Melihat Cinta Bekerja di Dalam Sosok "Ainun"

 

              sumber: https://id.wikipedia.org

oleh: Rahma Fadhilah Harini, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta

Judul Film         : Habibie & Ainun 3

Sutradara          : Hanung Bramantyo

Produksi            : MD Pictures

Tahun Produksi : 2019

Pemain Film: Maudy Ayunda, Reza Rahardian


    Ainun (Maudy Ayunda) sangat bercita-cita ingin menjadi seorang dokter, karena ia ingin sekali bisa membantu banyak orang yang sedang sakit seperti sang ibu (Marcella Zalianty). Namun, pada saat itu, banyak yang meragukan kemampuan Ainun, sebab ia seorang perempuan. Pada tahun 60-an, tak banyak perempuan yang bisa menjadi dokter. Bahkan dosennya sendiri, Husodo (Arswendy Nasution) meragukannya juga. Namun, Ainun tak pantang menyerah.

 

Di sisi lain, di masa kuliah Ainun, ia bertemu dengan cinta pertamanya Ahmad (Jefri Nichol). Ahmad yang pintar, kritis, dan romantis, membuat Ainun luluh. Kehadiran Ahmad sejenak membuat Ainun lupa dengan Rudi Habibie (Reza Rahadian) yang sempat mencuri perhatiannya saat SMA dulu. Setelah Ahmad mantap melamar Ainun, Ainun merasa tak sejalan dan memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungannya dengan Ahmad. Ainun merasa mereka tidak satu frekuensi dan mengatakan bahwa mereka berada dalam satu buku yang sama, tetapi di halaman yang berbeda. Ainun pun dipertemukan lagi dengan Habibie dan kembali pada pilihan pertamanya.


Ulasan

Ada ekspetasi yang membumbung tinggi terhadap film Habibie & Ainun 3. Setelah MD Pictures sukses dengan dua film sebelumnya, yaitu Habibie & Ainun (2012) dan Rudy Habibie (2016), kini MD Pictures kembali menggarap sequel ketiga dari film Habibie & Ainun. Manoj Punjabi sang Produser mengatakan, bahwa film ini memang khusus didedikasikan untuk mendiang Bapak B.J. Habibie dan keluarganya. Sang sutradara, Hanung Bramantyo, mengatakan film yang dibintangi oleh Maudy Ayunda, Jefri Nichol, dan Reza Rahardian akan menjadi film terakhir kisah Habibie dan Ainun.

 

Jadi, bisa dibilang ini merupakan trilogi dari kisah perjuangan cinta Bapak Habibie dan Ibu Ainun. Walaupun sebenarnya dalam film ketiga ini, kisah percintaan antara Bapak Habibie dan Ibu Ainun tidak terlalu ditonjolkan. Film ini justru lebih banyak dan bahkan hanya terfokuskan kepada kisah asmara Ibu Ainun sebelum menikah dengan Bapak Habibie dan perjalanannya dalam meraih impian untuk menjadi seorang dokter.


Alur yang digunakan dalam film ini adalah alur maju-mundur, di mana pada awal cerita digambarkan sosok Bapak Habibie yang sudah tua dan masih sering kali mengingat Ibu Ainun dan tidak segan-segan untuk berbagi cerita tentang beliau dan Ibu Ainun kepada cucu-cucunya.


Dalam film ketiga ini, dikisahkan Ibu Ainun sempat menjalin hubungan asmara dengan sosok laki-laki bernama Ahmad, saat Ibu Ainun berkuliah di Universitas Indonesia. Dalam film ini, diceritakan bahwa Ahmad adalah seorang mahasiswa UI dari jurusan Hukum, sedangkan Ibu Ainun adalah seorang mahasiswa UI dari jurusan Kedokteran. Ahmad berhasil mendapatkan hati Ibu Ainun setelah beberapa kali mendapatkan penolakan. Akan tetapi, takdir berkata lain. Di tengah perjalanan cinta mereka, ternyata mereka tidak dapat bersatu. Satu kalimat yang paling menggambarkan hubungan asmara antara Ibu Ainun dengan Ahmad adalah “Mungkin memang pada akhirnya cinta itu tak harus saling memiliki, namun harus saling mengikhlaskan”.


Seperti yang sudah dituliskan diawal, film ini tidak hanya menceritakan mengenai kisah asmara Ibu Ainun, namun film ini juga menampilkan perjuangan sosok Ibu Ainun yang gigih mengejar mimpinya menjadi seorang dokter. Hal tersebut tidak mudah, karena pada masa itu kemampuan seorang perempuan dalam bidang tersebut sangat diragukan. Beberapa adegan dramatis cukup menguras emosi dan membuat terharu ketika Ibu Ainun mengimplementasikan ilmu kedokterannya. Sempat merasa jatuh dan hancur, akhirnya Ibu Ainun bisa kembali bangkit dan membuktikan pada dunia bahwa seorang perempuan juga mampu menjadi dokter.


Dalam film ini sangat banyak dikisahkan mengenai kehidupan Ibu Ainun selama menjadi mahasiswa di UI. Ketika Ibu Ainun menjadi mahasiswa baru di Universitas Indonesia, Ibu Ainun sempat mendapat perlakuan kekerasan ketika mengikuti OSPEK, serta mendapat perlakuan tidak menyenangkan atau dalam istilah sekarang disebut 'bullying' dari kedua Kakak Seniornya, yaitu Agus (Arya Saloka) dan kawannya. Untungnya Ibu Ainun memiliki dua orang sahabat yaitu Ibu Arlis (Aghniny Haque) dan Pak Soelarto (Kevin Ardilova) yang selalu membantu dan melindunginya ketika Ibu Ainun mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari kakak-kakak seniornya.


Dalam usaha mengejar cita-citanya, Ibu Ainun mendapat banyak komentar miring dan cemoohan, karena masih banyak orang beranggapan bahwa wanita lebih baik di dapur daripada menjadi seorang dokter. Segala cacian itu diterima oleh Ibu Ainun dengan sabar dan ikhlas. Maka tak heran jika di campusnya banyak para pemuda yang mengagumi dan menyukai Ibu Ainun. Bahkan sampai dibuat sebuah fans club khusus yang diberi nama PPA (Perkumpulan Penggemar Ainun).


Peran Maudy Ayunda dan Jefri Nichol di film ini mendapat pujian dari banyak orang. Chemistry yang terjalin antara Ibu Ainun yang diperankan oleh Maudy Ayunda dan Ahmad yang diperankan oleh Jefri Nichol sangat kuat dan membuat para penonton menjadi baper maximal. Tak sedikit netizen yang berharap mereka segera berjodoh di dunia nyata. Selanjutnya, ada sosok Bapak Besari yang diperankan oleh Lukman Sardi. Lukman Sardi merupakan seorang aktor senior sekaligus seorang sutradara yang sudah pasti keahliannya dalam berakting tak perlu diragukan. Beliau mampu mentransformasikan dirinya ke dalam karakter tokoh Bapak Besari.


Bapak Besari merupakan sosok Ayah yang sangat diimpikan oleh seluruh anak perempuan. Terlihat dari sikap beliau yang sangat menyayangi dan selalu siap melindungi putrinya, serta sosok Ayah yang selalu mendukung dan selalu memberi semangat kepada anak-anaknya untuk mengejar impian dan cita-cita mereka setinggi langit. Kemudian, peran yang tak kalah penting yaitu peran kedua sahabat Ibu Ainun dan seorang Kakak seniornya. Kedua sahabat Ibu Ainun diperankan oleh Aghniny Haque sebagai Arlis dan Kevin Ardilova sebagai Soelarto. Mereka adalah sosok sahabat yang sangat perhatian dan menyayangi Ibu Ainun.


Mereka selalu ada disamping Ibu Ainun dan tak pernah meninggalkan Ibu Ainun sendiri. Sedangkan, Kakak Seniornya diperankan oleh Arya Saloka sebagai Agus. Arya Saloka dapat membawakan karakter Agus dalam film ini dengan sangat baik sehingga berhasil membuat para penonton kesal karena sikapnya yang menjengkelkan, terlalu senioritas, dan selalu semena-mena serta merendahkan para juniornya, terlebih kepada Ibu Ainun. Pandangannya sama seperti orang-orang diluar sana, yaitu memandang Ibu Ainun hanya sebelah mata dan berpikir Ibu Ainun tidak pantas menjadi seorang dokter dan lebih pantas menjadi seorang perempuan di rumah yang hanya mengurus anak dan dapur.


Ada banyak adegan di film ini yang membuat saya tertarik dan kagum. Namun, saya hanya akan menjelaskan dua diantaranya saja. Yang pertama, saat adegan di mana sedang ada acara sebuah pesta kelulusan kampus Ibu Ainun, disana turut hadir Ibu Ainun (Maudy Ayunda), Ahmad (Jefri Nichol), dan Agus (Arya Saloka). Mereka bertiga ikut serta dalam pesta tarian sambil berbalas-balas pantun dan diiringi dengan lagu Rasa Sayang-Sayange.

 

Saat adegan tersebut, saya seperti menonton sebuah pesta tarian yang benar-benar sangat kental dengan ciri khas 'zaman dahulu'. Tak terasa saya pun ikut terbawa dengan suasana di dalam adegan tersebut. Ya, walaupun pada akhirnya terjadi keributan dan perkelahian antara Ahmad dengan Agus, karena saat berbalas-balasan pantun tersebut Agus sengaja mengucapkan pantun yang merendahkan Ibu Ainun, namun kemudian Agus berhasil dilumpuhkan oleh Ahmad.

 

Yang kedua, saat adegan pengumuman kelulusan terbaik yang dibacakan oleh Prof. Husodo (Arswendy Bening Swara), beliau mengumumkan bahwa Ibu Ainun terpilih sebagai lulusan terbaik di universitasnya, sehingga Agus tidak terima dalam hati karena dia merasa dialah yang lebih pantas mendapatkan predikat lulusan terbaik. Disini lah part yang paling menyentuh hati saya, dimana saat Ibu Ainun membawakan pidato tentang emansipasi wanita dan kecintaannya yang sangat luar biasa terhadap bangsa Indonesia, kemudian mendapat tepuk tangan yang sangat meriah dari seluruh tamu undangan yang hadir di sana, termasuk Agus sang Kakak Senior yang mengisyaratkan kekalahannya.


Dua hal terakhir yang ingin saya soroti dalam film ini yaitu dari segi soundtrack dan juga peran dari Reza Rahardian dalam film ini. Soundtrack dalam film ini berjudul "Kamu dan Kenangan" dinyanyikan langsung oleh Maudy Ayunda yang tak perlu diragukan lagi kemampuannya dalam dunia tarik suara. Menurut saya, antara soundtrack lagu dengan film nya sangat menyatu dan membuat film ini terasa semakin hidup. Applause untuk Melly Goeslaw sebagai pencipta lagunya dan Maudy Ayunda yang dengan sangat apik membawakan lagu ini.


Lalu, mengapa saya tulis peran Reza Rahardian perlu disoroti juga dalam film ini? Karena memang film Habibie&Ainun tidak pernah terlepas dari sosok Reza Rahardian. Di film ketiga ini Reza Rahardian tetap kembali berperan sebagai Bapak Habibie. Namun, dalam film ini Reza Rahardian memerankan Bapak Habibie dalam dua masa sekaligus, yaitu pada masa Pak Habibie muda dan Pak Habibie tua. Sejujurnya saya sangat kagum dengan eksekusi saat Reza Rahardian berpenampilan sebagai Bapak Habibie tua, karena bisa dibilang 80-90% sangat mirip dengan Bapak Habibie. Apalagi ternyata Reza Rahardian pun menggunakan Make-Up Prosthetic yang sudah pasti proses Make-Up nya membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sang produser Manoj Punjabi mengatakan, proses Make-Up Prosthetic yang dilakukan Reza Rahardian membutuhkan waktu sekitar 6-7 jam.


Namun seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak. Satu hal yang membuat saya cukup terganggu dengan film ini adalah disaat Reza Rahardian bertransformasi menjadi sosok Pak Habibie muda. Sangat disayangkan, menurut saya visualisasi nya seperti "terlalu dipaksakan" dan terlihat kurang natural. Namun dari segi acting, kemampuan Reza Rahardian tidak perlu diragukan dan patut diacungi jempol karena dia dapat memerankan satu karakter didalam dua masa yang berbeda, yaitu pada saat Pak Habibie muda dan Pak Habibie tua.


Kesimpulan

Secara keseluruhan, saya sangat menikmati film ini. Baik dari segi jalan ceritanya, acting dari para pemain nya, serta yang tak kalah penting soundtrack lagunya yang bahkan sampai saat ini menjadi salah satu lagu favorit saya. Semuanya dapat dieksekusi dengan sangat baik oleh sang sutradara dan semua komponennya terlihat saling melengkapi satu sama lain.


Menurut saya walaupun kebanyakan para pemain yang terlibat dalam film ini masih tergolong muda dan terlihat jarang muncul di layar bioskop namun acting mereka perlu diapresiasi dan tak kalah saing dengan para aktor dan aktris senior. Bahkan menurut saya, wajah-wajah baru inilah yang nantinya dapat memberi warna baru di dalam industri perfilman Indonesia.


Film ini sangat cocok ditonton oleh seluruh kalangan, baik kalangan anak muda maupun kalangan orang dewasa. Film ini bukan hanya mengangkat soal percintaan, namun lebih dari itu. Film ini mengangkat tentang arti perjuangan Ibu Ainun yang tak kenal lelah untuk menggapai mimpi dan cita-citanya, persahabatan antara Ibu Ainun, Ibu Arlis, dan Pak Soelarto, dan arti sebuah keluarga. Film ini bisa mengajarkan kepada kita para anak muda untuk terus semangat mengejar cita-cita walaupun banyak orang yang menentang, karena sesungguhnya kita hanya perlu percaya pada diri kita sendiri bahwa kita bisa. Kalau bukan kita para anak bangsa yang membangun Bangsa Indonesia ini, lantas siapa?

 

Film ini pun menyadarkan kepada kita para kaum wanita bahwa memang saat ini wanita bukan hanya bertugas di dapur dan mengurus anak, namun nyatanya wanita pun harus ikut membawa perubahan untuk Bangsa Indonesia agar Indonesia bisa terus berkembang menjadi bangsa yang lebih maju.


Terakhir, sequel Habibie & Ainun 3 ini menjadi penutup yang sangat indah dari kisah perjalanan cinta antara Bapak Habibie dan Ibu Ainun. Saya berharap semoga kedepannya akan banyak wanita-wanita Indonesia di luar sana yang memiliki tekad dan semangat juang yang tinggi namun tak pernah melupakan rasa cintanya terhadap Bangsa Indonesia, seperti sosok Ibu Ainun.

 

Walaupun saat ini film Habibie&Ainun 3 sudah tidak tayang lagi di layar bioskop, namun bagi yang penasaran dengan film ini dan belum sempat menonton di bioskop jangan khawatir, karena film ini tetap dapat disaksikan di berbagai layanan streaming film legal seperti Netflix maupun Viu. Yang pasti nontonnya harus di layanan streaming film yang sudah legal ya, untuk memajukan dunia perfilman Indonesia!


SELAMAT MENONTON!

Melihat Cinta Bekerja di Dalam Sosok "Ainun"