sumber: https://www.wartamantra.com
oleh: Mutiara Salsabila, Peserta Didik SMAN 34 Jakarta
Aku
Usia berkepala satu
ingin hidup bebas tanpa diganggu
marah jika terbelenggu
namun lupa diri, saat warna–warni
telah menggantikan kelabu
masalah datang saat sibuk mencari jati diri
lalu merasa Tuhan jauh dari sisi
kau tahu? Tuhanmu selalu berada sedekat nadi
lantas, siapa yang sebenarnya menjauh pergi?
Aku.
Bicara
Dari pandangan ini kau selalu menjelma menjadi aksara yang temaram
entah yang kau rasa itu jenggala adiwarna atau telaga nilam yang legam
ihwal yang kulihat hanyalah sarayu yang kelabu
namun jenaka itu meredam riuhnya jemala lewat kesiur ketilang bagai serdadu
jangan lagi tinggalkan segala belukar nanar di bawah meja belajar
karena nyatanya, masih banyak yang mau mendengar
kuharap kau temukan rinai asaku yang tersisip di dermagamu
semoga seluruh doa yang bergelimang mengisi jiwamu yang rumpang
Dibalut Palsu
Bu, kau adalah kepalsuan yang tercekik di balik jenaka
kau juga kepalsuan yang ikhlas meneguk gulana
sementara aku adalah kepalsuan yang menyeruak sedu sedan di balik tulisan
di belakangku kau cicipi nanar hingga pengar
di belakangmu aku berkawan dengan bulir-bulir bilur
kau adalah gemuruh yang terpahat hening
kau rajut senyum dengan apik di ragaku hingga kelabu anggara pening
bu, jangan menangis sendirian
duduk bersamaku kita bahagia dalam khayalan.