan wanita lain,
ternyata aku salah.
Seketika aku langsung tidak mood untuk berbicara dengan Rafa. Namun, Rafa meyakinkanku, bahwa akulah yang dia
mau. Tetapi, aku tidak mau menjadi
orang ketiga di dalam
hubungan antara Rafa dan Aisyah, lalu
aku bilang kepadanya, “Aduh, maaf banget ya, gue ga bisa lama lama nih, gue harus pulang
sekarang. Gue ga enak kalau sampe orang
liat lo berdua sama gue di café, nanti cewe lo marah." Lalu aku, dengan rasa kecewa dan
sedih, menahan air mata jatuh
dipipiku. Segera aku meninggalkan cafe tersebut.
Sesampainya aku dirumah, ternyata Rafa sudah ada
di dalam ruang tamuku. Aku
tidak tahu, tujuan dia apa datang
kerumahku, dan aku
bertanya kepadanya, "Loh, ko lo udah sampe duluan di rumah gu, sih?" Lalu dia menjawab, "Kenapa, gak boleh?"
Aku
bertanya kepada bundaku,
dia sudah berbicara apa saja selama aku belum sampai di rumah. Lalu,
ibuku menjawab,
"Alda coba dengerin dulu
penjelasan
dia, baru kamu boleh marah
dan kecewa."
Akhirnya, aku menemuinya lagi
dan mendengarkan penjelasan yang disampaikan dari mulutnya sendiri. Aku merasa terharu dan
sesekali meneteskan air mataku,
bahwa selama ini dia tidak pernah mencintai perempuan
itu. Dia hanya terpaksa
mencintai, karena
Aisyah sudah terlalu mencintai Rafa,
pada
saat Rafa meminta menemani Aisyah untuk membantu tugasnya.
Setelah
berjalan sebulan dengan Aisyah, Rafa merasakan bahwa Aisyah bukanlah yang
selama ini dia cari. Kebahagiaan
dan rasa nyamannya masih tersimpan di diriku. Sehabis berpikir keras, lalu dia segera
berbicara kepada Aisyah dan dia jujur akan semua yang dia rasakan. Kepada Aisyah, bahwa dia sampai detik
ini masih mencintai aku dan
tidak ada yang bisa mengganti posisiku di
hatinya. Seketika Aisyah langsung
kecewa akan keputusan Rafa, selama
ini yang hanya menjadikan dirinya sebagai peran kedua disaat peran pertamanya sedang
tidak ada di sampingnya. Dengan
rasa bersalah, Rafa
meminta maaf dan berbicara baik-baik
agar Aisyah tidak merasakan sakit hati kepadanya.
Sehabis suasana sudah
kondusif, Rafa mengantarkan
Aisyah untuk pulang.
Sesampainya Aisyah di rumah, tidak lama lagi dia DM
aku. Sebelumnya, aku tidak pernah tahu siapa Aisyah itu dan
dari mana asal-usulnya, karena aku merasa
asing dengan Aisyah,
akhirnya DM
Aisyah tidak aku respons, hanya
aku lihat saja. Tetapi, Aisyah terus DM aku, dia mengucapkan hal
yang membuat aku bertanya-tanya
dengan ucapan dia.
Dia mengirim pesan lewat DM seperti ini, “Hai Alda,
lo beruntung banget bisa
dapetin hatinya Rafa lagi. Lo
bisa membuat dia seakan
gak ada lagi perempuan di dunia ini. Jaga dia baik-baik ya. Rafa orang baik, dia banyak disukai perempuan lain tanpa sepengetahuan lo. Tetapi, dia hanya mencintai lo. Gue kira, selama seminggu lo putus, dia udah gak punya perasaan apa-apa sama lo. Ternyata, gue salah, ternyata kebahagiaan
dia cuma ada di lo. Terima kasih banyak ya Alda. Maaf,
gue ngomong panjang lebar gini.” tutur
Aisyah dalam DM.
Aku bingung dan bertanya-tanya, “Mengapa perempuan dengan nama Aisyah DM
aku seperti itu, ya?”
Akhirnya, setelah aku mendengar
penjelasan dari Rafa,
aku baru tahu
dan sadar ternyata Aisyah adalah perempuan
yang dahulu pernah berhubungan dengan Rafa selama aku lost contact
3 bulan.
Setelah aku mendengar penjelasannya dan
sedikit ada debat kecil, Rafa
menyatakan cintanya kembali didepan aku,
bunda, dan adikku. Dia meminta izin, agar aku menjadi
pacarnya kembali. Aku
bingung, aku takut semua akan
terulang lagi seperti dahulu kala saat Rafa memutuskanku. Tetapi,
dia memberi keyakinan bahwa semua itu tidak akan pernah terulang dan semua akan
kembali baik-baik
saja.
Akhirnya, tidak mau basa-basi lagi, aku terima permintaan
dia untuk menjadikan dia sebagai pacarku kembali. Setelah itu, semua pola pikir, rasa egois, gengsi, yang kita miliki, diubah menjadi lebih
baik dan menjadi mengerti satu sama lain.
Pelajaran yang bisa saya
ambil dari cerita ini adalah,
“Jangan pernah menjadikan
orang lain sebagainya alasan untuk lupa terhadap sesuatu.”
Hubunganku sekarang dengan Rafa sudah berjalan 8 bulan. Alhamdulillah semua
baik-baik saja, suka-duka sudah kita lewati
bersama, pahit manisnya
percintaan sudah kita telan bersama keluarga aku dan dia juga sudah saling
mengenal baik.