Antologi "Penghuni Rumah Puisi"

 

oleh: Baby Ayu Wulandari, Aida Zuraida, Umaira Alifia Zahra, Rila Nadya Puti, dan Inayah Larasati Nugraha, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta


Terpaksa Ikhlas

oleh: Baby Ayu Wulandari


Malam ini terasa dingin
hembusan angin menusuk tubuhku
terdengar suara bisikan lirih
saatku memejamkan mata

ketika hati memutuskan untuk memilih
ketika raga mulai melangkahkan kedua kakinya
ada seseorang menghalangi pandanganku
untuk berjalan kepadanya

begitu tampan, menawan, dan berwibawa terlihat dari kejauhan
hatiku bergetar hebat, rasanya bibirku hanya ingin tersenyum lebar
banyak pertanyaan hinggap di benakku
tentang...

“siapakah tuan itu?
apa yang ia lakukan dengan dirimu?
apakah itu hanya sementara?”

waktu berjalan
semakin lama, semakin sakit
yang awalnya kukira akan sementara
ternyata mengubahku untuk berpikir
mereka mungkin akan selamanya

pergilah! tugasku sudah selesai
pelangimu sudah tiba
jangan lupakan payung
yang melindungimu di kala hujan

namun, bila semua itu
akan menjadi kebahagiaan mereka berdua
aku dan seluruh jiwaku
terpaksa ikhlas

ini aku,
yang selalu mengetuk pintu hatimu, namun tak kunjung kau buka
yang selalu memesan secangkir kopi untukmu, namun tak pernah kau minum
dan ini aku, yang mulai memaksakan untuk ikhlas
karena sejuta rasa yang tak pernah kau balas


Mencintaimu Dalam Diam
oleh: Baby Ayu Wulandari

Waktu demi waktu terus berganti
ada kalanya hati ini senang,
namun ada kalanya pula
hati ini terasa gundah

derap langkah terdengar semakin dekat
hembusan napas terasa jelas
debaran  hati ini semakin kuat
hingga aku tidak mampu bersembunyi lagi

dia sempurna
matanya, bibirnya, hati juga pikirannya
terdengar nada merdu dari mulutnya
indah, hingga aku merasa nyaman
saatku berada di dekatnya

namun, aku tersadar, itu hanya sebuah mimpi
mimpi yang tidak akan pernah menjadi kenyataan
seperti air yang tidak bisa menyatu dengan minyak
namun setiap teringatnya, rasanya ingin berada di dekatnya

dia datang ketika aku terjebak di duniaku yang gelap gulita
datang memberi warna pada duniaku
memberi tawa, memberi kehangatan
dia membantuku merobohkan semua tembok yang kubangun untuk menjaga hati ini

namun, semuanya berubah dalam sekejap
tatapannya, senyumnya
warna yang selalu menghiasi duniaku
semuanya hilang dan takkan kembali

“apa salahku?
apa yang telah kuperbuat?
apa hati ini tidak mungkin berlabuh?”

kutersadar, kamu adalah sosok yang tak terduga
mudah membuatku bahagia, mudah membuatku hancur saat itu juga
menggenggam setiap harapan, yang tak mungkin menjadi kenyataan

karena kutahu, diam adalah cara yang terbaik untuk mencintaimu
karena pada kenyataanya, diungkapkan pun tak ada guna
kau tak pernah menganggapku ada...


Rumah
oleh: Baby Ayu Wulandari

Selamat malam, bulan
akhirnya kita bertemu lagi
aku mau cerita sesuatu, nih
dengerin, ya

saat ku berjumpa sosok rupawan
menyambutku dengan genggaman
jari panjang nan lentik
memberi suatu hal yang tak terduga

“ini punya kamu?
oh, sepertinya terjatuh
hmm…
nama kamu siapa?”

pertanyaan yang singkat
terlintas di bibir
bagai hantaran kilat yang menyerbu
kala hujan kan datang

kuterbuai mendengar suara itu
bagai alunan melodi yang indah
tersadar oleh detakan irama
dan rona merah di wajah

hati yang sedang berlayar
akhirnya sampai titik tujuan
dan ku berharap
sampai di rumah pula

banyak orang berpendapat
rumah bagaikan kenyamanan, kehangatan, dan kebahagiaan dalam hati
bersama sosok yang disayang

namun, dulu bagiku
rumah begitu sesak untuk disinggahi
kesedihan dan kesendirian itu
harap tak kembali

hari ini, esok, atau nanti
kuingin singgah di rumah baru itu
dan bisa merasakan, apa yang orang lain rasakan
saatku dengannya...


Sujud

oleh: Aida Zuraida


Tepat  pada  sepertiga  malam

di  atas  ranjang  yang berantakan
saya  terbangun  dari  mimpi  panjang
 
saya  mengingat  bagian  dari  mimpi
mimpi  yang  mampu  menggetarkan  kuat  hati
mimpi  yang  menggerakkan  saya  untuk  mengingat  akan  hari  mati
 
saya  membersihkan  diri
dan  terbayang-bayang  dengan  sang  ilahi
memulai  gerakan-gerakan  yang  sudah  lama  ditinggalkan  oleh  diri  ini
 
sujud,  ternyata  ini
dengan  sujud,  saya  bisa  merasakan  ketenangan  hati
dengan  sujud,  saya  menjadi  lebih  damai
dan  dengan  sujud,  saya  tidak  merasa  sendiri
 
Tuhan,
tubuh  ini  tidak  sempurna
sementara  engkau  sangat  sempurna
di  kala  semua  masalah  datang  menggebu-gebu
kemudian  saya  menemuiMu

 
Langit malam
oleh: Aida Zuraida
 
Berdiri,
mengambil  langkah  menyusuri  inti  bumi
terhenti
mendongakkan  kepala  melihat  langit
 
saya  mengingat  kembali  kehadirannya
sosok  yang  selalu  menemani  saya
senyum  dia
senyum  yang  merekah  indah  di  wajah  cantiknya
 
mengingat  bagaimana  perlakuannya  yang  lembut
tubuh  kecil  imut
sebuah  perbincangan  yang  saling  bersahut
ahh,  rasanya  begitu  hangat
 
tersenyum  kecut
berharap  semua  kejadian  itu  kembali  terwujud
tetapi  itu  hanya  akan  menjadi  mimpi
karena  dia  sudah  pergi
 

Rumah
oleh: Aida Zuraida
 
Saya  berlari  menyusuri  jalan
Berlari  pada  arah  yang  memang  sudah  menjadi  tujuan
Mengerahkan  tenaga  yang  tersisa
Pada  tubuh  yang  mulai  putus  asa
 
Melihat  sosok  yang  sudah  menunggu  di  ambang  pintu
Seolah  mengerti  bahwa  diri  ini  sudah  tidak  mampu
Dipeluk  erat  olehnya
Menjerit  di  dalam  pelukan  hangatnya
 
Merasakan  setiap  usapan  yang  lembut
Hati  ini  begitu  terpaut
Bagaimana  tidak?
Dirinya  selalu  berhasil  menjadi  obat  saat  emosi  meledak
 
Ditangkupnya  wajah  saya
Diberikan  senyuman  manis  dari  wajahnya
Dan  dia   berkata 

“Tak  apa  kamu  sudah  yang  terbaik  buat  saya.”


Setelah Kamu Meninggalkanku

oleh: Umaira Alifia Zahra

Sampai detik ini, aku masih tidak percaya

apa yang dulu kita mulai
kini sudah berakhir menjadi sebuah kenangan
 
aku ingin menangis,
tapi tidak bisa menangis
walau aku tetap tersenyum melewati hari-hari tanpamu,
hatiku tak akan berbohong
aku belum merelakannya
 
rasa tidak rela itu,
membuat ku terus berharap bahwa kamu akan kembali
bahwa kita akan kembali seperti dahulu
itu menyakitiku
 
terkadang, aku merasa aku baik-baik saja
tapi kemudian aku merasa kesepian
aku sadar, aku tidak menangis
tapi aku kehilangan diri ku sendiri
 
aku kehilanganmu dan juga diriku
aku merasa sangat bersalah ketika aku memikirkan laki-laki lain
aku merasa sangat berat mengetahui kenyataan bahwa kamu akan bersama perempuan lain nantinya
 
aku menyayangimu, sangat menyayangimu
walau kamu tidak menjadi akhir dari perjalanan
tapi kamu menjadi salah satu tempat singgah ternyaman
dalam hidupku
 
akan sangat berat nantinya,
tapi aku akan belajar untuk merelakan segalanya
kamu harus baik-baik saja
kamu yang terpuruk akan sangat menyakitiku
 
aku harap kita tetap bisa bertemu
entah kembali membangun kisah seperti dulu

atau hanya menjadi orang asing yang saling mengenal.


Rindu Suasana Rumah
oleh:  Umaira Alifia Zahra
 
Sebaris ungkapan kerinduan
darinya yang berada di kejauhan
yang rindu akan kehangatan
senyum dan tawa yang menenangkan.
 
bukan sebuah tempat mewah
bukan sebuah tempat yang penuh harta
hanya sebuah ruangan kecil
sederhana namun penuh warna
 
mengusir gundah gulana
mengusir segala rasa gelisah yang ada
hanya dengan sebuah kata-kata
hanya dengan sebuah canda
 
tiap kata yang di torehkan
datang dari seseorang yang rindu
rindu akan suasana rumah
yang kini terhalang untuk berjumpa

 
Pukul Sepuluh Malam
oleh: Umaira Alifia Zahra 

Ketika aku sendiri,
kesedihan selalu menghampiri,
aku merasa begitu kecil,
hingga harapanpun nihil.
 
orang-orang punya tujuan mereka,
hanya aku yang tak tau harus ke mana,
apa yang sebenarnya sedang kuusahakan?
apa yang sebenarnya sedang kuperjuangkan?
 
rasa apa yang hadir ini?
keinginan atau hanya iri?
 
semuanya abu-abu,
aku bahkan tak tau siapa aku,
aku seperti sudah tenggelam,
dalam lautan segelap malam.
 
aku lelah,
udara seakan menghilang,
aku tidak bisa bernapas dengan tenang,
seperti tercekik.
 
pada titik ini aku sadar,

aku telah kehilangan diriku sendiri.


Budaya Persatuan
oleh: Rila Nadya Puti

Persatuan dan kesatuan
di Indonesia sudah menjadi sebuah kebiasaan
budaya kita 'tuk mencapai kemerdekaan'
jangan pernah kita lupakan
 
kini masa telah berganti
apakah jati diri bangsa kita masih di sini?
pada saat kesalapahaman terjadi
apakah kita akan bermusyawarah atau berselisih?
 
bangkitlah selalu bangsaku
kami generasimu,
akan selalu mendukungmu
kami generasimu,
akan siap menjunjung tinggi namamu
 
semakin dewasa, semakin kumengerti
betapa pentingnya budaya persatuan kita kembali
di mana kita dapat mencapai tujuan yang kita sepakati

dan mengembalikan persatuan 'tuk Indonesia kita ini'


Belum Ada Judul
oleh: Inayah Larasati Nugraha

Kamu yang pergi tak tentu arah
meninggalkanku sendiri yang rapuh
ini terlalu cepat bagiku
iya aku, yang setiap hari mencari kebahagiaan untukmu.
 
kini kutenggelam di lautan kenangan
sementara kamu,
pergi dengan alasan kurang pengertian.
apakah ini yang dinamakan ketulusan?
 
kupikir kisah kita runtuh karna usia,
namun semesta berkata lain
hari ini, kuizinkan kamu pergi
asal, kamu bawa semua kenangan ini
 
teruntuk,
 
Sang pelita yang tak henti memberi ilmu
berkalut sabar setiap saat untuk membimbing
walau ragamu sudah tiada pak, bu
jasa yang tak terhingga akan selalu membekas
 
kuhargai dirimu lewat sajak tak bersuara,
kelak akan kubuat kau bangga
tetaplah menjadi sang pelita berharga
yang memancarkan sinar indahnya
 
sehat sehat selalu pak, bu.
 
waktu berevolusi
otak berhalusinasi
entah apa yang kucari
seuntai harapan yang dinanti
 
oposisi sibuk mencaci
petahana sibuk membela diri
masyarakat muak dan berorasi
persekusi semakin menjadi-jadi
 
jangan pesimis, jangan apatis
kesetaraan hanyalah mitos
kebebasan hanyalah ilusi

lilin-lilin pertahanan akan terus dijaga

Antologi "Penghuni Rumah Puisi"