oleh: Ghea Azzahra Kusuma Putri
Manusia
hidup beriringan dengan sejarah. Apapun yang manusia lakukan, akan menjadi
sejarah, tanpa memandang siapa orang itu, dan dari mana ia berasal. Karena
sejarah bukan hanya lahir dari orang-orang ternama saja, tetapi orang-orang
biasa juga bisa melahirkan sebuah sejarah. Karena pada dasarnya, manusia adalah
objek sejarah, di mana seluruh umat manusia sangat berperan penting dalam membentuk
sebuah sejarah.
Secara
etimologis, pengertian sejarah tidak hanya berasal dari satu bahasa saja.
Seperti geschicte bahasa Jerman yang artinya sesuatu yang telah terjadi,
lalu bahasa Yunani historia yang berarti penelitian, bahasa Inggris history
yang artinya masa lampau manusia, bahasa Belanda geschiedenis yang
artinya masa lalu atau masa lampau, dan yang terakhir bahasa Arab yaitu, syajaratun
yang berarti pohon. Dari lima bahasa yang tertara di atas, hanya ada satu
bahasa yang artinya terlihat tidak ada hubungannya dengan sejarah. Yaitu
syajaratun, yang berarti pohon.
Meski
artinya terlihat tidak ada hubungannya sama sekali dengan sejarah, ternyata
arti pohon dalam bahasa Arab ini memiliki makna tersendiri yang membuat kata
itu menjadi salah satu pengertian sejarah. Berdasarkan pernyataan para ahli,
sejarah dikaitkan dengan pohon dikarenakan sejarah berketerkaitan dengan
kehidupan manusia, juga perkembangan bagi suatu negara serta kesuksesannya.
Sejarah diibaratkan seperti akar pada pohon, sedangkan manusia diibaratkan
sebagai pohon yang akan selalu tumbuh seiring berjalannya waktu. Tetapi, tanpa
akar, pohon tidak akan pernah bisa bertumbuh.
Intinya,
sejarah adalah hal yang sangat penting bagi manusia, karena tanpa adanya
sejarah, manusia tidak akan pernah berkembang. Manusia tidak akan pernah
belajar akan suatu kesalahan atau kejadian. Manusia akan mengulangi kesalahan yang
sama secara terus-menerus. Manusia akan hidup di lingkaran kehidupan yang itu-itu
saja tanpa pernah bisa maju dan berkembang.
Menurut
saya, sejarah adalah segala peristiwa yang terjadi di masa lampau yang dapat
dipelajari. Terlepas dari apa peristiwa itu, penting atau tidaknya, baru atau
lamanya, setiap peristiwa yang kita alami pasti akan membawa pelajaran bagi
kita. Contohnya ketika kita kecil sedang belajar berjalan, awalnya kaki-kaki
kita belum bisa berjalan seimbang. Ada saatnya kita jatuh tertarik gravitasi
bumi. Lalu hari esok, kita mulai bisa mengatur kaki-kaki kita agar jalannya
seimbang, kita atur postur badan kita agar seimbang dan akhirnya bisa berjalan.
Yang terjadi hari kemarin, di mana kita belum bisa berjalan dijadikan sebuah
pelajaran, kesalahan itu dijadikan pelajaran untuk kedepannya agar tidak
melakukan kesalahan yang sama.
Semenjak
covid-19 melanda, dan kita semua diwajibkan untuk terus menetap di dalam rumah,
banyak hal yang berubah pada diri saya. Terutama pada pola pikir saya. Walau hanya
di dalam rumah saja, hal itu tidak menghalangi saya untuk belajar dan mengerti
tentang banyak ilmu baru. Dahulu, sebelum adanya covid-19, saya adalah orang
yang melihat semua hal hanya dengan satu sudut pandang. Saya adalah orang yang
gampang menghakimi orang atas pendapatnya ataupun keputusannya dalam hidup
mereka.
Kalau
bagi saya itu benar, maka itu benar, kalau menurut saya itu salah, maka itu
salah. Tidak peduli apa yang orang lain pikirkan, saya akan tetap membawa
prinsip itu di dalam diri saya. Bahkan, tanpa sadar mungkin saya pernah membuat
beberapa orang sedih karena perkataan-perkataan saya yang saya ucapkan pada
mereka. Tetapi, seiring berjalannya waktu, hampir dua tahun saya di rumah, mungkin
yang terlihat saya hanya bermain gawai. Tapi, apa yang saya lihat di gawai, ternyata
membawa dampak yang cukup baik. Saya punya beberapa teman online, boleh saya bilang mereka sangat berbeda dari teman-teman
saya yang dari sekolah. Mereka seakan membawa saya ke lingkungan baru.
Lingkungan
yang beda dari biasanya. Mereka punya gaya yang berbeda, pola pikir yang
berbeda, umur yang berbeda, pendidikan yang beda, kelas yang berbeda. Melihat
mereka berpendapat akan sesuatu atau memilih langkah hidup mereka membuat saya
membuka pikiran saya lebih lebar. Dari situ, saya sadar bahwa di dunia tidak
semuanya berjalan selalu sama dengan prinsip kehidupan saya. Saya sadar, bahwa,
prinsip yang saya buat, ya dipakai untuk saya sendiri, bukan berarti orang
harus mengikuti apa yang ada di dalam kepala saya. Apa yang benar atau salah di
prinsip saya, belum tentu hal itu berlaku juga di kehidupan orang lain.
Dari
situ, saya belajar, ketika dulu saya lebih mudah untuk menghakimi keputusan atau
pendapat orang tanpa berpikir, bagaimana pendapat atau keputusan mereka bisa
tersusun dari sudut pandang mereka itu bukanlah hal yang baik. Saya sekarang
juga belum bisa menilai diri saya telah menjadi manusia yang seratus persen
baik, kadang saya masih suka membatin terhadap keputusan seseorang yang
melenceng dari prinsip saya, terkadang saya juga masih kesal dengan orang yang
tidak sepaham dengan pemikiran-pemikiran saya.
Tetapi,
karena belajar sejarah membuat kita tidak melakukan kesalahan yang sama, saya
berusaha untuk tidak menunjukannya, dan juga berusaha menguranginya. Setiap
saya melihat sesuatu yang berbeda dari prinsip saya, saya berusaha mencoba
untuk melihat hal itu dari sudut pandang mereka.
Saya
mulai menghargai keputusan orang lain. Saya belajar, apa yang diri kita
pikirkan tentang orang lain, tidak selamanya harus kita utarakan. Ini pemahaman
sejarah menurut saya dan satu hal yang membawa dampak besar bagi kehidupan
saya. Masih banyak hal yang harus saya pelajari sebagai manusia karena sejarah
akan terus berjalan selama saya masih bernapas di muka bumi ini.
Maka, jangan pernah berhenti belajar dan selalu introspeksi diri demi kehidupan yang lebih baik. Ingat, suatu kesalahan terjadi bukan untuk menghalangi dan menggelapi masa depan, tetapi, suatu kesalahan terjadi untuk kita pelajari demi menerangkan masa depan. Percaya, yakin, dan lihatlah, bahwa, ada cahaya di ujung sana…