Hari Kebangkitan Nasional dan Nasib Kepemudaan Masa Kini

 

Oleh: Anastasia Dwi Anggraini, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta


    Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 20 Mei memiliki makna penting bagi bangsa Indonesia. Hari kebangkitan Nasional ditandai oleh peristiwa krusial dalam pusara bangsa Indonesia yang dinyana, berdirinya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dan keberlanjutan pergerakan yang akan tiba pada Ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 kelak.

 

Hari Kebangkitan Nasional adalah masa di mana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan, nasionalisme, serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kelahiran Budi Utomo menjadi babak baru atau tonggak yang menumbuhkan semangat perjuangan. Selain itu, menjadi inspirasi berdirinya berbagai organisasi di seluruh Indonesia pada waktu itu. Baik organisasi yang bersifat kedaerahan, politik, keagamaan, serikat pekerja, bahkan kewanitaan.

 

Meskipun memiliki ideologi berbeda, namun organisasi-organisasi tersebut memiliki tujuan yang sama; meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Perjuangan bersifat nasional dilansir situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), adanya Budi Utomo membuat perjuangan melawan penjajah tidak lagi bersifat daerah dan menggunakan senjata.

 

Akan tetapi, perjuangan yang bersifat nasional dengan memanfaatkan pemikiran, bukan kekerasan dan dilakukan oleh kaum-kaum intelektual. Bahkan, persatuan dan kesatuan sudah mulai tumbuh dengan sangat subur. Berdirinya Budi Utomo tidak lepas diterapkannya politik etis oleh Pemerintah Belanda. Budi Utomo merupakan organisasi modern pertama kali di Indonesia yang didirikan pada 20 Mei 1908.

 

Latar belakang dari politik etis, diantaranya yaitu:

 

• Sistem tanam paksa memunculkan penderitaan rakyat Indonesia

 

• Sistem ekonomi liberal tidak dapat memperbaiki kesejahteraan rakyat

 

• Belanda memberi penekanan dan penindasan kepada rakyat, sehingga rakyat kehilangan tanahnya.

 

• Terdapat kritik dari kaum intelektual Belanda sendiri

 

Politik etis atau politik balas budi yaitu suatu pemikiran yang menyatakan, kalau pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Pokitik etis yang berisi 3 tindakan,yaitu Edukasi (Pendidikan), Irigasi (Pengairan), dan Transmigrasi (Perpindahan Penduduk). Pencetus politik etis atau politik balas budi yaitu C.Th. van Deventer yang merupakan seorang politikus. Van Deventer memperjuangkan nasib bangsa Indonesia. Van Deventer menjelaskan, kalau Belanda udah berutang budi kepada rakyat Indonesia.

 

Tujuan utama dari sebuah politik etis atau politik balas budi, diantaranya yaitu:

 

• Meningkatkan Edukasi dalam menyelenggarakan pendidikan

 

• Membuat Irigasi yang tujuannya buat membangun sarana dan jaringan pengairan

 

• Transmigrasi dan imigrasi yaitu buat mengorganisasi perpindahan penduduk

 

Manfaat yang bisa kamu ambil dari politik etis tersebut, yaitu:

 

• Munculnya kalangan terpelajar

 

• Irigasi banyak diperbaiki

 

• Hasil produksi meningkat

 

• Persebaran penduduk ke berbagai tempat

 

Budi Utomo didirikan oleh siswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten). Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan, serta tidak bersifat politik. Mereka sebenarnya boleh dibilang kaum elit pada masa itu.

 

Peran Pemuda

 

Keberadaan pemuda tidak lepas dari perjalanan bangsa Indonesia. Pada awal abad ke-20, golongan intelektual terdidik memiliki pandangan luas tentang perlunya meningkatkan kedudukan dan martabat rakyat. Pada masa pergerakan awal abad ke-20, para kaum muda menemukan kesadaran tentang kepemudaannya dan muncul dalam kesadaran berorganisasi.

 

Dengan berorganisasi, anak muda dengan segala sifat kepemudaannya menyalurkan ide, bakat, perhatian, dan pikiran. Di mana mereka mendirikan pelbagai organisasi yang bercita-cita memperbaiki kehidupan bersama, yang mana diawali oleh pergerakan Budi Utomo. Dengan berorganisasi, perlawanan terhadap kolonial tidak lagi dengan mengangkat senjata. Namun, bertumpu pada kekuatan rasional yang melalui organisasi, media massa, pendidikan, dan dialog.

 

Dalam buku Boedi Oetomo: Awal Bangkitnya Kesadaran Bangsa (2008) karya Gamal Komandoko, pada 20 Mei 1908 sebagai tanda awal kebangkitan nasional. Rakyat Indonesia pun menjadikan tanggal berdirinya Budi Utomo sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang menjadi salah satu tonggak penting dari perjalanan bangsa Indonesia, yang menjadi landasan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Peringatan Kebangkitan Nasional adalah untuk mengenang kembali bagaimana semangat perjuangan bangsa Indonesia tempo dulu untuk mengisi kemerdekaan dengan berbagai pembangunan pemikiran dan aksi tindakan yang begitu kongkret dan nyata.

 

Telah bangkit nasionalime. Bahwa, mereka adalah anak-anak bangsa yang merupakan bagian tak terpisahkan dari saudara-saudara bangsa dalam batas wilayah Nederlands Indie, cikal bakal dari Negara Kesatuan Repubkik Indonesia. Kebangkitan Nasional merupakan promotor persatuan seluruh pemuda di bumi nusantara yang bersumpah atas nama Indonesia. Mereka mengaku bertanah air, berbangsa, dan berbahasa satu yaitu: Indonesia. Dengan tidak membeda-bedakan suku, agama, ras, dan budaya.

 

Mengapa Harkitnas menjadi promotor bagi pemuda dan pemudi? Karena di masa yang akan datang, pemuda dan pemudi lah yang menjadi penerus generasi bangsa. Maka dari itu, pemuda dan pemudi harus menerapkan sikap, nilai-nilai kesejarahan dan intelektualitas dari harkitnas, serta memiliki rasa cinta tanah air. Oleh sebab itu, latar belakang dari Kebangkitan Nasional adalah bangkitnya semangat nasionalisme, persatuan, kesatuan dan kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan negara dan bangsa Indonesia!

 

Persatuan menjadi aset berharga dalam menatap hari depan yang penuh harapan. Karena diperlukan jiwa besar dan semangat kebersamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Bersatu dalam keharmonisan yang ditandai dengan banyaknya etnis, suku, agama, budaya, lalu meleburkan kebiasaan di dalam wadah kedamaian.  Perbedaan-perbedaan itu justru dijadikan perbendaraan dan sumber inspirasi. Hal ini akan menimbulkan saling berbagi pandangan, harapan, dan tujuan mulia. Tantangan masa depan bangsa akan menjadi mudah, ketika dilaksanakan secara bersama. Rasa memiliki bangsa yang tercipta selalu dipelihara dan dikembangkan menjadi kekayaan bersama serta membentuk kesatuan yang indah, harmonis, dan damai.

 

Kebangkitan Nasional di Masa Pandemi

 

Secara formal kita sudah berada di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tapi faktanya, ada saja orang dari daerah tertentu yang ingin memisahkan diri. Ada pula yang menginginkan negara dalam bentuk lain, berbasis pada agama yang mereka anut. Kebutuhan untuk menyatukan kesadaran bahwa kita satu bangsa, terdiri dari berbagai suku dan agama, memilih untuk berbagi ruang hidup di bawah naungan NKRI selalu relevan dan penting.

 

Tentu saja, kesadaran saja tak cukup. Kita punya identitas yang sama. Tapi yang lebih penting lagi, kita punya tujuan yang sama. Tujuan itu akan kita capai bersama, setiap orang, setiap komponen bangsa berkontribusi untuk mencapainya. Kita membentuk sebuah tim, setiap komponen menjalankan peran yang berbeda. Kita bersama menuju ke suatu titik.

 

Saat ini apa titik tujuan kita? Jelas sekali, bahwa kita harus membebaskan bangsa ini dari ancaman Covid-19. Ini bukan sekadar ancaman penyakit. Ini adalah ancaman terhadap keselamatan kita sebagai individu, juga ancaman terhadap keselamatan kita sebagai bangsa. Yang sudah segera terlihat, selain kerugian medis, adalah kerugian ekonomi. Efek ekonomi ini tidak hanya harus kita tanggung selama wabah ini berlangsung, tapi beberapa tahun setelahnya. Efek ekonomi ini bisa saja merambat ke hal lain seperti politik, dan pertahanan.

 

Anak muda jaman sekarang bisa tidak untuk memahami hari kebangkitan nasional? Jawabannya tentu saja pasti ada yang bisa, dan ada yang tidak. Karena, menurut saya tidak semua manusia peduli akan hal membangkitkan nasionalisme apa lagi untuk pemuda yang gemar sekali baku hantam, tauran, membuat gaduh dan tidak menaati aturan sekolah, lingkungan, sosial, dan budaya. Cara agar membuat pemuda yang gemar membuat gaduh ya mengubah sifat, karakter, dan paling fundamental adalah pola pikir! Saya sebagai pemudi bangsa Indonesia, dapat memaknai hari Kebangkitan Nasional dengan cara belajar menghargai perbedaan. Karena, perbedaan tidak menghalangi persatuan, seperti hal nya dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” Lalu, harus lebih open minded.

 

Jangan berkelahi hanya karena beda pendapat dan ngotot akan kebenarannya sendiri tanpa dialog dan perdebatan yang dingin. Apalagi di era keterbukaan seperti ini, para pemuda juga harus pandai memilah kalimat yang ingin diutarakan ke publik. Menjaga silaturahim dengan teman tanpa melihat background-nya seperti apa, dan menghindari obrolan-obrolan yang sensitif memicu perpecahan. Itulah beberapa cara menurut saya dalam memaknai Hari Kebangkitan Nasional.

Hari Kebangkitan Nasional dan Nasib Kepemudaan Masa Kini