Mimpi yang Indah

 

                      sumber: Unsplash.com

oleh: Julia Setiawati Christianingsih, Peserta didik SMAN 34 Jakarta


        Pagi ini terlalu indah buatku. Cahaya terik matahari tersenyum lebar di langit yang begitu luas seakan mengejekku yang lusuh ini. Tiap hari aku harus selalu mencari uang untuk memberikan adikku dan mama makan, kendati umurku masih 20 tahun. Tapi tak apa, asal mereka berdua selalu ada bersamaku.


Aku hidup hanya bertiga dengan mama dan adikku. Ayahku, sudah meninggalkan kami sejak adikku berumur 1 bulan. Mama yang sekarang sudah tidak bisa pergi kemana-mana, hanya bisa diam di rumah. Aku putus sekolah sejak duduk di bangku kelas 1 SMP. Aku bekerja dari pagi hingga menjelang magrib. Pekerjaanku itu macam-macam, semua bisa aku lakukan asal bisa membeli makanan untuk mama dan adikku.


Hari sudah mulai sore. Aku sudah cukup lelah sebenarnya, tetapi jumlah botol yang aku dapatkan belum bisa untuk membeli makanan. Aku perlu istirahat, mungkin duduk di sebuah taman bisa sedikit menghilangkan rasa lelahku. Saat aku duduk, tiba-tiba ada seorang nenek tua menghampiriku dan memberiku buku yang sangat tebal.


“Ini untuk saya nek?” Tanyaku.


Nenek itu hanya menatapku tanpa menjawab pertanyaanku. Buku itu sekarang sudah ada di     tanganku dan nenek itu lalu-lalang pergi begitu saja.


“Nek, bukunya makasih ya!” Ucapku dengan sedikit teriakkan


Nenek tersebut hanya tersenyum kepadaku. Aku mulai memperhatikan buku itu. Buku itu berjudul ‘DREAM’, sangat polos untuk sebuah cover buku. Aku mengetahui arti kata ‘DREAM’ ya itu ‘MIMPI’, menarik menurutku.


Kubuka buku itu. Tetapi, saat aku membukanya, cahaya yang sangat terang keluar dari buku itu, dan aku merasa ada yang menarikku. Saat kubuka mata ini, aku kaget, karena aku bukan berada di sebuah taman tadi. Aku tidak tahu ini ada di mana, tetapi tempat ini indah sekali, sejuk, dan memesona, sebab dipenuhi oleh bunga warna-warni yang mengisi keseluruhan lahan yang ada.


“Halo ada seseorang di sini?”


“Halo?”


Aku merasa bukan hanya aku di sini, tapi anehnya tidak ada yang menjawab seruanku. Aku harus mencari seseorang dan menanyakan di mana ini, sayangnya sudah lebih 10 menit berjalan aku tidak melihat siapapun. Saat berjalan ke dalam hutan, aku melihat ada toko kue di depanku. Awalnya, aku tidak peduli karena kupikir tidak akan ada orang lagi. Akan tetapi…


“Hei!”


Aku sontak kaget, dan secara tidak langsung aku menoleh ke sumber suara itu. Dan, ternyata ada seorang laki-laki yang terlihat seperti seumuranku.


“Kamu siapa?” Tanya anak laki-laki tersebut.


“Aku Citra, kamu siapa dan kenapa di sini tidak ada satu orangpun?” Seruku


“Aku Rafael, penjaga toko kue ini, kalau kamu mau tau lebih banyak informasi mengenai toko ini, ayo masuk ke dalam” Kata anak laki-laki tersebut.


Aku sedikit ragu untuk masuk ke dalam, karena aku tidak tau ini di mana dan dia itu siapa, tapi hanya ada dia di sini dan aku perlu tahu ini di mana dan kenapa aku bisa sampai di sini.


“Silahkan duduk di sini dan tunggu aku buatkan minuman dulu buatmu.”


Aku melihat sekeliling toko kue ini, tidak ada yang aneh kupikir, nyaris seperti toko kue kebanyakan. Tapi, aku tetap bingung dan berpikir lenih keras, kenapa hanya ada dia di sini dan tidak ada siapapun terlihat?


“Nih, minumnya” Kata Rafael sembari meletakkan minuman cokelat hangat di mejaku.


“Makasih” Ucapku.


“Kamu berasal darimana dan mengapa tidak tertangkap oleh para prajurit?” Tanya Rafael yang membuatku semakin bingung.


“Aku saja tidak tahu ini di mana dan kenapa aku bisa di sini” heranku.


“Boleh kamu ceritakan mengapa kamu bisa sampai di sini?”


“Waktu itu ada nenek tua yang memberikanku sebuah buku yang berjudul, “DREAM” dan saat aku buka, tiba-tiba keluarlah seberkas cahaya yang sangat terang dan langsung aku tutup mataku kan? Dan, saat aku membuka mata, aku sudah ada di lahan yang banyak bunganya itu, tempat itu tidak jauh dari sini sih” Ceritaku.


“Berarti kamu bukan berasal dari sini ya, pantas saja para prajurit itu tidak menangkapmu, karena tidak bisa mencium aromamu” Kata Rafael yang membuatku semakin bingung.


“Hah? Maksudnya?” Tanyaku yang semakin kebingungan ini.


“Jadi, dulu di daerah ini ramai sekali orang dan mereka itu hidup bahagia. Tetapi, saat putri mahkota yang sekarang menjadi ratu, langsung berubah drastis dan pada akhirnya semua warga yang tinggal di sekitar daerah ini ditangkap. Entah karena apa, tapi yang aku tau mereka semua dijadikan budak oleh sang ratu. Ratu itu bernama Violet. Entah kenapa kamu bisa di sini, tapi mungkin kamu bisa membantuku untuk membebaskan para warga yang ditangkap” Ucap Rafael.


Aku sudah mulai mengerti, meski belum semua aku mengerti. Jujur, sekarang aku mulai khawatir kalau aku harus membantu Rafael untuk membantu warga yang ditangkap. Sebab, aku harus meninggalkan mama dan adikku. Siapa yang akan membelikan makanan mereka? Batinku. Tapi, kalau sekarang aku pulang, aku pun tidak tahu di mana jalan pulangnya. Mau tidak mau, aku harus membantu Rafael untuk membebaskan semua para warga.


“Mungkin aku bisa membantumu, tapi aku tidak tau harus bagaimana. Letak istananya saja aku tidak tahu” Keluhku


“Yang aku tau pasti adalah para prajurit itu bukan sekadar prajurit biasa, melainkan siluman. Karena itu, dia tau harum aroma peri” Seru Rafael.


“Apa? Peri? Jadi yang tinggal di sini itu peri? Dan, termasuk kamu?” tanyaku.


“Semua yang tinggal di sini itu peri, tapi aku bukan”


“Lalu kamu itu siapa?”


“Aku bangsawan”


“Apa bedanya?”


“Bangsawan sama peri biasa itu beda. Bangsawan tidak bisa dicium aromanya hanya dengan siluman biasa, dan kita ini memiliki kekuatan”


Oh, pantas saja dia itu bisa di sini sendirian, ternyata dia itu anak bangsawan. Enaknya ya jadi anak orang kaya. Kami terdiam hanya saling memandang. Sesaat berikutnya, tiba-tiba pintu terbuka. Aku melihat beberapa orang. Bukan! Mereka bukan orang! Wajahnya yang mengerikan dan dengan postur tubuh yang aneh, membuat orang yang melihatnya akan pingsan seketika.


“Kenapa kalian ke sini lagi? Kalian mau menangkapku, hah? Kalian berani?” Ketus Rafael yang terdengar sangat tegas.


“Siapa perempuan itu?” Tanya siluman itu.


“Dia saudaraku jangan kalian apa-apakan!” Ancam Rafael.


“Ya, baiklah”


Mereka pun meninggalkan kami berdua dan degub jantungku pun lebih mendingan daripada tadi saat mereka menatapku. Rasanya mau lepas jantung ini.


“Hei! Kenapa bengong?” Tanya Rafael membuyarkan lamunanku.


“Tidak…. Oh ya, sekarang kita harus bagaimana?” Kataku, mencoba mengalihkan topik pembicaraan.


“Sekarang kita harus mengambil tongkat yang diincar Ratu Violet” Ucap Rafael.


“Hah? Tongkat? Apalagi ini? Kenapa kamu tidak menceritakan sedetailnya aja sih” Kataku yang dibuat bingung lagi oleh Rafael.


“Ya maaf, tapi besok pagi kita harus mencari itu sebelum Ratu Violet mendapatkan tongkat ajaib itu. Dan, sekarang kamu istirahat di kamar itu ya, biar aku jaga di sini karena hari sudah mulai gelap” Kata Rafael.


Tidak kusangka, ternyata sudah mau malam dan akupun ke arah kamar yang ditunjuk oleh Rafael. Di dalam kamar aku mulai mencemaskan adik dan mamaku, mereka pasti sekarang sedang menungguku dan mereka pasti sedang kelaparan. Aku mencemaskan mereka, semoga ada seseorang yang baik memberikan adik dan mamaku makanan.


Kantuk sudah mulai menyerang, tapi mata ini menolak pejam, mungkin karena aku tidak bisa tidur tenang di sebuah tempat asing ini. Aku rindu rumah jadinya, meski hanya sebatas kubuk kumuh. Tetiba terbangun, sebab terdengan suara seseorang yang memanggilku, dan ternyata Rafael.


“Citra bangun! Ayo kita cari tongkat itu sekarang” Kata Rafael sambil menggoyangkan badanku.


“Iyaaa”Ucapku yang mencoba untuk membuka mata.


Sekarang, waktunya aku dan Rafael mencari tongkat yang katanya sedang dicari oleh ratu. Kami berjalan hingga menemukan sebuah tebing yang menjulang sangat tinggi.  Rafael berkata, jika kita sudah menemukan tebing yang tinggi, akan ada goa yang dijaga oleh naga yang sangat besar dan dia akan menghilangkan semua orang yang mencoba mengambil tongkat itu.


Herannya, dari tadi aku tidak melihat ada goa di sini. Hanya ada pohon yang terlihat tingginya mencapai langit. Aku lihat Rafael juga kebingungan dan sedikit linglung mencari di mana goa itu. Saat aku berjalan, aku melihat sebuah cahaya kecil, yang setiap aku melangkah, cahaya itupun segera hilang satu persatu, hingga semuanya sirna, dan tak dinyana, aku melihat goa itu!


“Rafael lihat itu goa nya di sini” ucapku dengan penuh kegirangan.


“Iya, kita berhasil menemukan goa ini, ayo sekarang kita masuk” Ajak Rafael.


Saat kami ingin masuk, pasukan siluman ratu datang dan ada naga besar yang menghampiri kita berdua. Aku ketakutan bukan main, dari pasukan prajurit yang wajahnya menyeramkan, sampai naga yang besarnya melebihi gunung. Ingin rasanya bangun dari mimpi ini. Sialnya, ini bukan mimpi.


“Tenang Cit, ada aku di sini” Ucap Rafael yang menenangkan rasa takutku ini.


“Tapi ini terlalu banyak untuk kamu hadapi Rafael” Kataku dengan panik.


“Naga itu tidak akan menyerang kalau kamu berhasil menggenggam tongkat itu, dan sekarang kamu harus masuk dan ambil tongkat itu, naga itulah yang akan membantu kita” kata Rafael.


Aku ragu untuk masuk karena aku tidak tahu bahaya apa yang ada di dalam nanti, tapi jika aku tidak masuk Rafael dalam bahaya. Aku putuskan, aku harus segera masuk.


Saat kakiku melangkah ke dalam goa itu, ternyata sangat gelap, hanya ada cahaya terang yang ada di dalam. Firasatku, cahaya itulah tongkat ajaib itu berada. Saat aku lari aku melihat seorang perempuan cantik menghalangiku. Itu mungkin Ratu Violet. Pikirku.


Perempuan cantik tapi terlihat pucat pasi. Aku melihat dan merasakan kalau Ratu Violet ini dirasuki oleh sesuatu yang jahat. Saat aku mencoba menghadapi, dia menyerangku dengan cahaya yang keluar dari tongkatnya. Aku tidak bisa melawannya. Jalan satu-satunya adalah dengan mengambil tongkat itu. Aku terus menghindar dari serangan Ratu Violet, dan tak terasa aku mulai kelelahan.


“Ya ratu, mengapa kamu terus menyerangku!” Aku berteriak karena sudah lelah menghindar dari serangan ratu itu.


Ratu itu diam saja tanpa menjawab pertanyaanku. Aku tidak boleh menyerah, Rafael menungguku di depan. Aku terus menghindar hingga sampai di depan tongkat itu. Aku mencoba mengambilnya, tapi terhalang oleh sesuatu yang tidak bisa terlihat. Aku tidak tau apa itu. Tenyata, aku melihat nenek yang kulihat di taman kemarin, yang memberiku buku sampai aku terjebak di sini. Nenek itu berusaha melawan ratu menjengkelkan itu. Aku memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari cara untuk mengambil tongkat ajaib itu.


“Aku berhasil mendapatkan tongkat ini” Seruku.


“Sekarang, kamu hadapkan tongkat itu ke ratu itu” Ucap nenek itu.


Aku menghadapkan tongkat itu ke arah ratu, dan sejurus keluar cahaya dan membuat ratu itu seperti terbakar, dan pada akhirnya  ia pingsan. Sedetik kemudian dia terbangun.


“Aku di mana sekarang?” Tanya Ratu itu kebingungan.


“Ratu sekarang ada di goa dan sekarang aku harus keluar untuk menolong temanku, ayo kita keluar” Kataku sambil menengok kebelakang.


Aku mencari sosok nenek tua itu, dan nenek telah hilang dalam sekejap seperti biasa. Begitu misterius memang.


Aku memutuskan keluar membantu Rafael tapi pas aku keluar para prajurit dengan wajah menyeramkan itu tidak ada. Aku mencari Rafael sekarang ada di mana. Ternyata, Rafael ada dibalik pohon besar, dan dia terluka parah. Aku merasa bersalah karena terlalu lama sehingga tidak bisa menolongnya.


“Maafkan aku tidak bisa menolongmu, aku minta maaf” Kataku sambil menangis.


“Tidak, kamu juga terluka dan sudah banyak menolong dengan cara menyadarkan Ratu kami” Kata Rafael sembari menahan rasa sakitnya.


“Sekarang, bawa dia ke istana, prajurit! Kita obati mereka” Perintah Ratu Violet.


Aku melihat prajurit-prajurit itu wajahnya tidak semenyeramkan seperti tadi dan tubuhnya normal, tidak aneh. Diperjalanan menuju istana, aku masih merasa bersalah kepada Rafael karena dia bisa terluka parah. Karena kelelahan menangis dan lukaku ini, mataku terpejam dengan sendirinya.


Aku terbangun dan melihat Rafael ada di sebelahku sambil menatapku. Aku malu ditatapnya.


“Kamu sudah mendingan?” Tanya Rafael.


“Seharusnya aku yang menanyakan itu ke kamu, karena kamu yang lebih parah daripada aku” Jawabku.


“Aku sudah membaik, kamu lupa ya aku itu bangsawan jadi aku punya kekuatan untuk menyembuhkan diri tau” Seloroh Rafael, meski sedikit menyombongkan diri, tapi tetap saja terlihat lucu di mataku.


“Sekarang, kalian sudah membaik ya” Ucap Ratu Violet yang tiba-tiba datang.


Aku berusaha untuk bangun karena harus menghormati Ratu Violet, tapi Ratu Violet menyuruhku untuk tetap di kasur karena aku masih dalam proses penyembuhan.


“Sekarang, kalian harus makan dan semua pelayan sudah menyiapkan makanan enak buat kalian” Kata Ratu Violet.


Kami semua berjalan menuju ke meja makan yang panjangnya mungkin selebar rumahku. Kami semua fokus ke makanan, hening yang aku rasakan sekarang.


“Makasih Ratu untuk makanannya” Ucapku, yang secara tidak langsung memecah keheningan ini.


“Seharusnya aku yang berterima kasih kepada kalian berdua karena sudah menolong dan membantu menyadarkan ku” Balas Ratu Violet.


“Sama-sama Ratu” Timpal Rafael.


“Oh ya, Ratu bisa menolong Citra untuk kembali ke tempat asli nya tidak?”


“Aku bisa menolongnya”


“Sekarang kamu Citra, menutup mata” perintah Ratu Violet.


“Sebelum itu aku ingin pamitan dulu dengan Rafael, Ratu” Pintaku.


“Oke, kalian bisa ke taman setelah itu baru menemuiku” Ucap Ratu.


Kami berduapun pergi ke taman dan duduk di bangku panjang. Hening. Kami berdua belum ada yang mau membuka obrolan hingga akhirnya aku yang mencoba untuk membuka obrolan kami.


“Sekarang enak ya udah ramai, tidak seperti kemarin, tidak berpenghuni” Kataku membuka obrolan.


“Iya, sekarang juga kamu bakal pergi ke tempat asalmu” Ucap Rafael agak terlihat sedih.


“Maaf ya tidak bisa lama-lama di sini, karena aku punya adik dan mama yang sedang menungguku di rumah”


“Benar ya, kamu ditakdirkan ke sini karena kamu sebagai penolong dunia kami”


“Tidak, mungkin hanya kebetulan” Ujarku.


Kami berdua mengobrol hingga malam tiba, dan akhirnya kami menemui Ratu untuk membawaku pulang ke adik dan mamaku.


“Sekarang kamu siap untuk pulang?” Tanya Ratu.


“Siap” jawabku.


“Untuk membalas semua jasa kamu Citra, aku akan membuat kehidupanku yang di luar sana menjadi lebih enak setelah ini”


“Beneran Ratu?”


“Iya, sekarang kamu tutup mata” perintah Ratu.


“Dahh Rafael sampai ketemu lagi!” salam perpisahan untuk Rafael.


Aku menutup mata dan saat membuka mataku, aku berada di kamarku. Aku rasa semalam aku mimpi buruk sekaligus mimpi indah, menarik.


Aku melanjutkan aktivitasku yaitu kuliah, hari ini hari pertama aku kuliah di semester baru. Saat masuk ke kelas aku melihat wajah baru, wajah itu tidak asing bagiku. Rafael. Rafael yang ada dimimpiku. Aku pikir itu hanya sekadar mimpi. Ternyata, aku bertemu dengannya lagi...

Mimpi yang Indah