Gambar: Edward Said (1935-2003), intelektual besar, perintis studi poskolonial, berdemo anti-Israel dan bahkan melempar batu.
Oleh: Muhammad Haiqal Fauzi, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta
Palestina
memiliki arti penting bagi agama samawi,
terutama Umat Islam, karena
memiliki sejarah yang sangat berkesan pada zaman kenabian. Maka
dari itu,
Palestina disebut sebagai negeri para
nabi. Salah satunya adalah Nabi Muhammad Saw,
dengan peristiwa Isra Mi’raj-nya.
Peristiwa
Isra Mi’raj sudah tidak asing di kalangan Umat
Islam,
karena pada Isra Mi’raj lah turun perintah salat.
Peristiwa ini dikenal dengan perjalanan Rasulullah Saw dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, kemudian
dilanjutkan ke Sidratul Muntaha yang dilakukan hanya beberapa jam dalam
semalam. Peristiwa tersebut memang tak masuk di akal. Namun,
bagi Allah Swt tidak ada yang
tidak mungkin.
Masjidil Aqsa juga pernah menjadi kiblatnya Umat Islam pada masa lampau. Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam kitabnya Tafsir Al-Quranil Azhim, disampaikan oleh beliau, “Bahwa sungguh Nabi Muhammad Saw datang ke kota Madinah Al-Munawaroh saat datang itulah beliau memulai menunaikan salatnya di Madinah selama 17 bulan menghadap Baitul Maqdis kemudian Allah Swt menurunkan QS. Al-Baqarah ayat 144 kepada beliau, setelah banyak dicemooh oleh orang-orang Yahudi".
Palestina
juga memiliki sebuah kota yang sering disebut dengan Yerusalem atau Al-Quds.
Daerah ini dianggap suci oleh tiga agama. Pertama
Yahudi,
karena itu adalah tanah terjanji yang dijanjikan kepada mereka yang ambil dari
kitab-kitab suci mereka. Kedua, orang Nasrani,
karena itu adalah tempat terakhir kali perjamuan Yesus Kristus sebelum
dikhianati oleh Yudas Iskariot sekaligus tempat disalibnya Yesus Kristus.
Awal Mula Bani Israil
Bani
Israil adalah keturunan Nabi Yakub As. Beliau sendiri dikenal dengan Israil
yang artinya kekasih Allah. Beliau memiliki 12 anak, salah
satu anak Nabi Yakub adalah Nabi Yusuf. Orang-orang Bani Israil berkembang di
Mesir sampai akhirnya diperbudak oleh Fir’aun. Nabi Musa dan Nabi Harun
mengajak mereka pergi menuju satu tempat yang dijanjikan Allah Swt. Sesampainya
di tempat itu, orang-orang Yahudi malah berbuat tidak pantas pada Nabi Musa. Atas
perbuatannya itu Allah menghukumnya. Singkat cerita, akhirnya kepengurusan
mereka dilanjutkan oleh Yusa bin Nun sekaligus membawanya masuk ke tempat yang
dijanjikan tersebut.
Orang-orang
Yahudi dikenal selalu berbuat masalah,
sehingga pada saat itu terbagi menjadi dua wilayah yaitu Kerajaan Israel dan
Kerajaan Yehuda. Kedua kerajaan tersebut terus terjadi konflik sampai akhirnya
ada sebuah kerajaan bernama Assyria yang menaklukan
Kerajaan Israel. Namun,
setelah itu Assyria ini ditaklukan oleh Kerajaan Babilonia sekaligus menaklukan
Kerajaan Yehuda.
Orang-orang
Yahudi dibawa ke Babilonia. Sebagian dari mereka ada yang terbunuh dan dijadikan budak. Singkat
cerita, Kerajaan Babilonia diserbu oleh Kerajaan Persia dan mengembalikan
orang-orang Yahudi ke asalnya. Lanjut, orang-orang
Yahudi tersebut dikuasai oleh Romawi dan sampai
akhirnya diusir dari tempat terjanji karena sering berbuat masalah.
Tidak
hanya sampai di situ, setelah
diusir dari tempat terjanji itu mereka juga mendapatkan masalah dimanapun
negeri yang mereka pijak, dikarenakan
sifatnya yang kurang baik itu.
Berkembangnya paham Zionisme
Theodor
Herzl ditugaskan untuk meliput sebuah peristiwa politik di Prancis. Setelah
meliput serangan terhadap bangsa Yahudi di Prancis, Herzl mengambil sebuah
kesimpulan yaitu Bangsa Yahudi akan tetap dianggap anak tiri dan sebagai
pendatang dimana pun mereka berada tak peduli, meskipun sudah berasimilasi. Satu-satunya solusi adalah menguasai negara
tersebut sendiri yaitu dengan memastikan dukungan negara-negara besar di Eropa
terlebih dahulu, baru bisa
bermigrasi secara massal. Dalam hal inilah ajaran Herzl dikatakan sangat bertentangan dengan
ajaran Yudaisme.
Berbeda
dengan Yudaisme yang menantikan keselamatan dari Messias.
Ideologi yang dikembangkan Herzl dikembangkan atas dasar Nasionalisme Yahudi.
Dia menganggap bahwa bangsa Yahudi tidak bisa menunggu terlalu lama dan harus
segera membentuk negara di Palestina. Ideologi ini yang dinamakan Zionisme.
Pada
tahun 1897, Herzl mengumpulkan para tokoh Yahudi dari seluruh Eropa. Rencana
yang ditawarkan Herzl mendapatkan persetujuan dan pertentengan. Bagi mereka
yang menentang, membuat sebuah negara bagi Bangsa Yahudi akan melanggar kitab
Taurat, di mana
hanya Messias lah yang bisa mempersatukan bangsa pilihan Tuhan.
Herzl
terus berupaya agar rencananya mendapatkan dukungan. Dia mulai mendekati
petinggi dari Jerman yang dekat dengan kekaisaran Ottoman. Dia berhasil
mendapatkan dukungan tersebut, sehingga
pergilah ke kekaisaran Ottoman. Dia meminta sepetak tanah dengan menawarkannya
bantuan keuangan. Namun, kekaisaran
Ottoman yang sedang menghadapi banyak tantangan dari Eropa tidak ingin
memberikannya.
Herzl
tidak berhenti untuk menduduki Palestina. Dia
mulai mendekati musuh dari kekaisaran Ottoman yaitu Rusia dan Inggris. Dia
tidak mendapatkan dukungan dari Rusia, tetapi mendapatkannya dari Inggris. Dia ditawarkan wilayah di Uganda. Sialnya, telah ditolak. Berbagai upaya terus dilakukan sampai akhirnya ia
meninggal pada 1904.
Pada
tahun 1914, kekaisaran Ottoman dan Jerman turut berperang melawan sekutu.
Inggris merespon dengan mendukung nasionalisme bangsa Arab agar memberontak
pada sentral kekuasaan kekaisaran Ottoman.
Kelompok
Zionis terbagi menjadi dua; ada yang menetap
di Palestina dan Eropa. Salah satu tokoh
Zionis di Eropa adalah Chaim Weizmann. Dia sering melobi menteri luar negeri
Inggris untuk memberikan sepetak tanah bagi Bangsa Yahudi apabila berhasil
mengalahkan kekaisaran Ottoman.
Pada
tahun 1918, Inggris berhasil mengalahkan kekaisaran Ottoman. Dan,
Inggris diberikan mandat oleh Liga Bangsa-bangsa untuk menguasai seluruh
wilayah Palestina. Dengan kekuasaan ini Inggris justru mengingkari janjinya
kepada Bangsa Yahudi.
Pada
tahun 1921, Inggris
membentuk kerajaan Transjordan dan bukan untuk bangsa Yahudi. Pembentukan
kerajaan ini memantik nasionalisme ekstrim di Bangsa Arab Palestina yang
menghendaki kemerdekaan serupa, sedangkan
Bangsa Yahudi yang semakin tidak percaya
dengan Inggris dan mulai membenci bangsa
Arab.
Konflik
antara Bangsa Arab dan Yahudi di Palestina semakin meningkat setiap harinya.
Seorang ekstrimis Vladimir Jabotinsky membentuk milisi Yahudi yang disebut
Haganah. Dia
mengatakan, bahwa Bangsa Yahudi tidak boleh menerima Bangsa Arab karena sudah
banyak Bangsa Arab di Timur Tengah dan dia juga mengatakan bahwa Bangsa Yahudi
tidak boleh mempercayai bangsa manapun termasuk Inggris
Pada
tahun1939, Inggris kewalahan atas konflik tersebut dan akhirnya menghentikan
imigrasi Bangsa Yahudi ke Palestina. Pada tahun ini pula, keadaan Bangsa Yahudi
diperparah dengan dikuasainya Jerman oleh Partai Nazi yang berambisi memburu
dan memusnahkan seluruh orang Yahudi di dunia. Selain itu,
pandangan dari Vladimir Jabotinsky mendapat dukungan dari orang Yahudi, bahkan
mereka yang ingin hidup berdampingan dengan Bangsa Arab turut terkontaminasi
dengan kebencian ini.
Kelompok
teror Yahudi mulai terbentuk untuk menyerang perwira Inggris yang menghambat
migrasi Bangsa Yahudi sekaligus menyebar teror ke pemukiman Arab. Ekstrimisme
ini dikecam oleh salah seorang tokoh Yahudi seperti Davin Ben Gurion dan
mendesak Inggris untuk mengesahkan negara Yahudi demi menghentikan kekacauan di
Palestina.
Inggris
mulai muak dengan kekacauan yang terjadi dan menyerahkannya ke PBB. Palestina
dibentuk menjadi 3 bagian yaitu untuk Bangsa Yahudi, Arab, dan PBB (Jerusalem).
Pada
tahun 1947, pemungutan suara dilakukan dan paling banyak menyetujui pembentukan
Negara Israel yang adalah tujuan dari Zionisme itu sendiri.
Seperti yang kita lihat belakangan ini, sering terjadi penindasan terhadap masyarakat Islam di Palestina oleh tentara Zionis Israel tanpa memandang laki-laki atau perempuan. Dalam UUD 1945, dikatakan bahwa penjajahan itu tidak sesuai dengan peri kemanusiaan. Maka berempati terhadap warga Palestina tidak perlu menjadi muslim, melainkan menjadi manusia yang berakal sehat.
Apalagi
dalam sejarah bangsa Indonesia, bahwa
kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari Palestina, di mana
pada saat itu Mufti Palestina, Muhammad Amin Al Husaini mengajak negara-negara
Timur Tengah untuk memberikan pengakuan atas merdekanya Indonesia.
Semoga tulisan ini bermanfaat. Jazakumullahu Khairan Katsir.