Oleh: Keisya Safitri
Rape Jokes? Sepertinya, sebagian orang sudah mengetahui tentang hal yang sangat meresahkan di masyarakat ini. Sebelum membahas lebih jauh terkait rape jokes, mari cari tahu lebih dulu pengertian dari rape jokes itu sendiri. Rape Jokes secara garis besar merupakan guyonan atau lelucon yang menyangkut seputar seksisme atau pelecehan seksual. Baik dalam kehidupan nyata ataupun maya, seringkali kita menemukan gaya lelucon seperti rape jokes.
Sesungguhnya, rape jokes tidak pantas untuk
dilontarkan kepada siapapun. Yang lebih memprihatinkan adalah, bagaimana
seseorang terbiasa mendengar dan menertawai bercandaan tersebut. Tidak dapat
dibayangkan apabila setelah dewasa, para pelaku rape jokes ini menganggap seksisme atau pelecehan seksual adalah
hal yang biasa dan dapat diterima. Ini sangat berbahaya, mengingat lelucon
sendiri memiliki kekuatan yang dapat memengaruhi pikiran serta tingkah laku
seseorang. Belum lagi membayangkan bagaimana korban harus merasakan trauma
serta sulitnya berdamai ketika mendapatkan dirinya dijadikan bahan bercandaan
seksisme bahkan sampai tingkat pelecehan.
Menurut
Catatan Tahunan (CATAHU) Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
(Komnas Perempuan) tahun 2020, dikatakan setiap dua jam terdapat tiga perempuan
menjadi korban kekerasan di Indonesia. Lebih lanjut lagi, rape jokes bukan hanya sekadar candaan seksisme saja, tapi sudah
menjadi budaya yang melanggengkan perkosaan dan juga kekerasan seksual, wajar
terjadi, dan ditoleransi di media atau masyarakat. Mengingat rape jokes dapat terjadi di mana pun dan
kapan pun, menjadikan ruang-ruang aman untuk manusia hidup semakin sempit dan
mungkin bisa saja hilang.
Berdasarkan
hasil penelitian saya sendiri;
Mayoritas korban rape jokes adalah perempuan
Setelah dilihat, korban rapes jokes banyak dialami oleh perempuan. Baik di sosial media ataupun di dunia nyata. Contohnya, ketika seorang perempuan sedang lewat jalan sendirian, ada saja oknum yang menggodanya dengan tidak pantas dan tentu saja, masih ada yang mentertawakannya, hal ini lantas dapat membuat perempuan menjadi sangat tidak nyaman.
Atau bahkan menjadi takut untuk ke luar rumah sendirian. Ataupun saat di sosmed, saat perempuan sedang mengunggah foto dirinya sendiri, ada saja oknum yang berkomentar sangat tidak pantas. Bahkan, saat ditegur pun, oknum berdalih dengan alasan “bercanda doang” “baperan banget sih” “ga asik ah” lantas apa hal tersebut dapat dijadikan candaan? Tentu saja sangat tidak pantas! Dan, tentu saja masih banyak yang juga menyalahkan korban rapes jokes tersebut dengan beranggapan dan membela si pelaku dengan alasan “lagian siapa suruh post foto begitu” “salah sendiri pake baju kaya gitu” “dia cuman bercanda elah, baperan amat si gitu doang” dan masih banyak lagi.
Karena hal tersebut dapat membuat korban
takut untuk bersuara/speak up, baik
dalam kasus pelecehan ataupun pemerkosaan. Karena masih banyak yang meremehkan
atau menganggap hal tersebut tidak penting. Oh dan lagi jika korban melaporkan
kasus ini ke pihak berwajib, masih banyak juga yang menganggap hal ini remeh
dan selalu di tutup-tutupi. Padahal, hal ini dapat membuat korban mengalami gangguan mental
ataupun trauma yang berkepanjangan.
Rape jokes dapat terjadi karena
budaya patriarki
Patriarki
itu apa sih? Patriarki adalah di mana seorang laki-laki merasa di posisi yang
sangat penting, sedangkan perempuan di posisi atau dipandang rendah oleh laki-laki.
Budaya patriarki masih melekat di negara kita, dan herannya, masih banyak yang
mewajarkan budaya patriaki tersebut. Contohnya, seperti perempuan harusnya di
rumah saja dan di dapur, harus melayani laki-laki 24/7 dan tidak boleh berkarier
tinggi, karena si laki-laki takut merasa tersaingi! Padahal, perempuan sendiri
juga berhak untuk berkarier setinggi mungkin dan menggapai cita-citanya
sendiri. Namun, karena zaman sudah semakin maju, banyak orang yang mulai
menghilangkan kebudayaan patriarki tersebut, walaupun masih ada beberapa yang
menganut kebudayaan patriarki tersebut.
Seringkali
korban tidak sadar dirinya menjadi korban rape
jokes, hal ini tentu saja dapat membuat pelaku beranggapan bahwa hal ini
hal yang sangat biasa, dan bisa makin menjadi dan tentu saja makin banyak
korban nantinya.
Pelaku rapes jokes terpengaruh oleh
kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat berpengaruh besar pada pelaku, hal ini disebabkan saat kecil sampai besar pelaku tumbuh di lingkungan yang kurang positif, yang mewajarkan hal-hal tentang candaan seksual sangat wajar. Jadi, saat besar pelaku juga mewajarkan hal tersebut dan melontarkan kepada korban yang tidak bersalah. Bahkan, tidak banyak juga anak kecil sekarang sudah melakukan candaan rapes jokes tersebut.
Jadi, itulah
mengapa lingkungan yang positif sangat
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dan, tentu saja peran orang tua
dalam mendidik anaknya juga sangat penting. Sejak kecil, anak juga harus
diajarkan tentang pentinya seks edukasi dan mana hal yang patut dijadikan bahan
candaan ataupun tidak. Dan, juga orang tua harus memperhatikan anaknya dalam
bermain sosial media, sebelum ia menginjak usia legal. Karena sosial media juga
dapat memberi dampak buruk bagi anak, banyak website terlarang yang dapat diakses dengan mudah, sehingga anak
juga dapat terjerumus ke hal negatif.